Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Tuesday, May 10, 2016

    Prasasti TuhanyaruSidateka 1323M dikeluarkan oleh Maharaja Majapahit Sri Jayanagara

    PRASASTI TUHANYARU dikeluarkan maharaja Majapahit kedua Sri Maharaja Jayanagara pada tahun 1323M. Prasasti ini ditemukan di Sidateka Mojokerto. Oleh karena itu prasasti TUHANYARU dikenal pula sebagai Prasasti SIDATEKA. Prasasti ini juga dikenal sebagai Prasasti PRASASTI JAYANAGARA II 1323M karena sementara merupakan prasasti kedua yang dikeluarkan Sri Jayanagara selama memerintah di Majapahit tahun 1309M-1328M.

     

    Prasasti Tuhanyaru 1323M berisi pemberian anugerah sima perdikan tanah Tuhanyaru dan Kusambian dari Sri Jayanagara kepada tokoh bernama dyah Makaradwaja.

    Prasasti ini ditulis di atas 10 keping tembaga. Dinamakan prasasti Jayanagara II karena dikeluarkan oleh seorang raja bergelar Cri Sundara Pandyadewa, gelar bagi Sri Jayanagara. 

    Yang menarik dari prasasti ini adalah penyebutan Rake Tuhan Mapatih ring Daha Dyah Puruseswara. Berdasarkan penafsiran Siwi Sang dalam buku GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit [2013], Rake Tuhan mapatih ring Daha Dyah Puruseswara identik dengan patih Daha Arya Bangah, bukan Gajahmada. Pada tahun 1323M, Gajahmada belum menjadi patih Daha. Bahkan belum menjadi patih Kahuripan, sebagaimana yang selama ini diyakini banyak sejarawan. 

    Berdasarkan serat Pararaton, Gajah Mada yang berhasil menumpas pemberontakan Rakuti tahun 1319M, mendapat anugerah cuti beberapa bulan. Kemudian Gajah Mada ditempatkan sebagai patih di keraton Kahuripan. Dua tahun kemudian, berdasarkan Pararaton, Gajah Mada dipindah sebagai patih di keraton Daha.

    Jika dihitung, berita Pararaton akan menempatkan Gajah Mada pada tahun 1323M sudah sebagai patih di keraton Daha. Berdasarkan serat Pararaton, Gajah Mada pindah dari Kahuripan ke Daha sebagai patih sekitar tahun 1322M.

    Sementara berdasarkan Prasasti Jayanagara II/Prasasti Sidateka, pada tahun 1323M, patih Daha adalah dyah Puruseswara.

    Terkait bagaimana sejarah Gajah Mada sekitar tahun 1323M atau pada jaman pemerintahan Maharaja Sri Jayanagara, telah ditafsirkan oleh Siwi Sang dalam buku GIRINDRA : Pararaja Tumapel-Majapahit.

    Prasasti ini juga menyebut Jayanegara sebagai ‘pelindung perairan yang melingkari kota’. Dapat dimengerti karena Jayanegara merupakan raja Majapahit yang memindahkan ibukota dari Trik ke Trowulan, membangun kota parit. Pemberontakan Kuti menjadi pengalaman pahit baginya. Keraton Majapahit oleh Sri Jayanagara dibangun benteng luar berupa parit atau sungai yang melingkari istana di kotaraja Trowulan. Sejak itu kotaraja Trowulan sohor sebagai kota Parit. 

    Yang menarik lagi, Prasasti Jayanagara II/Prasasti Sidateka 1323M menulis mahapatih majapahit bernama Rake Tuhan Mapatih ring Majapahit Dyah Halayudha. Dalam prasasti ini mapatih dyah Halayudha disebut sebagai sosok yang memiliki sifat dan tanda tiada cacat.

    Berikut cuplikan sebagian terjemahan prasasti Jayanagara II/prasasti Sidateka/Prasasti Tuhanaru berdasarkan pembacaan Muhammad Yamin.

    //O//swasti cri cakawarsatita, 1245, marggaciramasa, tithi pancadaci cuklapaksa, tung, u, ang, wara, krulwut, purwwasthagrakacara, adranaksatra, rudradewata, burunamandala, brahmayoga, wijayamuhurtta, yamaparwweca, wawakarana, mithuna raci. 


    Selamatlah! Telah lewat tahun saka 1245, pada bulan marggacira, tanggal 15 paroterang, tunglai selasa umanis, krulwat, bintang timur tetap pada tempatnya,  pada gugusan ardra, dewata rudra mandala baruna, yoga brahma, pukul wijaya, Yamaparwweca, wuku karana, tanda rasi mituna. Pada waktu itu turunlah perintah  paduka sri maharaja diraja parameswara sri wilandagopala, raja yang serupa dewa, pemusnah para pahlawan durhaka dengan pedang terhunus, raja yang berkaki serupa kembang tunjung dilingkungi intan permata para putra Negara dan para raja yang selalu menjunjung kemuliaannya, pemenggal kepala para raja musuh seteru, ahli siasat pertarungan tiada taranya, mahatangkas, penakluk musuh, kuladayita jalanicaya puramandalarnawa atau pelindung perairan yang melingkari kota serta laut samudera, serupa rembulan yang mengembangkan bunga-bunga tunjung di perkampungan orang-orang mulia, pembinasa segala musuh, serupa bagaskara yang membinasakan gulita malam, sosok yang selalu digembirakan para wipra dan ksatria, yang mulia bertegak nama abhiseka Sri Sundara Pandyadewadhiswara Wikramottunggadewa. Perintah itu diterima oleh yang mulia para menteri Katrini:Rakrian menteri Hino Dyah Sri Rangganata, yang menggetarkan musuh seteru. Rakrian menteri Sirikan, Dyah Sri Kameswara, yang bertabiat tiada cacat. Rakrian menteri Halu, Dyah Wiswanata, yang gagah perkasa serupa adik Bima. Semua menteri Katrini itu dikepalai Rake Tuhan Mapatih ring Daha, Dyah Puruseswara, sosok yang menjadi sumber ketakutan bagi para musuh dalam peperangan lantaran ketangkasan mengolah senjata, yang mengantarkan kembali sri maharaja ke pintu gerbang singgasana bertahtakan emas intan permata, ditemani rake Tuhan Mapatih Ring Majapahit Dyah Halayudha, sosok yang memiliki sifat dan tanda tiada cacat.

    Prasasti Tuhanyaru/Sidateka 1323M sumber poto https://socrates.leidenuniv.

    Prasasti Tuhanyaru E25a Rekto sumber https://socrates.leidenuniv.nl

    Prasasti Tuhanyaru E25a Verso sumber poto: https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25b Rekto sumber poto: https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25b Verso https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25c Rekto https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25c Verso https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25d Rekto https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25d Verso https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25e Rekto https://socrates.leidenuniv.nl/

    Prasasti Tuhanyaru E25e Verso https://socrates.leidenuniv.nl/

     =============
    SIWI SANG

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara