Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Thursday, January 15, 2015

    Antara Sri Kertanegara Dan Kubilai Khan





    KERTANEGARA putra sulung pasangan Seniningrat dan Waning Hyun atau Jayawardhani.  Diperkirakan lahir sekitar 1241M. Memiliki adik perempuan bernama Turukbali, permaisuri Jayakatwang. Memiliki adik bungsu bernama Cakreswara[i]. Istri Kertanegara bernama Sri Bajradewi, dari perkawinan ini menurunkan enam putri: empat disunting raden Wijaya yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi dan Gayatri. Seorang diistri Ardharaja. Seorang lagi bernama dyah Ayu Tapasi, menjadi permaisuri raja Cempa Singhawarman. 



    Sebelum menjadi maharaja Singasari, Sri Kertanegara menjadi yuwaraja atau raja muda di keraton Daha mulai tahun 1254M. 

    Kertanegara menjadi maharaja di Singasari setelah Seminingrat wafat yang disusul wafatnya Narasingamurti. Sampai prasasti Pakis Wetan 8 Pebruari 1267M,  masih menyebut Kertanegara sebagai raja muda. 

    Pada masa itu di dataran Tiongkok tampil kekuatan baru dinasti Kubilai Khan. Abad 13 adalah abadnya Dinasti Mongol yang penaklukkannya atas tempat-tempat jauh mengubah arah sejarah Eropa dan Asia. Pada 1206M Temujin diproklamasikan sebagai Jenghis Khan. Duapuluh tahun kemudian imperiumnya mencakup Rusia sampai laut Cina. Pada 1258M pasukan-pasukan penerusnya masuk ke Tongkin dan Hanoi. 

    Setelah pada 1171M Khilafah Fatimiyah runtuh, Dinasti Abassiyah naik bersinar. Delapan puluh tahun kemudian datang bencana penyerbuan bangsa Mongolia pimpinan anak Jengis Khan, Hulagu ke Bagdad pada 1258M, pada masa pemerintahan Khalifah Al Musta’sim berkuasa 1242-1258M. Pengaruh serbuan ini menjadikan Dinasti Jengis Khan menganut Islam. Raja Mongol yang pertama menganut Islam adalah Barakah Khan, 1256-1267M. Raja Dinasti Hulagu yang juga disebut dinasti Ilkhan bernama Gahzan, 37 tahun setelah runtuhnya Bagdad memberlakukan hukum Islam di Pesia pada 1295M. Dinasti Chagatay yaitu raja Tuqluq Timur Khan 1347-1363M dari wilayah tengah sebagai kekaisaran Islam.

    Setelah Jengis Khan meninggal, kekaisaran Mongolia dipecah menjadi empat: Wilayah timur dikuasai putra ketiga Ogotay. Wilayah Tengah dikuasai putra kedua Chagatay. Wilayah Barat dikuasai cucunya, Batu, putra Juci, putra tertua Jengis Khan. Wilayah Persia dikuasai putra keempat Hulagu. Sebelum penyerbuan Hulagu, ayahnya Jengis Khan, berkuasa 1155-1227M, atau berkuasa pada masa Jawa dipimpin Sri Jayabhaya sampai Ranggah Rajasa, pada 1213M berhasil membangun ibukota baru bernama Beijing atau Peking. Sebelumnya ibukotanya di Kakaroum. Raja Tiongkok Yen Ching ditaklukkan. Di bawah Ogotay atau Ogodai, 1227-1241M, terjadilah penyerangan ke Tiongkok pada 1234M. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa akibat penaklukan Mongolia atas Tiongkok berdampak pada pengungsian besar-besaran yang dilakukan orang-orang dari kekaisaran Chin keluar wilayah Tiongkok yang kemudian memunculkan istilah China. 

    Kubilai Khan merupakan adik Mongka, putra Hulagu, yang diserahi pemerintahan atas daerah Honan dan Syensi, dikirim keselatan untuk menundukkan kerajaan Nan Chao di Yunan. Nan Chao berhasil digulung pada 1253M. Seluruh dataran tinggi Yunan sampai Hanoi dapat dikuasainya. Kemudian berbalik ke utara dan menyeberang pusat pemerintahan keluarga Sung. Kubilai Khan menyeberang sungai Yang Tse dan menyerbu Wu Tsyang. Penyerbuan itu terjadi pada 1259M. Namun sekonyong-konyong datang berita bahwa kaisar Mongka wafat. Kubilai Khan mengadakan gencatan senjata dan berangkat terburu pulang ke Mongolia untuk ikut serta dalam pilihan Khan sebagai pengganti kakaknya, Mongka. Biasanya pilihan Khan dilakukan di Mongolia utara. Namun sebelum sampai di Mongolia, Kubilai Khan memerintahkan para jenderalnya untuk mengangkatnya sebagai Khan besar. Demikianlah Kubilai Khan, cucu Temujin atau Jengis Khan diangkat sebagai khan agung pada 1260M. 

    Setelah pengangkatannya, Kubilai Khan kembali ke selatan melanjutkan serbuannya ke Tiongkok. Baru pada 1276M, berhasil menguasai Tiongkok. Setelah menguasai seluruh Tiongkok, Kubilai Khan menyebut dirinya sebagai putra langit dan mengambil nama Yuan sebagai dinastinya. Pada 1279M pasukan Cina terakhir dimusnahkan. Kubilai Khan beribukota di Beijing atau Peking, membikin Tiongkok dibawah kekaisaran Mongolia. Ia berusaha meluaskan kekuasaanya ke Jepang dan Jawa atau Tumapel. Tekanan serbuan Mongol mempercepat laju invasi lain yang memorak-porandakan sistem politik tradisional Asia tenggara. Eropah gentar menghadapi Kubilai Khan. Seluruh daratan Asia dikuasainya. Kapal-kapal Tiongkok menguasai perniagaan laut dari Tiongkok sampai Arabia. Kubilai Khan belum puas atas pencapaian besarnya itu. Ia ingin seluruh negara di sepanjang pantai Asia mengakui kekuasaannya sebagai putra langit. Barang siapa mbalela tidak mengakui kekuasaannya dan mengirim upeti, akan dihantam kekuatan besar. Setelah Korea ditundukkan, Kubilai Khan meminta Jepun sudi mengirim upeti dan permintaan itu ditolak kaisar Jepun. Pada 1274M, armada Mongolia dan Korea menuju Jepun. Namun armada besar itu dihantam badai laut sehingga penundukkan Jepun gagal —dan meski diulangi lagi pada 1281M dengan armada yang lebih berpengalaman, Jepun tetap tidak dapat ditundukkan Kubilai Khan. 

    Tampilnya kekuasaan Kubilai Khan di Tiongkok sampai pula ke telinga Sri Kertanegara. Sejak masa pemerintahan Seminingrat, Tumapel sudah mengirim para prajurit telik sandinya ke daerah Malayu atau di sekitar Semenanjung Malaya. Daerah itu memang dikenal sebagai pintu gerbang perdagangan dunia dimana menjadi jalur perdagangan laut dunia yang datang dari laut merah masuk ke Selat Malaka lalu ke Nusantara dan yang ke selatan ke Tiongkok. Siapa yang berhasil mengendalikan jalur perdagangan laut itu maka dapat dikatakan mengendalikan perdagangan dunia.

    Sudah barang tentu kekuasaan Kubilai Khan yang sudah menguasai dataran Tiongkok semakin bernapsu untuk bergerak ke selatan ke arah selat Malaka, ke Malayu dan itu berarti mendekati wilayah Nusantara termasuk Tumapel atau Singasari. Ini tentu menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup kerajaan Tumapel. 

    Apalagi Sri Kertanegara juga mendengar berita bahwa semenjak lama para raja di daerah Malayu semenjak masa kekuasaan Sriwijaya sudah menjalin hubungan dengan maharaja Tiongkok. Para raja di daerah Malayu itu secara rutin datang ke Tiongkok mengirim berbagai hadiah dan bulu bekti sebagai tanda hormat pada kekuasaan Tiongkok. 

    Beralihnya Tiongkok ke tangan Kubilai Khan, bukan tidak mungkin kebiasaan itu terus berlanjut. Dengan demikian sama artinya bahwa daerah di sekitar selat Malaka dalam pengaruh kekuasaan Kubilai Khan. Jika dibiarkan maka nusantara secara luas terancam bahaya besar, menjadi jajahan kekuasaan asing.

    Maka melihat sepak terjang kekuatan Kubilai Khan, raja Kertanegara bersiap menghadang laju kekuatan Tiongkok. Malayu harus diamankan. Pintu gerbang perdagangan dunia harus di tangan bangsa Malayu nusantara. Sebagai sesama bangsa Malayu, Sri Kertanegara merasa senasib sepenanggungan, berkewajiban menjaga ketentraman wilayah Nusantara dari serbuan pengaruh asing, utamanya dari Tiongkok Kubilai Khan. Bagi Sri Kertanegara, cara terbaik menahan laju kekuatan Kubilai Khan adalah menyatukan kekuatan-kekuatan Nusantara dan Asia Tenggara.

    Raja Kertanegara begitu mengagungkan kekuasaannya sebagai Jina dan sebagai raja. Itulah sebab mengapa tidak takut kepada siapapun juga tidak takut kepada kekuasaan Kubilai Khan. Raja Kertanegara sadar akan kekuasaannya dan kekuatannya. Sifat yang demikian itu juga dimiliki kaisar Tiongkok Kubilai Khan yang kebetulan hidup sejaman dengan Kertanegara. Timbul dan wafatnya kedua penguasa dunia itu hampir sama waktunya. Kubilai Khan berkuasa dari 1276M sampai 1294M, Kertanegara berkuasa dari 1268M sampai 1292M.[ii]
     
    Maka sejak tahun pertama mendaki tahta Tumapel menggantikan ayahnya, Sri Kertanegara giat membangun angkatan lautnya yang dipusatkan di Hujung Galuh dan Tuban, meneruskan pekerjaan yang sudah dilakukan ayahnya seperti pembangunan pelabuhan penyeberangan Canggu. Pelabuhan-pelabuhan penyeberangan sungai Brantas selain di Canggu juga dibangun. Kala itu sungai Brantas digunakan pula sebagai lalulintas air yang dapat dilalui kapal-kapal ke arah hulu atau melawan arus.

    Sri Kertanegara mengetahui sejarah pertumbuhan dan perkembangan Nusantara, utamanya tanah Jawa. Bahwa sejak masa lampau bangsa-bangsa asing masuk ke jawa mengalir bagai arus utara. Bangsa-bangsa asing itu datang dari utara. Sudah saatnya mengobarkan setrategi Arus Balik, menghadang arus utara. Jika sebelumnya yang kuat adalah arus utara, maka Sri Kertanegara bersiap membuat arus selatan, kekuatan selatan yang menghadang laju kekuatan dari utara dari Tiongkok. 

    Jika yang berkuasa adalah arus utara, maka Nusantara atau tanah Jawa bakal selalu terjajah pengaruh asing yang semuanya memang boleh dibilang datang dari utara. Ketika itu baik selat Malaka atau Tiongkok dipandang sebagai daerah utara. Semua yang meninggalkan pesisir utara tanah Jawa dibilang berlayar ke utara meskipun kenyataannya kapal itu berlayar ke barat atau ke selat Malaka.

    Setrategi Arus Balik yang dirancang Sri Maharaja Kertanegara pada akhirnya memunculkan gagasan baru yaitu penyatuan Negara-negara rumpun bangsa Malayu yang dinamakan Dwipantara. Bangsa Dwipantara terbentuk dari pulau-pulau yang dihubungkan dengan lautan. Selain menguasai tanah Jawa, Tumapel sudah menguasai tanah Madura, bali, Bakulapura atau Tanjungnagara—Kalimantan— sampai Sulawesi dan daerah-daerah di gugusan Bali Kecil atau Nusa Tenggara. Kerajaan Tumapel di bawah pimpinan Kertanegara berupaya menjadi penguasa tunggal di wilayah Dwipantara. 

    Karena Dwipantara wilayahnya sebagaian besar adalah lautan, maka sudah seharusnya memiliki kekuatan laut yang besar seperti yang pernah dimiliki Sriwijaya. Bangsa lautan bakal lemah jika tidak memiliki ketangguhan di lautan. Jika Tumapel tidak memiliki armada laut yang tangguh, maka mudah dirongrong musuh, itu berarti pengaruh Tiongkok Kubilai Khan bakal mudah menjajah daerah Dwipantara.

    Gagasan Dwipantara merupakan sakaguru Nusantara dan pada masa Majapahit kembali dikibarkan Mahapatih Gajahmada dengan semangat Sumpah Palapa. Dari gagasan besar itu tampak nyata Sri Kertanegara salah seorang penguasa Jawa yang memiliki pandangan dan pemahaman luas terhadap setrategi politik luar negeri, lebih daripada para penguasa sebelumnya.

    Gagasan Dwipantara belum pernah dikeluarkan para raja tanah Jawa sebelum masa Sri Kertanegara. Sangat beda dengan siasat yang dilakukan kekuasaan Sriwijaya atas Malayu pada abad tujuh maupun Medang Mataram  wangsa Selendra atas Sriwijaya. Atau wawasan nusantara yang dilakukan Dharmawangsa Teguh. Penaklukan-penaklukan itu bukan lantaran akibat ketakutan atau untuk menghadapi pengaruh bangsa Asing yang menyerbu negeri-negeri Dwipantara. 

    Sementara rencana penaklukkan Tumapel atas Melayu dan penjalinan hubungan persahabatan dengan negeri-negeri lain di seberang lautan Jawa merupakan upaya membangkitkan kesadaran bersama antar Negara-negara Dwipantara membendung pengaruh kekuasaan Kubilai Khan dari Tiongkok, bukannya untuk menjajah secara semena-mena. Sri Kertanegara bertekad menaklukkan Melayu semata bermaksud mengamankan Nusantara dari ancaman kekuatan asing Mongolia. 

    Sampai kemudian pada 1275M, armada laut Tumapel pimpinan Jalasenapati Mahisa Anabrang berlayar ke utara dengan tujuan menguasai daerah Melayu atau wilayah di sekitar selat Malaya sebagai upaya mencegah masuknya pengaruh Kubilai Khan ke Singhasari dan daerah lain di Nusantara.  

    Kekuatan Tumapel yang tersedot banyak ke Malayu, menciptakan celah bagi mereka yang menentang segala kebijakan Sri Kertanegara terkait cita-cita besarnya menyatukan Nusantara. Pada 1280M atau lima tahun setelah mengiriman ekspedisi Pamalayu[iii] jilid pertama pecah pemberontakan Mahisa Rangkah. Disebutkan dalam Negarakertagama jika Mahisa Rangkah adalah tokoh yang dibenci penduduk Singhasari. Pemberontakan ini berkaitan erat dengan kebijakan Sri Kertanegara menyopot jabatan mahapatih Mapanji Singharsa dan menempatkannya sebagai pejabat kehakiman Tumapel. Sebagaimana peristiwa Cayaraja, pemberontakan Mahisa Rangkah juga berhasil dipadamkan. 

    Pada 1284M Kertanegara berhasil menaklukkan Bali, dan membawa rajanya sebagai tawanan menghadap Singhasari. Selain kedua negeri tersebut, juga berhasil ditaklukkan daerah-daerah lainnya, yaitu Gurun, Pahang, dan Bakulapura atau Tanjungpura. 

    Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin Mahisa Anabrang menuai kegemilangan. Pada 1286M, raja Malayu Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa di Dharmasraya dapat ditundukkan. Kertanegara bersikap tegas menggunakan kekuatan perang atas Malayu,  lantaran sebelumnya negeri-negeri Malayu melakukan hubungan dengan Kubilai Khan, rutin menghadap mengirim bulu bekti tanda takluk. Setelah menaklukkan Melayu, Kertanegara mengirim arca Amoghapasa ke Dharmasraya sebagai bentuk persahabatan bukan penjajahan. Ini langkah Kertanegara mengajak Melayu bersama-sama menyatukan tekad membentuk persatuan Dwipantara, sama-sama menolak pengaruh Tiongkok. Bunyi piagam itu sebagaimana terjemahan Slamet Muljana adalah: 

    Salam bahagia. Pada tahun saka 1208 bulan Bhadrapada, hari pertama bulan naik, hari mawulu, Wage, hari kamis, wuku Madangkungan, tatkala itulah arca paduka Amoghapasa Lokeswara dengan empatbelas pengikut serta tujuh ratna permata dibawa dari bhumi Jawa ke Swarnabhumi, ditegakkan di Dharmasraya sebagai hadiah Sri Wiswarupa. Untuk tujuan tersebut Sri Kertanegara Wikramottunggadewa memerintahkan Rakryan mahamentri dyah Adwayabrahma,  Rakryan mahamentri sirikan dyah Sugatabrahma, sang Hyang Dipangkaradasa, Rakryan Demung Wira, untuk mengantar Paduka Arca Amoghapasa. Semoga hadiah itu membuat gembira segenap penduduk negeri Malayu termasuk para brahma, satria, waisya, sudra dan terutama segenap para arya, Sri Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa.
    Dalam piagam Amoghapasa, Kertanegara bergelar Sri Kertanegara Wikramottunggadewa. Sementara termuat beberapa pejabat tinggi seperti rakryan mahamentri dyah Adwayabrahma, rakryan mahamentri sirikan dyah Sugatabrahma, sang hyang Dipangkaradasa, dan rakryan demung Wira.

    Sri Kertanegara juga menjalin hubungan dengan kerajaan Champa yang beribukota di Pandurangga. Diharapkan Champa menjadi benteng pertama dalam upaya membendung pengaruh Kubilai Khan. Sri Kertanegara menggunakan setrategi politik perkawinan dengan mengirimkan putri selirnya, dyah Ayu Dewi Tapasi sebagai permaisuri raja Champa Jayasinghavarman III —sebagaimana termuat dalam prasasti Po Sah, dekat Phanrang, 1306 M, yang menyebutkan salah seorang permaisuri raja Champa adalah putri Jawa bernama Tapasi. 

    Kelak kerajaan Champa menjalin hubungan baik dengan keturunan Kertanegara di Majapahit. Akibat perkawinan dyah Ayu Tapasi dengan raja Cempa,  keluarga kerajaan Cempa dekat dengan keturunan Sri Kertanegara di Majapahit. Tidak heran pula jika beberapa keturunan wangsa Rajasa di Majapahit seperti Sri Kertawijaya mengadakan perkawinan dengan salah seorang putri Champa.

    Sementara untuk meredam kekeruhan di dalam negeri selama pasukan Tumapel berada di Malayu, Ardharaja, putra Jayakatwang dari Panjalu Daha diambil menantu. raden Wijaya diangkat sebagai panglima perang Tumapel menggantikan kedudukan ayahnya, dyah Lembu Tal. Selain itu, raden Wijaya juga dijodohkan dengan dua putri Kertanegara. Kehadiran raden Wijaya dan Ardharaja dalam keraton Tumapel, membuat Sri Kertanegara semakin yakin pada ketenteraman dalam negeri. Sri Kertanegara sangat gagah dan percaya diri mengendalikan pemerintahannya.

    Sementara itu setelah mengetahui kekuasaan raja Tumapel atas negeri Melayu serta pelabuhannya, Kubilai Khan sadar bahwa kekuasaan itu mengurangi kewibawaannya sebagai putra langit. Maka pada 1289M, Kubilai Khan mengirim utusan bernama Meng Ki menghadap Kertanegara supaya sudi tunduk dan mengirim upeti ke hadapan Kubilai Khan. Karena sadar akan kekuatan dan kekuasaan besarnya, Kertanegara tidak sudi mengikuti keinginan Kubilai Khan. Permintaan itu ditolak bahkan Meng Ki disuruh pulang dengan pesan ditulis di atas dahinya.

    Kubilai Khan marah besar mengetahui Meng Ki pulang tanpa hasil, bahkan dimalukan dengan tulisan di dahinya. Maka armada Kubilai Khan melaju menuju Jawa. Itu terjadi pada 1292M. Pada saat armada Kubilai Khan mendarat di Tuban, Tumapel Singhasari sudah hancur digulung Jayakatwang. 

    ================ 
    SIWI SANG
    Sumber: Buku Girindra:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang



    [i] Cakreswara kelak menurunkan Cakradara. Cakradara menjadi suami dyah Gitarja. Cakradara menjadi baginda Tumapel bergelar Kertawardhana. Setelah wafat bergelar anumerta Batara Parameswara didarmakan di Waringin Pitu Tulungagung.

    [ii] Lihat Slamet Muljana dalam Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya.

    [iii] Pamalayu artinya Perang Melayu. Pararaton menyebut beberapa perang seperti Pasadeng, Palasem, Pasunda-bubat, Paregreg. Paregreg adalah perang Regreg bukan perang Paregreg. Pamalayu bukan perang Pamalayu. Tapi awalan ’Pa’ tidak selalu bermakna ‘perang’. Contohnya Pajajaran.







    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara