buku karya Titi Surti Nastiti judul PEREMPUAN JAWA : Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat abad VIII-XV |
Selama ini buku sejarah kita mencatat bahwa maharaja Majapahit Sri Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya yang bertahta tahun 1447M-1451M hanya mengeluarkan satu prasasti yaitu Prasasti Waringin Pitu tahun 1447M. Ternyata maharaja Kertawijaya masih mengeluarkan satu prasasti lagi yaitu yang dikenal sebagai Prasasti Trowulan III. Buku GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit juga belum menempatkan Prasasti Trowulan III sebagai satu prasasti yang dikeluarkan oleh Maharaja Kertawijaya. Identifikasi siapa yang mengeluarkan Prasasti Trowulan III sangat penting karena terutama berkaitan dengan sejarah Singawikramawardhana dyah Suraprabhawa yang berdasarkan penafsiran terbaru merupakan Maharaja Majapahit yang gugur tahun 1478M. Selain itu juga untuk menguatkan beberapa penafsiran yang menempatkan dyah Suraprabhawa sebagai putra bungsu Maharaja Kertawijaya. Meski tahun terbitnya tidak diketahui secara jelas, analisa berikut ini cukup mantap menempatkan maharaja Kertawijaya sebagai tokoh yang mengeluarkan Prasasti Trowulan III.
Berikuti ini analisa
dari http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id/2016/12/prasasti-trowulan-iii.html
Angka tahun dalam
Prasasti Trowulan III sudah hilang. Nama raja yang mengeluarkan prasasti juga
sudah hilang.
Sampai saat ini belum
ada penulis sejarah atau ahli epigrafi yang dengan tegas mengidentifikasi tahun
terbitnya Prasasti Trowulan III atau siapa raja yang mengeluarkan prasasti ini.
Padahal, kalau
membandingkan dengan prasasti Waringin Pitu berangka tahun 1447M, cukup
terang benderang bahwa prasasti Trowulan III dan prasasti Waringin Pitu 1447M
dikeluarkan oleh seorang tokoh maharaja yang sama.
Mari kita cek dengan
mengidentifikasi siapa tokoh MAHARAJA dalam prasasti Trowulan III yang ditulis
sebagai ayah dari Bhre Tumapel Sri Singawikramawardhana dyah
Suraprabhawa.
Dalam Prasasti Trowulan
III terdapat keterangan yang menyebutkan Bhre Tumapel Sri Singhawikramawardhana
Dyah Suraprabhawa mempunyai isteri bernama Bhre Singhapura Dyah Sripura
Rajasawarddhanadewi.
Dyah Suraprabhawa dalam
Prasasti Trowulan III disebut sebagai putra bungsu SRI MAHARAJA.
Nama lengkap SRI
MAHARAJA sudah hilang. Sehingga perlu ditafsirkan siapa sesungguhnya SRI
MAHARAJA ayah dari Bhre Tumapel Dyah Suraprabhawa.
Siwi Sang dalam buku
GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit terbitan 2013 telah mengidentifikasi bahwa
maharaja Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya dari permaisuri ratu Daha
jayawardhani dyah Jayeswari memiliki 3 orang putra yaitu Rajasawardhana dyah Wijaya
Kumara, Girisawardhana dyah Suryawikrama, dan Singawikramawardhana dyah
Suraprabhawa.
Jadi, merujuk pendapat
Siwi Sang, kita ketahui bahwa ayah Dyah Suraprabhawa yang dalam prasasti
Trowulan III ditulis sebagai MAHARAJA adalah maharaja Wijaya Parakrama Wardhana
dyah Kertawijaya yang berkuasa sebagai maharaja Majapahit pada tahun
1447M-1451M.
Berita dalam Prasasti
Trowulan III yang menyebutkan Dyah Suraprabhawa sebagai putra bungsu
MAHARAJA Majapahit juga menguatkan pendapat Siwi Sang yang menempatkan dyah
Suraprabhawa sebagai putra bungsu maharaja Majapahit Kertawijaya.
Menurut pendapat Siwi
Sang, ketika baginda Prabhu Kertawijaya naik tahta, baginda Rajasawardhana
yang dinobatkan sebagai putra mahkota tetap bersemayam di Kahuripan.
Girisawardhana dyah Suryawikrama tetap di Wengker. Sementara
Singawikrama-wardhana dyah Suraprabhawa pindah dari Pandansalas ke Tumapel
menempati keraton yang sebelumnya ditempati ayahandanya [GIRINDRA hal 234].
Dalam prasasti Waringin
Pitu tahun 1447M, yang menjadi maharaja Majapahit adalah Wijaya Parakrama
wardhana dyah Kertawijaya dan yang menjadi Bhre Tumapel adalah Dyah
Suraprabhawa.
Jadi identifikasi bahwa
MAHARAJA dalam prasasti Trowulan III adalah raja Kertawijaya sudah sangat klop.
Dengan demikian
disimpulkan bahwa yang mengeluarkan prasasti Trowulan III adalah maharaja
Majapahit Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya [1447M-1451M]
Tinggal kita mencari
angka tahun terbitnya prasasti Trowulan III.
Dalam prasasti Trowulan
III menulis Mahamahisi Dyah Sawitri sebagai Bhre Kabalan.
Dalam Prasasti Waringin
Pitu 1447M, yang menjadi Bhre Kabalan adalah Mahamahisi Dyah Sawitri.
Dari fakta itu, dapatlah
kita tempatkan bahwa Prasasti Trowulan III terbit setelah prasasti Waringin
Pitu 1447M. Karena tidak mungkin Prasasti Trowulan III terbit sebelum
tahun 1447M sebab berdasarkan berita Serat Pararaton, raja Kertawijaya baru
naik tahta sebagai maharaja Majapahit menggantikan Sri Suhita pada tahun 1447M.
Terkait Bhre Kabalan,
Serat Pararaton masih memberikan data catatan bahwa Bhre Kabalan [ maksudnya
Bhre Kabalan Mahamahisi dyah Sawitri permaisuri Bhre Wengker Girisawardhana
dyah Suryawikrama] wafat pada tahun 1450M.
Dengan demikian, merujuk
berita Serat pararaton, dapat ditarik kesimpulan bahwa prasasti Trowulan III
dikeluarkan sebelum Bhre Kabalan Mahamahisi dyah Sawitri wafat.
Rasanya sangat masuk
akal jika kita tempatkan Prasasti Trowulan III dikeluarkan oleh maharaja
Majapahit Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya antara tahun 1448M-1450M.
Titi Surti Nastiti yang
menampilkan Prasasti Trowulan III dalam bukunya judul PEREMPUAN JAWA :
Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat abad VIII-XV juga belum membahas
siapa MAHARAJA yang mengeluarkan Prasasti Trowulan III.
Berikut kutipan isi
Prasasti Trowulan III dari buku PEREMPUAN JAWA: kedudukan dan peranannya dalam
Masyarakat abad VIII-XV karya Titi Surti Nastiti.
[a.2] .... saha caritra
sira muang ajna paduka bhatare ka [3] balan garbhbajanma nama dyah sawitri sri
mahamahisi nama rajnyabhiseka //....[5]....//o// iniring muwah ktajnanira
tkapnyajna paduka bhatare tumapel garbbhajanma nama dyah sura [6]
prabhawa sri sinhawikramawaddhana nama rajabhiseka tadantikatmaja pamungsu
putra sira tkap sri ma [b.1] haraja ....//....[2]....// bharyyapati sira muang
ajna paduka bhatare [3] sinhapura garbbhajanma nama dyah sripura sri
rajasawarddhanadewi nama rajnyabhiseka [bosch 1981:170]
TERJEMAHAN:
perintah beliau diikuti
oleh perintah paduka bhatara i kabalan nama kecilnya dyah sawitri dan bergelar
sri mahamahisi ...., diiringi pula oleh perintah paduka bhatara i tumapel
bernama kecil dyah suraprabhawa dan bergelar sri sinhawikramawardhana beliau
adalah putra bungsu sri maharaja .... beliau beristerikan paduka bhatara
i singhapura bernama kecil dyah sripura dan bergelar sri
rajasawarddhanadewi.
==========
No comments:
Post a Comment