Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Thursday, January 15, 2015

    BHRE WENGKER SRI WIJAYARAJASA DYAH KUDAMERTA



    Dalam catatan sumber sejarah bentuk prasasti yang keluar setelah tahun 1388M juga serat Pararaton yang ditulis pada tahun 1535C/1613M, bhre Wengker I Wijayarajasa dyah Kudamerta disebut sebagai ‘bhatara parameswara sang mokta ring wisnubhawana’ dan ‘bhatara parameswara pamotan’. 


     
    Sementara dalam kakawin Decawarnanna atau Negarakertagama yang selesai ditulis Prapanca pada tahun 1365M, juga beberapa prasasti yang keluar sebelum tahun 1386M, raja pertama Kedaton Wetan ini belum bergelar ‘Parameswara’. 

    Berdasarkan data tersebut, menunjukkan nama ‘Parameswara’ merupakan gelar anumerta atau nama yang disematkan kepada tokoh yang sudah wafat. Semasih hidup, tokoh itu tidak menggunakan nama ‘Parameswara’. 

    Prasasti Ambreta 1373M masih menulis Wijayarajasa dyah Kudamerta sebagai paduka ring Wengker:
    wruhanira yen ana handikanira talampakanira paduka bhatara ring wenker de nira samasanak ing ambetra. sima ambetra luputing palawan, papasaran, harik purih saprakara”.

    Tapi pada prasasti Biluluk II 1391M, sudah menulis Wijayarajasa dyah Kudamerta sebagai Bhatara Sri Parameswara:

    hiku wruhane si parajuru ning asambewara samadaya, yen andikanira talampakanira paduka bhattara cri paramecwara sira sang mokta ring wisnubhuwana, dene kaluluputane si parawangca ring biluluk…”

    Baginda Wijayarajasa dyah Kudamerta juga kembali disebut sebagai Bhatara Parameswara dalam prasasti Biluluk IV 1395M/1396M. Bahkan untuk pertama kalinya disebut sebagai Bhatara Parameswara Pamotan. 

    “talampakanira bhattara rajanatha, talampakanira bhattara nantadewi, talampakanira bhattara naridewi, talampakanira bhattara paramecwara pamotan makanama talampakanira raden kuda, talampakanira bhattara narapati makanama talampakanira raden mano, talampakanira raden iso…”

    Melihat tahunnya, prasasti ini dikeluarkan setelah baginda Wijayarajasa wafat. Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Kedaton Wetan, bhre Wirabhumi II bhatara Aji Rajanatha. Prasasti ini ternyata mengandung keterangan atau data siapa bhre Wirabhumi II dan Bhatara Narapati Raden Gajah. Bhatara Narapati Raden Mano identik dengan tokoh Kedaton Wetan yang dalam Pararaton dikenal sebagai bhatara Narpati Raden Gajah.  

    Hanya mengapa serat Pararaton ketika menyebut suami ratu Daha Rajadewi Mahajarasa dyah Wiyat ini selalu menyertakan nama ‘bhatara parameswara dan bhatara parameswara pamotan’. Padahal maksudnya untuk menyebut ketika menantu maharajapatni dyah Gayatri ini masih hidup. Setelah sri Jayanegara wafat, 1328M, serat Pararaton menulis:

    raden kudamerta angambil bhreng daha. raden kudamerta anjeneng ring wengker, bhreng prameswara ring pamotan bhiseka sri wijayarajasa”.

    Terjemahannya:

    "raden kudamerta menikahi ratu daha. raden kudamerta menjadi raja di wengker, bhreng parameswara ring pamotan memiliki gelar abhiseka sri wijayarajasa."

    Kemudian dalam bagian setelah peristiwa perang Sunda Bubat, serat Pararaton menulis:

     patining putri sunda bhatara prabhu angalap putri bhra prameswara sira paduka sori apatutan stri bhre lasem sang ayu.  putra lan rabihaji mijil bhre wirabhumi, ingaku putra denira bhre daha”.

    Terjemahannya: 

    "karena putri sunda meninggal, bhatara prabhu kemudian menikahi putri bhatara parameswara, bernama paduka sori. dari perkawinan itu menurunkan seorang putri yaitu bhre lasem sang ayu. dari perkawinan dengan rabihaji atau isteri selir, lahir seorang putra  yaitu bhre wirabhumi yang diangkat anak oleh bhre daha."

    Pararaton bagian ini menceritakan dua anak bhre Tumapel I Kertawardhana dyah Kudamerta, yaitu Hayam Wuruk dan ratu Pajang I Duhiteswari dyah Nertaja. Diceritakan, setelah gagal menikahi putri sunda, Hayam Wuruk kemudian menikahi putri bhre Parameswara. 

    Bhre Parameswara yang dimaksud adalah bhre Wengker I Wijayarajasa dyah Kudamerta. Di sini penulis Pararaton menulis gelar  anumerta bhre Wengker, tidak menulis nama abhisekanya. Ini dapat dimaklumi karena ketika Pararaton ditulis bhre Wengker sudah lama wafat. Pararaton ditulis sekitar seabad setelah Majapahit runtuh. 

    Putri bhre Wengker Wijayarajasa yang dinikahi Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi atau ditulis pula sebagai Paduka Sori.  Dari pembacaan Pararaton menunjukkan Paduka Sori atau Sri Sudewi sebagai permaisuri Hayam Wuruk. Kelak pernikahan ini menurunkan seorang putri yaitu Bhre Lasem Sang Ahayu atau Kusumawardhani yang sebelumnya menjadi Bhre Kabalan I.

    Bhre Wengker Wijayarajasa dalam Pararaton juga dikenal sebagai Bhatara Parameswara Pamotan yang wafat pada tahun 1310C/1388M. Adanya penyebutan Pamotan, bermakna baginda Wijayarajasa pernah bersemayam atau bertahta di keraton Pamotan. Memang tokoh inilah yang pertama mendirikan keraton Pamotan di timur gunung Penanggungan. Pararaton menulis:

     bhra prameswara pamotan i mokta i saka gagana rupa anahut wulan, 1310, sira sang dhinarmeng manyar dharmabhiseka ring wisnubhawanapura”.

    Terjemahannya:

    Bhre Parameswara Pamotan wafat pada tahun saka 1310/1388M, didarmakan di Manyar dengan candi pendarmaannya bernama Wisnubhawanapura.

    ===============

    SIWI SANG

    bahan bacaan:
    Girindra:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang
    Tatanegara Madjapahit karya Muhammad Yamin
    Pararaton
    Negarakertagama


    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara