poto masjid Demak sumber perpustakaan universitas Leiden |
Sejarah asal usul raden Patah pendiri kesultanan Islam Demak masih penuh perbedaan tafsir alias kontraversi. Versi merujuk naskah Sadjarah Banten berpendapat, raden Patah keturunan patih raja Cina. Versi merujuk naskah Babad Tanah Jawa berpendapat, raden Patah putra raja Majapahit Brawijaya dari selir puteri negeri Cina yang dibuang ke negeri Palembang. Versi merujuk naskah Serat Walisana berpendapat, raden Patah putra raja Majapahit Brawijaya dari selir negeri Cina bernama Siu Ban Ci. Buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang berpendapat, raden Patah putera raja Majapahit sri Kertawijaya dari isteri selir negeri Campa. Dari beberapa versi itu, kira kira mana yang lebih masuk akal menjelaskan sejarah asal usul raden Patah?
Pada kesempatan ini,
kita coba mengecek sejarah asal usul raden Patah menurut pendapat de Graaf dan
Pegeaud merujuk naskah Sadjarah Banten. Versi ini menempatkan raden Patah
sebagai Cu-Cu seorang putera patih raja Cina yang datang ke tanah Jawa.
Ternyata, menurut kisah
SEJARAH klasik, analisa de Graaf yang menyimpulkan raden Patah sebagai putera
patih raja Cina perlu dikoreksi karena merujuk sumber naskah yang lemah.
Berikut catatan menarik dari kisah SEJARAH klasik http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id
De Graaf dan Pegeaud
dalam buku judul KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI JAWA membahas riwayat raden Patah
penguasa pertama Islam Demak. Merujuk Sadjarah Banten, de Graaf berani
menyimpulkan bahwa raden Patah adalah tokoh bernama Cu Cu atau Arya Sumangsang,
putra seorang patih raja Cina yang tidak diketahui namanya. Pendapat itu sangat
berbeda dengan naskah Babad Tanah Jawi yang menempatkan raden Patah sebagai
putra raja Brawijaya Majapahit dari isteri puteri cina.
Sadjarah Banten,
sebagaimana paparan de Graaf, terdapat satu fragmen mengenai raja-raja pertama
di Demak. Sadjarah Banten meriwayatkan, di Cina muncul seorang sekh bernama
Jumadil Akbar [Jumadil Kubro] yang berupaya mengajak raja Cina masuk Islam.
Namun usaha itu tudak berhasil. Suara dari surga mengatakan bahwa raja Cina
akan tetap kafir. Kemudian Jumadil Akbar berangkat ke Jawa menumpang kapal
seorang dari Gresik.
Setelah Jumadil Akbar
meninggalkan Cina, rupanya raja Cina mulai yakin akan keunggulan agama Islam.
Sebelum berangkat ke Jawa, Jumadil Akbar menanam biji durian di Darparagi atau
alun-alun raja, dan secara menakjubkan cepat tumbuh menjadi pohon. Itu sebagai
tanda akan kebenaran Islam.
Raja Cina kemudian
mengutus patihnya untuk mencari dan mengajak kembali Jumadil Akbar yang sudah
berangkat itu. Patih Cina telah mencarinya di Siam, Samboja, Sanggora, dan
pulau Atani, hingga akhirnya sampai di Gresik. Tetapi Sekh itu sudah
menghilang.
Di Gresik, patih Cina
itu bersama dua putranya, Cun-Ceh dan Cu-Cu, masuk Islam. Patih itu dan seorang
puteranya, Cun-Ceh, meninggal di Gresik. Sementara Cu-Cu tinggal di Jawa dan
mencapai kedudukan serta kehormatan tinggi.
Dalam bukunya, de Graaf
mengambil kesimpulan bahwa asal usul dinasti Demak itu dari Cina. Ia sudah
memeluk agama Islam ketika menetap di daerah Demak dan ia meningkat menjadi
Patih raja.
Benarkah raden Patah
keturunan atau putra patih raja Cina?
Kiranya pendapat atau
kesimpulan de Graaf bahwa raden Patah putra patih raja Cina harus dikoreksi
karena tidak didukung sumber data akurat.
Naskah Sadjarah Banten
kurang meyakinkan ketika meriwayatkan raden Patah pendiri kesultanan Islam
Demak sebagai tokoh bernama Cu-Cu putra kedua patih raja Cina.
Penyusun Sadjarah
Banten sepertinya sedang berupaya menjalin hubungan raden Patah pendiri
kesultanan Islam Demak dengan pihak Cina atau Tiongkok melalui garis ayah,
tetapi mengabaikan soal penamaan yang berlaku dalam tradisi Tiongkok.
Dalam tradisi penamaan
Tionghoa, biasanya seorang tokoh memiliki nama yang terdiri dari tiga atau dua
karakter nama yaitu nama marga dan nama pribadi. Nama marga terletak di depan
nama pribadi. Nama marga merujuk garis ayah atau pihak laki.
Soal penamaan menurut
tradisi Tionghoa, Sadjarah Banten terlihat mengada ada karena tidak dapat
menjelaskan siapa nama patih raja Cina dan siapa raja atau kaisar Cina pada
waktu itu. Diperkirakan penyusun Sadjarah Banten kurang begitu paham Sinologi
[ilmu tentang bahasa Cina]
Yang lebih janggal
lagi, dua anak patih raja Cina tak bernama itu memiliki nama depan atau nama
marga yang beda. Seumpama mereka punya ayah bernama Cun-Fa, maka yang lebih
dapat diterima, dua anak itu bernama Cun-Ceh dan Cun-Cu. Atau sama-sama punya
nama marga CUN. Tapi pada faktanya, Sadjarah Banten menulis dua putra patih
raja Cina itu adalah Cun-Ceh dan Cu-Cu.
Naskah Sadjarah Banten
juga tidak dapat menjelaskan siapa ibu Cu-Cu Arya Sumangsang atau raden Patah.
Naskah ini hanya menampilkan patih raja Cina tak bernama sebagai ayah Cu-Cu
atau raden Patah.
Melihat penamaan dalam
Sadjarah Banten yang tidak akurat dan kabur, kiranya pendapat de Graaf bahwa
raden Patah identik dengan Cu-Cu, putra patih raja Cina, tidak dapat
dipertahankan lagi.
Apalagi Sadjarah Banten
meriwayatkan patih raja Cina dan dua putranya, Cun-Ceh dan Cu-Cu, baru
masuk Islam setiba di Gresik.
Berita dalam Sadjarah
Banten sangat bertentangan dengan berita dalam naskah Babad Tanah Jawi dan
Babad Demak juga naskah Walisana yang meriwayatkan bahwa raden Patah pendiri
kesultanan Islam Demak adalah putra raja Majapahit Brawijaya dari seorang
isteri puteri asal Cina yang dibuang ke negeri Palembang. Dalam naskah ini juga
meriwayatkan, sejak kecil Raden Patah sudah menganut Islam.
Kiranya yang lebih
meyakinkan adalah periwayatan naskah babad Tanah Jawa atau naskah Walisana
karena secara jelas menyebut ayah dan ibu raden Patah yaitu raja Majapahit
Brawijaya dan puteri Cina. Naskah Walisana sudah lebih jelas lagi menulis ibu
raden Patah adalah puteri dari negeri Cina nama Siu Ban Ci.
Dengan demikian, identifikasi raden Patah keturunan raja Majapahit, untuk sementara lebih dapat dipercaya.
Dengan demikian, identifikasi raden Patah keturunan raja Majapahit, untuk sementara lebih dapat dipercaya.
=============
SIWI SANG
Sumber tulisan: http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id/2016/12/raden-patah-keturunan-patih-raja-cina.html
No comments:
Post a Comment