Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Sunday, March 13, 2016

    MPU TANTULAR MENURUT PENDAPAT PROF I KETUT RIANA

    Menelusuri tokoh masa lampau memang banyak kendala, mengingat kurangnya bukti tentang keberadaan tokoh tersebut. Namun demikian, akan coba menelusuri siapa kiranya Mpu Tantular, pendeta suci yang diagungkan, bahkan dijadikan nama museum Mpu Tantular. 

     

    Selain itu, dalam beberapa pustaka lontar, dan ‘Silsilah Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi’ [Seobandi, 1985], Mpu Tantular adalah:

    a.       ‘Silsilah Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi’ tulisan Ketoet Soebandi menguraikan bahwa:  Mpu Bharadah [Mpu suci Pradah] berparyangan di Lemah Tulis ­–Pajarakan, Jawa Timur, mempunyai tiga orang putra yakni: [1] Mpu Siwagandu menikah dengan putri Mpu Wiraraga, [2] Ni Dyah Widawati, [3] Mpu Bahula menikah dengan Dyah Ratna Manggali. Selanjutnya, pernikahan antara Mpu Bahula + Dyah Ratna Manggali, menurunkan lima putra yakni: [a] Mpu Tantular-Mpu wiranatha, [b] Ni Dwi Dwararika, [c] Ni Dewi Adnyani, [d] Ni Dewi Amartha Jiwa, dan  [e] Ni Dewi Amartha Manggali.


    b.      ‘Babad Arya Bang Waya Biya Pinatih’ [Punia, Ketut I Gusti, 1997:1] menguraikan bahwa: ‘Empu Bradah maputra kakalih, kaping luwur Empu Siwa Gandu kaping kalih Empu Bahula, maputra limang diri, kaping duwur Empu Tantular sane catur istri’. ‘Empu Bradah berputra dua orang, yang sulung Empu Siwa Gandu, kedua Empu Bahula, dan Empu Bahula berputra lima orang yang sulung Mpu Tantular, keempat adiknya perempuan’.


    c.       ‘Babad Arya Pinatih’ [Pusdok, 1998:3] menguraikan sebagai berikut: mwah mpu witadharma maputra tatiga, kang jyesta mpu lampita, naruju mpu adnyana, ping untat mpu pastika. Semalih mpu lampita aputra rong siki pingajeng mpu kuturan, kang ari sira mpu pradhah. Semalih mpu kuturan, agriya ring lemah tulis. Mwah sira mpu pradhah, lunga ka deha, kasungsung antuk jagate ring deha, aputra sawiji atetenger mpu bahula. Semalih mpu bahula aputra rong siki, kang jyesta atengeran mpu Tantular kang ari mpu candra.

    Terjemahan bebas: 

     ‘Selanjutnya, Mpu Wita Dharma berputra tiga orang, yang pertama bernama Mpu Lampita, yang kedua bernama Mpu adnyana, dan yang ketiga bernama Mpu Pastika. Kemudian, Mpu Lampita berputra dua orang yang pertama bernama Mpu Kuturan adiknya bernama Mpu Pradhah. Lalu Mpu Kuturan berstana di Lemah Tulis. Kemudian Mpu Pradhah pergi ke daha, disembah oleh penduduk daha, berputra seorang bernama Mpu Bahula, dan Mpu Bahula berputra dua orang, yang pertama bernama Mpu Tantular adiknya bernama Mpu Candra.

     Dari ketiga uraian tersebut di atas jelas bahwa: ‘Mpu Tantular adalah putra dari Mpu Bahula yang menikah dengan Dyah Ratna Manggali. Pernikahan keduanya melahirkan lima putra, yang tertua bernama Mpu Tantular adiknya bernama Mpu Candra.

    Uraian di atas bersumber kutip langsung dari buku Kakawin Desa Warnanna Uthawi Nagara Krtagama karya Prof. DRS. I Ketut Riana, S.U, terbitan KOMPAS  [2009:10].


    buku kakawin Desa Warnanna uthawi Nagara Kertagama


    Sekarang akan kita cermati penafsiran dari Prof. I Ketut Riana soal identifikasi Mpu Tantular yang namanya sekarang dijadikan nama museum Mpu Tantular di Sidoarjo, Jawa Timur. Tokoh ini pula yang selama ini dipahami sebagai penyusun atau penggubah kitab SUTASOMA yang di dalamnya terdapat kalimat sangat terkenal  Bhinekka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Magrwa’. Bhinekka Tunggal Ika sekarang menjadi semboyan negara republik Indonesia yang bergaruda Pancasila.

    Kesimpulan Prof. I Ketut Riana, Mpu Tantular merupakan putra sulung pasangan Mpu Bahula dan Dyah Ratna Manggali. Mpu Tantular memiliki 4 saudara muda atau adik kandung seayah seibu dimana satu antaranya bernama Mpu Candra.

    Dengan demikian, Prof. I  Ketut Riana telah menempatkan Mpu Tantular hidup pada jaman kerajaan Panjalu dan Jenggala, dua kerajaan kembar hasil pembelahan negara yang dilakukan Erlangga maharaja Medang yang beristana di Daha.

    Dalam catatan sejarah, Erlangga pindah dari istana Kahuripan ke Daha pada tahun 1041M dan setahun kemudian, 1042M, meninggalkan keraton menyerahkan kekuasaan Panjalu dan Jenggala pada dua putranya.

    Dalam naskah Serat Calonarang diriwayatkan pemerintahan Erlangga di Daha pernah mendapat perlawanan dari seorang tokoh perempuan bernama Calon Arang. Untuk mengatasi keadaan, Erlangga mendapat bantuan dari salah seorang gurunya, bernama Mpu Bharada.

    Mpu Bharada berhasil mengalahkan Calon Arang dimana sebelumnya terjadi pernikahan antara Mpu Bahula, salah seorang muridnya, dengan  Ratna Manggali, seorang putri Calon Arang.

    Pernikahan itu merupakan satu setrategi dari Mpu Bharada untuk mengetahui kelemahan Calon Arang.

    Dari riwayat itu, dapat kita anggap bahwa pernikahan antara Mpu Bahula dengan Dyah Ratna Manggali terjadi ketika Erlangga masih sebagai maharaja Medang di Daha atau antara tahun 1041M-1042M.

    Dari kronologis tahun kejadian, dapatlah kita duga, pasangan Mpu Bahula dan Dyah Ratna Manggali menurunkan putra pertamanya [kelak bernama Mpu Tantular] sekitar setelah tahun 1042M. Kita duga katakanlah Mpu Tantular, putra pertama pasangan Mpu Bahula dan Dyah Ratna Manggali lahir sekitar tahun 1045M.

    Atau dapat kita duga, 5 putra pasangan Mpu Bahula dan Dyah Ratna Manggali sudah lahir semua sekitar tahun 1055M.

    Pertanyaan selanjutnya adalah, siapa tokoh bernama Mpu Tantular yang selama ini banyak dipahami sebagai penggubah kitab SUTASOMA yang hidup pada jaman Majapahit pemerintahan ahir maharaja Sri Rajasanagara dyah Hayam Wuruk [1350M-1389M]?

    Jika kita ukur rentang waktu antara tahun 1045M [perkiraan tahun kelahiran Mpu Tantular] sampai sekitar tahun 1365M [tahun ketika Mpu Prapanca penulis kakawin Deca Warnanna atau Negarakertagama tidak lagi di istana Majapahit], maka ketemu angka 320 tahun.

    Mungkinkah tokoh bernama Mpu Tantular, putra sulung pasangan Mpu Bahula dan Dyah Ratna Manggali berusia sepanjang 320 tahun?

    Atau naskah kitab SUTASOMA pada jaman Majapahit merupakan naskah saduran atau penulisan ulang yang dilakukan seorang pujangga keraton bernama Mpu Tantular keturunan kesekian dari Mpu Tantular  putra sulung pasangan Mpu Bahula dan Dyah Ratna Manggali?

    Perlu ada penjelasan atau penelitian lebih lanjut.

    Dalam buku judul Kakawin Desa Warnanna Uthawi Nagara Krtagama, Prof. I Ketut Riana tidak memberi pemaparan soal itu.

    Pembahasan sekilas tentang siapa tokoh bernama Mpu Tantular  oleh Prof. I Ketut Riana, lebih karena naskah sastra yang jadi kajiannya, rontal dengan judul Kakawin Desa Warnanna [Nagara Krtagama], merupakan satu koleksi museum Mpu Tantular, kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. 
    ------------

    SIWI SANG

    #SEJARAH #SUTASOMA #TANTULAR

    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara