SERAT PARARATON mengabarkan setelah gagal menikahi putri Sunda, Raja Majapahit Sri Rajasanegara menikahi Sri Sudewi, putri Bhre Wengker Wijayarajasa dari istri selir. Dari pernikahan itu, menurunkan ratu Kabalan Kusumawardhani. Rajasanegara juga memiliki istri selir dan menurunkan seorang putra yang dalam Kakawin Negarakertagama dan Serat Pararaton dikenal sebagai Bhre Wirabhumi. Serat Pararaton memberitakan Bhre Wirabhumi ini gugur dalam Paregreg Agung 1406M .
Selama ini Nama Asli Bhre Wirabhumi putra kandung maharaja Majapahit Hayam Wuruk dari istri selir belum banyak diketahui. Jika memahami bahwa Wirabhumi adalah nama keraton, tentu rajanya atau Bhre Wirabhumi atau raja yang bertahta di keraton Wirabhumi memiliki nama asli atau nama abhiseka.
Siapa Nama Asli Bhre Wirabhumi ini?
Bhre berasal dari kata
Sansekerta Bhra dan i atau ing. Bhra dalam bahasa sansekerta artinya
sinar, raja. Ing atau i artinya di. Karena ini menyangkut tokoh dan
kerajaan, maka istilah Bhra artinya raja atau baginda. Sementara Wirabhumi adalah nama keraton.
Bhre Wirabhumi artinya raja yang bertahta di keraton Wirabhumi. Putra kandung sri Hayam Wuruk dari istri selir ini merupakan Bhre Wirabhumi II yang memiliki nama Aji Rajanatha atau Sri Bhattara Rajanata.
Penyebutan nama Aji Rajanatha sebagai nama asli Bhre Wirabhumi
II, putra selir Hayam Wuruk yang menjadi suami Nagarawardhani ratu Lasem II ini penulis/Siwi Sang temukan dalam
prasasti Biluluk IV. Tahun pasti keluarnya prasasti tidak diketahui karena
baris 1-4 hilang.
Tapi melihat angka dalam prasasti Biluluk III yang menulis
angka tahun 1395M, sangat mungkin prasasti Biluluk IV keluar tidak jauh setelah
tahun itu.
Isi prasasti sebagaimana terjemahan Muhammad Yamin adalah sebagai
berikut:
sri paduka bhattara rajanata, sri paduka bhattara anantadewi, sri paduka bhattara anaridewi, sri paduka
bhattara parameswara pamotan yang bernama raden kudamerta, sri paduka bhattara narapati yang bernama raden mano, raden iso, raja saratanganugrahaeni,
berwenang menganugerahkan tanah swatantra supaya tidak lagi dikuasai para
menteri katrini, pangkur, tawan, tirip, demikian pula pinghai dan wahuta, juga
para pemungut pajak bea cukai uang raja sejak dahulu seperti micra paramicra,
segala macam bulu wetu seperti panguran, kring padem, manimpaki, paranakan atau
keturunan campuran, pande emas, mangrinci atau pengarang kidung,
manguryangilala atau pengarang di keraton.
Sri Paduka Bhatara Rajanatha sangat mungkin sebagai nama asli atau nama abhiseka Bhre Wirabhumi II. Ini dapat ditelisik dari
penyebutan Sri Paduka Bhatara Parameswara Pamotan raden Kudamerta. Dalam
prasasti ini baginda Wengker, paman dan mertua Hayam Wuruk sudah wafat karena
sudah bergelar anumerta Bhatara Parameswara. Berdasarkan catatan sejarah, yang
kemudian menganti sebagai raja di Kedaton Wetan adalah Bhre Wirabhumi, suami Nagarawardhani.[Buku GIRINDRA hal 192-193]
ilustrasi puncak tebing di lolasi situs Goa Selomangleng Tulungagung/koleksine Siwi Sang |
=================
SIWI SANG
Bahan bacaan:
Girindra:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang
Tatanegara Madjapahit karya Muhammad Yamin
No comments:
Post a Comment