KERTANEGARA putra sulung pasangan Seniningrat dan Waning Hyun atau Jayawardhani. Diperkirakan lahir sekitar 1241M. Memiliki adik perempuan bernama Turukbali, permaisuri Jayakatwang. Memiliki adik bungsu bernama Cakreswara[i]. Istri Kertanegara bernama Sri Bajradewi, dari perkawinan ini menurunkan enam putri: empat disunting raden Wijaya yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi dan Gayatri. Seorang diistri Ardharaja. Seorang lagi bernama dyah Ayu Tapasi, menjadi permaisuri raja Cempa Singhawarman.
Sebelum menjadi maharaja Singasari, Sri Kertanegara menjadi yuwaraja atau raja muda di keraton Daha mulai tahun 1254M.
Kertanegara menjadi maharaja
di Singasari setelah Seminingrat wafat yang disusul wafatnya Narasingamurti. Sampai prasasti
Pakis Wetan 8 Pebruari 1267M, masih
menyebut Kertanegara sebagai raja muda.
Pada masa itu di dataran Tiongkok tampil kekuatan baru dinasti Kubilai Khan. Abad 13
adalah abadnya Dinasti Mongol yang penaklukkannya atas tempat-tempat jauh
mengubah arah sejarah Eropa dan Asia. Pada 1206M Temujin diproklamasikan
sebagai Jenghis Khan. Duapuluh tahun kemudian imperiumnya mencakup Rusia sampai
laut Cina. Pada 1258M pasukan-pasukan penerusnya masuk ke Tongkin dan Hanoi.
Setelah pada 1171M Khilafah Fatimiyah runtuh, Dinasti
Abassiyah naik bersinar. Delapan puluh tahun kemudian datang bencana penyerbuan
bangsa Mongolia pimpinan anak Jengis Khan, Hulagu ke Bagdad pada 1258M, pada
masa pemerintahan Khalifah Al Musta’sim berkuasa 1242-1258M. Pengaruh serbuan
ini menjadikan Dinasti Jengis Khan menganut Islam. Raja Mongol yang pertama
menganut Islam adalah Barakah Khan, 1256-1267M. Raja Dinasti Hulagu yang juga
disebut dinasti Ilkhan bernama Gahzan, 37 tahun setelah runtuhnya Bagdad
memberlakukan hukum Islam di Pesia pada 1295M. Dinasti Chagatay yaitu raja Tuqluq
Timur Khan 1347-1363M dari wilayah tengah sebagai kekaisaran Islam.
Setelah Jengis Khan meninggal, kekaisaran
Mongolia dipecah menjadi empat: Wilayah timur dikuasai putra ketiga Ogotay.
Wilayah Tengah dikuasai putra kedua Chagatay. Wilayah Barat dikuasai cucunya,
Batu, putra Juci, putra tertua Jengis Khan. Wilayah Persia dikuasai putra
keempat Hulagu. Sebelum penyerbuan Hulagu, ayahnya Jengis Khan, berkuasa
1155-1227M, atau berkuasa pada masa Jawa dipimpin Sri Jayabhaya sampai Ranggah
Rajasa, pada 1213M berhasil membangun ibukota baru bernama Beijing atau Peking.
Sebelumnya ibukotanya di Kakaroum. Raja Tiongkok Yen Ching ditaklukkan. Di
bawah Ogotay atau Ogodai, 1227-1241M, terjadilah penyerangan ke Tiongkok pada
1234M. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa akibat penaklukan Mongolia
atas Tiongkok berdampak pada pengungsian besar-besaran yang dilakukan
orang-orang dari kekaisaran Chin keluar wilayah Tiongkok yang kemudian
memunculkan istilah China.
Kubilai Khan merupakan adik Mongka, putra Hulagu, yang diserahi
pemerintahan atas daerah Honan dan Syensi, dikirim keselatan untuk menundukkan
kerajaan Nan Chao di Yunan. Nan Chao berhasil digulung pada 1253M. Seluruh
dataran tinggi Yunan sampai Hanoi dapat dikuasainya. Kemudian berbalik ke utara
dan menyeberang pusat pemerintahan keluarga Sung. Kubilai Khan menyeberang
sungai Yang Tse dan menyerbu Wu Tsyang. Penyerbuan itu terjadi pada 1259M. Namun
sekonyong-konyong datang berita bahwa kaisar Mongka wafat. Kubilai Khan
mengadakan gencatan senjata dan berangkat terburu pulang ke Mongolia untuk ikut
serta dalam pilihan Khan sebagai pengganti kakaknya, Mongka. Biasanya pilihan
Khan dilakukan di Mongolia utara. Namun sebelum sampai di Mongolia, Kubilai
Khan memerintahkan para jenderalnya untuk mengangkatnya sebagai Khan besar.
Demikianlah Kubilai Khan, cucu Temujin atau Jengis Khan diangkat sebagai khan
agung pada 1260M.
Setelah pengangkatannya, Kubilai Khan kembali ke selatan melanjutkan
serbuannya ke Tiongkok. Baru pada 1276M, berhasil menguasai Tiongkok. Setelah
menguasai seluruh Tiongkok, Kubilai Khan menyebut dirinya sebagai putra langit
dan mengambil nama Yuan sebagai dinastinya. Pada 1279M pasukan Cina terakhir
dimusnahkan. Kubilai Khan beribukota di Beijing atau Peking, membikin Tiongkok
dibawah kekaisaran Mongolia. Ia berusaha meluaskan kekuasaanya ke Jepang dan
Jawa atau Tumapel. Tekanan serbuan Mongol mempercepat laju invasi lain
yang memorak-porandakan sistem politik tradisional Asia tenggara. Eropah gentar menghadapi Kubilai Khan.
Seluruh daratan Asia dikuasainya. Kapal-kapal Tiongkok menguasai perniagaan
laut dari Tiongkok sampai Arabia. Kubilai Khan belum puas atas pencapaian
besarnya itu. Ia ingin seluruh negara di sepanjang pantai Asia mengakui
kekuasaannya sebagai putra langit. Barang siapa mbalela tidak mengakui
kekuasaannya dan mengirim upeti, akan dihantam kekuatan besar. Setelah Korea
ditundukkan, Kubilai Khan meminta Jepun sudi mengirim upeti dan permintaan itu
ditolak kaisar Jepun. Pada 1274M, armada Mongolia dan Korea menuju Jepun. Namun
armada besar itu dihantam badai laut sehingga penundukkan Jepun gagal —dan
meski diulangi lagi pada 1281M dengan armada yang lebih berpengalaman, Jepun
tetap tidak dapat ditundukkan Kubilai Khan.
Tampilnya kekuasaan Kubilai Khan di Tiongkok sampai pula ke telinga Sri Kertanegara.
Sejak masa pemerintahan Seminingrat, Tumapel sudah mengirim para prajurit telik
sandinya ke daerah Malayu atau di sekitar Semenanjung Malaya. Daerah itu memang
dikenal sebagai pintu gerbang perdagangan dunia dimana menjadi jalur
perdagangan laut dunia yang datang dari laut merah masuk ke Selat Malaka lalu
ke Nusantara dan yang ke selatan ke Tiongkok. Siapa yang berhasil mengendalikan
jalur perdagangan laut itu maka dapat dikatakan mengendalikan perdagangan
dunia.
Sudah barang tentu kekuasaan Kubilai Khan yang sudah menguasai dataran
Tiongkok semakin bernapsu untuk bergerak ke selatan ke arah selat Malaka, ke
Malayu dan itu berarti mendekati wilayah Nusantara termasuk Tumapel atau
Singasari. Ini tentu menjadi ancaman besar bagi kelangsungan hidup kerajaan
Tumapel.
Apalagi Sri Kertanegara juga mendengar berita bahwa semenjak lama para raja
di daerah Malayu semenjak masa kekuasaan Sriwijaya sudah menjalin hubungan
dengan maharaja Tiongkok. Para raja di daerah Malayu itu secara rutin datang ke
Tiongkok mengirim berbagai hadiah dan bulu bekti sebagai tanda hormat pada
kekuasaan Tiongkok.
Beralihnya Tiongkok ke tangan Kubilai Khan, bukan tidak mungkin kebiasaan
itu terus berlanjut. Dengan demikian sama artinya bahwa daerah di sekitar selat
Malaka dalam pengaruh kekuasaan Kubilai Khan. Jika dibiarkan maka nusantara
secara luas terancam bahaya besar, menjadi jajahan kekuasaan asing.
Maka melihat sepak terjang kekuatan Kubilai Khan, raja Kertanegara bersiap
menghadang laju kekuatan Tiongkok. Malayu harus diamankan. Pintu gerbang
perdagangan dunia harus di tangan bangsa Malayu nusantara. Sebagai sesama
bangsa Malayu, Sri Kertanegara merasa senasib sepenanggungan, berkewajiban
menjaga ketentraman wilayah Nusantara dari serbuan pengaruh asing, utamanya
dari Tiongkok Kubilai Khan. Bagi Sri Kertanegara, cara terbaik menahan laju
kekuatan Kubilai Khan adalah menyatukan kekuatan-kekuatan Nusantara dan Asia
Tenggara.
Raja Kertanegara begitu mengagungkan kekuasaannya sebagai Jina dan sebagai
raja. Itulah sebab mengapa tidak takut kepada siapapun juga tidak takut kepada
kekuasaan Kubilai Khan. Raja Kertanegara sadar akan kekuasaannya dan
kekuatannya. Sifat yang demikian itu juga dimiliki kaisar Tiongkok Kubilai Khan
yang kebetulan hidup sejaman dengan Kertanegara. Timbul dan wafatnya kedua
penguasa dunia itu hampir sama waktunya. Kubilai Khan berkuasa dari 1276M
sampai 1294M, Kertanegara berkuasa dari 1268M sampai 1292M.[ii]
Maka sejak tahun pertama mendaki tahta Tumapel menggantikan ayahnya, Sri Kertanegara
giat membangun angkatan lautnya yang dipusatkan di Hujung Galuh dan Tuban,
meneruskan pekerjaan yang sudah dilakukan ayahnya seperti pembangunan pelabuhan
penyeberangan Canggu. Pelabuhan-pelabuhan penyeberangan sungai Brantas selain
di Canggu juga dibangun. Kala itu sungai Brantas digunakan pula sebagai
lalulintas air yang dapat dilalui kapal-kapal ke arah hulu atau melawan arus.
Sri Kertanegara
mengetahui sejarah pertumbuhan dan perkembangan Nusantara, utamanya tanah Jawa.
Bahwa sejak masa lampau bangsa-bangsa asing masuk ke jawa mengalir bagai arus
utara. Bangsa-bangsa asing itu datang dari utara. Sudah saatnya mengobarkan
setrategi Arus Balik, menghadang arus utara. Jika sebelumnya yang kuat adalah
arus utara, maka Sri Kertanegara bersiap membuat arus selatan, kekuatan selatan
yang menghadang laju kekuatan dari utara dari Tiongkok.
Jika yang
berkuasa adalah arus utara, maka Nusantara atau tanah Jawa bakal selalu
terjajah pengaruh asing yang semuanya memang boleh dibilang datang dari utara.
Ketika itu baik selat Malaka atau Tiongkok dipandang sebagai daerah utara.
Semua yang meninggalkan pesisir utara tanah Jawa dibilang berlayar ke utara
meskipun kenyataannya kapal itu berlayar ke barat atau ke selat Malaka.
Setrategi
Arus Balik yang dirancang Sri Maharaja Kertanegara pada akhirnya memunculkan
gagasan baru yaitu penyatuan Negara-negara rumpun bangsa Malayu yang dinamakan
Dwipantara. Bangsa Dwipantara terbentuk dari pulau-pulau yang dihubungkan
dengan lautan. Selain menguasai tanah Jawa, Tumapel sudah menguasai tanah
Madura, bali, Bakulapura atau Tanjungnagara—Kalimantan— sampai Sulawesi dan
daerah-daerah di gugusan Bali Kecil atau Nusa Tenggara. Kerajaan Tumapel di
bawah pimpinan Kertanegara berupaya menjadi penguasa tunggal di wilayah
Dwipantara.
Karena
Dwipantara wilayahnya sebagaian besar adalah lautan, maka sudah seharusnya
memiliki kekuatan laut yang besar seperti yang pernah dimiliki Sriwijaya. Bangsa
lautan bakal lemah jika tidak memiliki ketangguhan di lautan. Jika Tumapel
tidak memiliki armada laut yang tangguh, maka mudah dirongrong musuh, itu
berarti pengaruh Tiongkok Kubilai Khan bakal mudah menjajah daerah Dwipantara.
Gagasan
Dwipantara merupakan sakaguru Nusantara dan pada masa Majapahit kembali
dikibarkan Mahapatih Gajahmada dengan semangat Sumpah Palapa. Dari gagasan
besar itu tampak nyata Sri Kertanegara salah seorang penguasa Jawa yang
memiliki pandangan dan pemahaman luas terhadap setrategi politik luar negeri,
lebih daripada para penguasa sebelumnya.
Gagasan Dwipantara belum pernah dikeluarkan para raja tanah Jawa sebelum masa Sri Kertanegara. Sangat beda dengan siasat yang dilakukan kekuasaan Sriwijaya atas Malayu pada abad tujuh maupun Medang Mataram wangsa Selendra atas Sriwijaya. Atau wawasan nusantara yang dilakukan Dharmawangsa Teguh. Penaklukan-penaklukan itu bukan lantaran akibat ketakutan atau untuk menghadapi pengaruh bangsa Asing yang menyerbu negeri-negeri Dwipantara.
Gagasan Dwipantara belum pernah dikeluarkan para raja tanah Jawa sebelum masa Sri Kertanegara. Sangat beda dengan siasat yang dilakukan kekuasaan Sriwijaya atas Malayu pada abad tujuh maupun Medang Mataram wangsa Selendra atas Sriwijaya. Atau wawasan nusantara yang dilakukan Dharmawangsa Teguh. Penaklukan-penaklukan itu bukan lantaran akibat ketakutan atau untuk menghadapi pengaruh bangsa Asing yang menyerbu negeri-negeri Dwipantara.
Sementara
rencana penaklukkan Tumapel atas Melayu dan penjalinan hubungan persahabatan
dengan negeri-negeri lain di seberang lautan Jawa merupakan upaya membangkitkan
kesadaran bersama antar Negara-negara Dwipantara membendung pengaruh kekuasaan
Kubilai Khan dari Tiongkok, bukannya untuk menjajah secara semena-mena. Sri Kertanegara
bertekad menaklukkan Melayu semata bermaksud mengamankan Nusantara dari ancaman
kekuatan asing Mongolia.
Sampai
kemudian pada 1275M, armada laut Tumapel pimpinan Jalasenapati Mahisa Anabrang
berlayar ke utara dengan tujuan menguasai daerah Melayu atau wilayah di sekitar
selat Malaya sebagai upaya mencegah masuknya pengaruh Kubilai Khan ke
Singhasari dan daerah lain di Nusantara.
Kekuatan Tumapel yang tersedot banyak ke Malayu, menciptakan celah bagi
mereka yang menentang segala kebijakan Sri Kertanegara terkait cita-cita
besarnya menyatukan Nusantara. Pada 1280M atau lima tahun setelah mengiriman
ekspedisi Pamalayu[iii] jilid pertama pecah pemberontakan Mahisa
Rangkah. Disebutkan dalam Negarakertagama jika Mahisa Rangkah adalah tokoh yang
dibenci penduduk Singhasari. Pemberontakan ini berkaitan erat dengan kebijakan
Sri Kertanegara menyopot jabatan mahapatih Mapanji Singharsa dan menempatkannya
sebagai pejabat kehakiman Tumapel. Sebagaimana peristiwa Cayaraja,
pemberontakan Mahisa Rangkah juga berhasil dipadamkan.
Pada 1284M
Kertanegara berhasil menaklukkan Bali, dan membawa rajanya sebagai tawanan
menghadap Singhasari. Selain kedua negeri tersebut, juga berhasil ditaklukkan
daerah-daerah lainnya, yaitu Gurun, Pahang, dan Bakulapura atau Tanjungpura.
Ekspedisi
Pamalayu yang dipimpin Mahisa Anabrang menuai kegemilangan. Pada 1286M, raja Malayu
Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa di Dharmasraya dapat ditundukkan. Kertanegara
bersikap tegas menggunakan kekuatan perang atas Malayu, lantaran sebelumnya negeri-negeri Malayu
melakukan hubungan dengan Kubilai Khan, rutin menghadap mengirim bulu bekti
tanda takluk. Setelah menaklukkan Melayu, Kertanegara mengirim arca Amoghapasa
ke Dharmasraya sebagai bentuk persahabatan bukan penjajahan. Ini langkah
Kertanegara mengajak Melayu bersama-sama menyatukan tekad membentuk persatuan
Dwipantara, sama-sama menolak pengaruh Tiongkok. Bunyi piagam itu sebagaimana terjemahan Slamet Muljana adalah:
Salam bahagia. Pada tahun saka 1208 bulan Bhadrapada,
hari pertama bulan naik, hari mawulu, Wage, hari kamis, wuku Madangkungan,
tatkala itulah arca paduka Amoghapasa Lokeswara dengan empatbelas pengikut
serta tujuh ratna permata dibawa dari bhumi Jawa ke Swarnabhumi, ditegakkan di
Dharmasraya sebagai hadiah Sri Wiswarupa. Untuk tujuan tersebut Sri Kertanegara
Wikramottunggadewa memerintahkan Rakryan mahamentri dyah Adwayabrahma, Rakryan mahamentri sirikan dyah Sugatabrahma,
sang Hyang Dipangkaradasa, Rakryan Demung Wira, untuk mengantar Paduka Arca
Amoghapasa. Semoga hadiah itu membuat gembira segenap penduduk negeri Malayu
termasuk para brahma, satria, waisya, sudra dan terutama segenap para arya, Sri
Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa.
Dalam piagam Amoghapasa, Kertanegara bergelar Sri Kertanegara
Wikramottunggadewa. Sementara termuat beberapa pejabat tinggi seperti rakryan
mahamentri dyah Adwayabrahma, rakryan mahamentri sirikan dyah Sugatabrahma,
sang hyang Dipangkaradasa, dan rakryan demung Wira.
Sri Kertanegara juga menjalin hubungan dengan kerajaan Champa yang
beribukota di Pandurangga. Diharapkan Champa menjadi benteng pertama dalam
upaya membendung pengaruh Kubilai Khan. Sri Kertanegara menggunakan setrategi
politik perkawinan dengan mengirimkan putri selirnya, dyah Ayu Dewi Tapasi sebagai
permaisuri raja Champa Jayasinghavarman III —sebagaimana termuat dalam prasasti
Po Sah, dekat Phanrang, 1306 M, yang menyebutkan salah seorang permaisuri raja Champa
adalah putri Jawa bernama Tapasi.
Kelak kerajaan Champa menjalin hubungan baik dengan keturunan Kertanegara
di Majapahit. Akibat perkawinan dyah Ayu Tapasi dengan raja Cempa, keluarga kerajaan Cempa dekat dengan
keturunan Sri Kertanegara di Majapahit. Tidak heran pula jika beberapa
keturunan wangsa Rajasa di Majapahit seperti Sri Kertawijaya mengadakan
perkawinan dengan salah seorang putri Champa.
Sementara untuk meredam
kekeruhan di dalam negeri selama pasukan Tumapel berada di Malayu, Ardharaja, putra
Jayakatwang dari Panjalu Daha diambil menantu. raden Wijaya diangkat sebagai
panglima perang Tumapel menggantikan kedudukan ayahnya, dyah Lembu Tal. Selain
itu, raden Wijaya juga dijodohkan dengan dua putri Kertanegara. Kehadiran raden
Wijaya dan Ardharaja dalam keraton Tumapel, membuat Sri Kertanegara semakin
yakin pada ketenteraman dalam negeri. Sri Kertanegara sangat gagah dan percaya
diri mengendalikan pemerintahannya.
Sementara itu setelah mengetahui kekuasaan raja Tumapel atas negeri Melayu
serta pelabuhannya, Kubilai Khan sadar bahwa kekuasaan itu mengurangi
kewibawaannya sebagai putra langit. Maka pada 1289M, Kubilai Khan mengirim
utusan bernama Meng Ki menghadap Kertanegara supaya sudi tunduk dan mengirim
upeti ke hadapan Kubilai Khan. Karena sadar akan kekuatan dan kekuasaan
besarnya, Kertanegara tidak sudi mengikuti keinginan Kubilai Khan. Permintaan
itu ditolak bahkan Meng Ki disuruh pulang dengan pesan ditulis di atas dahinya.
Kubilai Khan marah besar mengetahui Meng Ki pulang tanpa hasil, bahkan
dimalukan dengan tulisan di dahinya. Maka armada Kubilai Khan melaju menuju
Jawa. Itu terjadi pada 1292M. Pada saat armada Kubilai Khan mendarat di Tuban,
Tumapel Singhasari sudah hancur digulung Jayakatwang.
================
SIWI SANG
Sumber: Buku Girindra:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang
[i] Cakreswara kelak menurunkan Cakradara. Cakradara
menjadi suami dyah Gitarja. Cakradara menjadi baginda Tumapel bergelar
Kertawardhana. Setelah wafat bergelar anumerta Batara Parameswara didarmakan di
Waringin Pitu Tulungagung.
[ii] Lihat Slamet Muljana dalam Negarakertagama dan Tafsir
Sejarahnya.
[iii] Pamalayu artinya Perang Melayu. Pararaton menyebut
beberapa perang seperti Pasadeng, Palasem, Pasunda-bubat, Paregreg. Paregreg
adalah perang Regreg bukan perang Paregreg. Pamalayu bukan perang Pamalayu.
Tapi awalan ’Pa’ tidak selalu bermakna ‘perang’. Contohnya Pajajaran.
No comments:
Post a Comment