Sri
Rajasanegara dyah Hayam Wuruk adalah maharaja Majapahit yang bertahta tahun
1350M-1389M. Serat Pararaton mengabarkan, pada tahun 1357M terjadi
Pasunda-Bubat atau perang antara Sunda dengan Majapahit di lapangan
Bubat. Lepas dari polemik apakah perang besar itu benar ada atau tidak,
Pararaton kemudian menulis paska itu Sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk menikahi adiknya,
Paduka Sori atau Sri Sudewi, sebagai permaisuri.
Rupanya Sang Permaisuri
ini adik tiri Sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk. Adalah putri kandung bhre Wengker I Wijayarajasa dyah Kudamerta dari
istri selir.
Berikut
analisa singkat untuk menguatkan bahwa memang permaisuri Sri Rajasanegara dyah Hayam
Wuruk adalah putri raja Wengker Wijayarajasa yang lahir dari istri
selir.
Dua
adik sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk, adik kandung dan adik sepupu,
dibicarakan dalam kakawin Desawarnanna atau Negarakertagama pupuh 5 bait
1 dan 2.
Bait
1: Wwanten tari haji ri wilwatikta rajni sang munggwing lasem anuraga
ringkahaywan putri sri narapati ring daha prakaca sang sri
rajasaduhitendudewyanindita.
Ada
adik perempuan sang raja Majapahit [Rajasanegara], yang bersemayam di
Lasem, sosok yang cantik jelita, putri sri narapati di Daha, bergelar
sri Rajasa Duhitendudewianindita.
Bait
2: ndan sriwarddana duhiteswari pamungsu, rajni munggwing pajang
anopameng raras rum, putrisri narpati ri jiwana prakaca, saksat anuja
tekapniran narendra.
Lalu
sri Wardhana Duhiteswari termasuk adik bungsu, menjadi ratu di Pajang,
cantik tak bertara. Puteri Sri Narapati Jiwana itu merupakan adik Sri
Baginda [Rajasanegara] yang termashur.
Seorang
lagi yang sebetulnya termasuk adik sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk
tidak diceritakan dalam pupuh itu ataupun pupuh berikutnya. Pupuh 6 bait
1 dan 2 langsung menceritakan sejarah perkawinan dua putri Majapahit
itu.
Pupuh 6
bait 1: Penan sri naratatha kapwa ta huwus labda bhiseka prabhu, sang
nataing matahun priya narpati sang raja ing lasem, susrama sang sri
rajasawardhanaprakacita ing rupa diwijneng naya, tan pendah
smarapinggala patemu sang nataing alam ning jagat.
Ketika
Sri Naranatha dinobatkan sebagai raja, Sang Nata di Matahun menjadi
suami narpati Sang Ratu Lasem, bergelar Sang Sri Rajasawardhana, sangat
rupawan, putus dalam naya. Keduanya laksana Smarapinggala yang dipuji
dunia.
Pupuh 6
bait 2: Sang nata ing paguhan priya narpati sang raji pratista ing
pajang, kyatisri narpati singhawardhana surupanwam susilapageh,
asriawarnna sanatkumara sahadewida papangihnira bhakti jon haji masih
awwan anak ande tustaning nagari.
Sang
Nata di Matahun menjadi suami Sang Ratu Pajang, bergelar sri narpati
Singhawardhana, sosok rupawan, bagus, muda, sopan dan perwira. Mulia
perkawinannya laksana Sanatkumara dan Dewi Ida. Bakti kepada raja, cinta
sesama, menggembirakan Negara.
Jika
ada pendapat mengatakan Sri Sudewi atau Sri Susumna adalah putri kandung
bhre Wengker Wijayarajasa dari permaisuri ratu Daha Dyah Wiyat, mengapa dalam pupuh 5 dan 6 tidak
diceritakan? Seharusnya diceritakan karena Prapanca menulisnya sangat
kronologis.
Setelah
menulis keturunan Kertawardhana dan Wijayarajasa dari darah asli
Girindra, dyah Gitarja dan dyah Wiyat, Prapanca langsung menceritakan
sejarah perkawinan dua putri tersebut.
Sri Sudewi tidak diceritakan.
Permaisuri
Sri Rajasanegara dyah hayam Wuruk baru ditulis pertama sekilas dalam pupuh 7 bait 3.
Dibandingkan paling cantik ketimbang para putri dan selir. Sudah
barang tentu dipuji begitu karena Sri Sudewi sudah menjadi permaisuri
raja Majapahit ketika Prapanca menulis kakawin Desawarnanna.
kafer depan buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit |
===============
SIWI SANG
No comments:
Post a Comment