Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Thursday, January 15, 2015

    Antara Arya Wiraraja Dan Sri Kertanegara



    Berdasarkan prasasti Gunung Wilis 1269M, arya Wiraraja yang sebelumnya menjabat sebagai Rakryan Demung, dipindahtugaskan sebagai adipati amancanagara di Sumenep, daerah yang merupakan bagian dari keraton Madura. Madura sendiri merupakan kerajaan bawahan Tumapel. Bahwa penempatan arya Wiraraja sebagai adipati Sumenep benar merupakan upaya Sri Kertanegara menyingkirkan para pembantunya yang suka menentang kebijakan negara, termasuk arya Wiraraja.



    Hanya  Sri Kertanegara tidak secara tegas menyingkirkan Wiraraja, melainkan disingkirkan secara halus, ditugaskan ditempat yang jauh dari istana. Arya Wiraraja hanya dijauhkan dari kemungkinan berkecimpung banyak dalam kebijakan raja. Arya Wiraraja sesungguhnya tidak diturunkan jabatannya. Ketika itu jabatan Demung dan Kanuruhan sejajar dengan adipati amancanegara.

    Bagaimanapun Sri Kertanegara tetap menghormati sosok Wiraraja. Berdasarkan berita Pararaton, Arya Wiraraja berasal dari desa Nangka, Jawatimur —tidak berdarah Madura atau Sumenep. Sangat mungkin merupakan keturunan dari tokoh yang sangat dihormati keluarga keraton, baik oleh Narasingamurti maupun Seminingrat, yaitu keturunan sang Pranaraja, tokoh yang pada tahun 1255M mendapat anugerah desa Mula dan Malurung. Jika benar, ini berarti arya Wiraraja berasal dari keluarga yang berjasa besar pada negara, terutama dalam menumpas pemberontakan Tohjaya.  

    Sebagai seorang prajurit, arya Wiraraja tunduk patuh pada keputusan raja. Ia berangkat juga ke Sumenep. Ia tahu jabatannya tidak diturunkan, tetapi Wiraraja juga tahu bahwa dengan ditempatkannya sebagai seorang adipati di daerah yang jauh dari keraton, kemungkinan untuk meniti karir keprajuritan setinggi mungkin bakal mentok. Beda bagi mereka yang menjabat di lingkungan keraton yang semua mentri seperti Demung dan Kanuruhan berpeluang menduduki posisi sebagai seorang mahapatih. Wiraraja adalah seorang prajurit dan tentu berkeinginan pula menduduki posisi tinggi seperti mahapatih. Tetapi Sri Kertanegara telah secara halus menutup peluang itu. Inilah yang kemudian menjadikan benih-benih dendam pribadi pada sang raja dan kelak menemukan jalannya ketika berhubungan dengan Jayakatwang. Ini yang tidak disadari Sri Kertanegara. 

    Perombakan susunan kabinet yang dilakukan pada awal pemerintahan Sri Kertanegara di Tumapel ternyata mengusik seorang tokoh bernama Kalana Bhayangkara. Tokoh ini sangat mungkin merupakan pengikut arya Wiraraja atau setidaknya yang bersimpati pada adipati Sumenep itu. Raja Kertanegara dianggap telah bersikap tidak adil, menyingkirkan pejabat jujur dan berbakat seperti Wiraraja. Kekecewaan yang menumpuk itu kemudian dikeluarkan dalam bentuk pemberontakan pada 1270M. Negarakertagama mengabarkan pada tahun itu terjadi pemberontakan Cayaraja. Nama Kalana Bhayangkara dan Cayaraja merupakan satu tokoh. Pemberontakan ini dengan gemilang dipadamkan Sri Kertanegara.

    Pada 1271M, Sri Kertanegara mengangkat Jayakatwang sebagai raja di Kadiri menggantikan ayahnya, Sastrajaya. Sementara permaisuri Jayakatwang, Turukbali tetap bersemayam di Gelang-Gelang. Adik bungsu Sri Kertanegara yaitu Cakreswara ditempatkan di Daha.


    =============

    SIWI SANG

    Bahan Bacaan:

    Diambil dari buku Girindra:Pararaja TUmapel-Majapahit karya Siwi Sang

     

    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara