Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Wednesday, December 7, 2016

    Nagari Ngrawa Dalem Tulungagung ditaklukkan Panembahan Senapati Mataram

    Poto sumuran di Candi Dadi tahun 1941. [sumber poto: perpustakaan universitas Leiden



    Ketika Panembahan Senapati Mataram melancarkan penaklukkan pertama ke Brang Wetan Jawa Timur dan berhasil menguasai beberapa Nagari seperti Madiun dan Pasuruan, Nagari Ngrawa Dalem [sekarang Tulungagung] belum sempat ditaklukkan. Upaya penaklukkan itu baru mulai setelah pecah konflik di Nagari Kadiri antara Ratu Jalu dengan Senapati Kadiri. Berikut ini gambaran kejadian jelang penaklukkan Nagari Ngrawa Dalem oleh Panembahan Senapati Mataram sebagaimana diriwayatkan naskah Babad Tanah Jawi Batawi Sentrem.


    Babad Tanah Jawi Batawi Sentrem meriwayatkan, setelah Senapati Mataram menaklukkan sebagian daerah Brang Wetan seperti Nagari Madiun dan Pasuruan, banyak tokoh yang kemudian mengungsi mencari perlindungan ke Surabaya. Ketika itu, Nagari Surabaya adalah pemimpin Nagari Nagari di Brang Wetan dan punya kewenangan besar menempatkan tokoh di wilayahnya.

    Putra Panembahan Madiun bernama Mas Calonthang yang mengungsi ke Surabaya dan diangkat menantu oleh Pangeran Surabaya, ditempatkan sebagai bupati di Japan. Pangeran Surabaya juga menempatkan Rongga Pramana sebagai bupati di Wirasaba. Adapun Pasedahan atau Pasuruhan ditempati adipati Pakulungan.

    Pada waktu itu yang berkuasa di Kediri adalah Pangeran Mas. Setelah Pangeran Mas wafat, Pangeran Surabaya menempatkan Ratu Jalu sebagai penguasa di Kediri. Tindakan itu ternyata menimbulkan kekecewaan keluarga Pangeran Mas.

    Pangeran Mas memiliki 4 saudara yaitu Senapati Kadiri, ki Suradipa, ki Entol Jajanggu, dan Kartimasa. Senapati Kediri suatu ketika menyampaikan kegalauan hatinya kepada Suradipa perihal pengangkatan Ratu Jalu di Kediri. Ia merasa kecewa karena Kediri ditempati tokoh dari Surabaya. Senapati Kediri bermaksud memohon perlindungan mengabdi ke Mataram. Hal itu disampaikan kepada adiknya, Suradipa. Jika sudah mendapat tempat di Mataram, Senapati Kediri berniat menggempur Bang Wetan atau merebut Kediri dari kekuasaan Surabaya. Singkat cerita, Suradipa mewakili adik adiknya mengikuti kehendak Senapati Kediri.

    Kemudian Senapati ing Kadiri memerintahkan ki Nayakarti menjadi duta ke Mataram mengirim surat kepada Senapati ing Ngalaga atau Panembahan Senapati Mataram. Diiringi para wadyabala, ki Nayakarti segera berderap cepat menuju Mataram.

    Ketika tiba di Mataram, sedang ada pertemuan antara Senapati ing Ngalaga dengan para mantri tumenggung, para Santana, adipati mangkubumi, juga adipati singasekar atau adipati Singasari. Hadir pula sang patih sepuh kyai Mandaraka.

    Para putra mataram juga hadir. Ada Sembilan. Yang sudah mendapat lungguh ada tujuh. Sementara yang dua masih kecil sehingga belum mendapat kedudukan. Bernama Mas Tambaga dan Mas Kadhawung.

    Tujuh putra mataram yang sudah mendapat lungguh, dari tertua adalah kenthol kajoran bernama dipati puger, ki mas damar adipati purubaya, ki mas gatot dan ki arya wiramanggala sebagai bantengnya mataram, serta mas jolang yang menjadi adipati anom dan digadang gadang sebagai raja mataram selanjutnya. Lalu ada ki mas bathothot adipati jagaraga, dan mas bagus adipati ing juminah.

    Panembahan Senapati Mataram juga tercatat memiliki seorang putra tertua nama Raden Rongga yang dalam riwayatnya dikenal sebagai tokoh berkemampuan sangat sakti. Hanya pada saat itu Raden Rongga telah wafat.

    dene kang asêpuh dhewe nênggih jangkêpe sadaya kang nama Radèn Rôngga kang sakti kalangkung-langkung  nanging punika wus seda. [Babad Tanah Jawi Batawi Sentrem]

    Setelah mendapat surat dari Kediri yang dibawa senapati Nayakarti, Senapati ing Ngalaga merasa gembira. Sang raja Mataram itu segera menulis surat balasan yang kemudian dibawa pulang senapati Nayakarti ke Kediri. Senapati Nayakarti segera menuju Kediri, menyampaikan pesan raja Mataram.

    Dalam surat itu, Senapati ing Kadhiri diminta untuk mengaku anak kepada Senapati ing Ngalaga. Panembahan Senapati ing Ngalaga juga meminta kepada Senapati Kediri untuk secepatnya datang ke Mataram dan mengaku raja Mataram sebagai ayahnya. Intinya, Panembahan Senapati siap sedia mengangkat Senapati Kadiri sebagai anak. Dalam pesan itu disampaikan pula, pihak Mataram akan menjemput ke Kediri pada bulan Muharam.

    Bulan Muharam di Mataram. Panembahan Senapati menugaskan seorang putranya yaitu Wiramanggala untuk menjemput Senapati Kadiri.

    Sementara Tumenggung Alap Alap mendapat tugas mengiringi perjalanan Wiramanggala ke Kediri. Dengan membawa pasukan gabungan yang cukup besar dari Kajoran, Pajang, Jagaraga, dan Demak.

    Panembahan Senapati berpesan kepada Tumenggung Alap Alap, jika sudah berhasil menjemput Senapati Kediri, langsung bedah Ngrawa Dalem di selatan Brantas. 
    Panembahan Senapati memerintahkan Tumenggung Alap Alap untuk menaklukkan Nagari Ngrawa Dalem yang sekarang bernama Tulungagung.

    Lamun benjing èstua Ki Senapati kapêthuk nuli sira Alap-alap  mringa Ngrawa Dalêm benjing  yèn wus Ngrawa Dalêm kalah boyongên jarahên kabèh dèn ajana kari ika.”

    Begitu pesan Panembahan Senapati kepada Tumenggung Alap Alap sebagaimana diriwayatkan dalam Babad Tanah Jawi Batawi Sentrem.

    Adanya perintah dari raja Mataram untuk menaklukkan Nagari Ngrawa Dalem [sekarang kabupaten Tulungagung] dapat disimpulkan bahwa pada masa itu dan masa sebelumnya, Ngrawa Dalem merupakan salah satu daerah atau Nagari di Brang Wetan Jawa Timur yang merdeka dan karena itu masuk dalam rencana penaklukkan Panembahan Senapati Mataram.

    Upaya Panembahan Senapati menaklukkan Ngrawa Dalem, sementara sebelumnya pernah terjadi perdamaian antara Surabaya dan Mataram, menunjukkan bahwa pada masa itu, Ngrawa Dalem berada di luar kekuasaan Surabaya.

    Dengan kata lain, Tulungagung sudah eksis memiliki pemerintahan dengan nama Nagari NGRAWA DALEM sebelum jaman Tumenggung Surontani senapati Mataram jaman Sultan Agung.

    Panembahan Senapati berkuasa di Mataram antara tahun 1587M-1601M.

    Penaklukkan Madiun oleh Panembahan Senapati terjadi pada tahun 1590M.

    Perselisihan antara Ratu Jalu dengan Senapati Kadiri terjadi sekitar tahun 1591M.

    Satu hal menarik, Panembahan Senapati tidak memerintahkan kepada Tumenggung Alap Alap untuk menaklukkan Nagari Kadiri. Raja Mataram hanya memerintahkan dua hal yaitu menjemput Senapati Kadiri dan menaklukkan Nagari Ngrawa Dalem. 


    =============
    SIWI SANG
    BERSAMBUNG

    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara