buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit |
Setelah menjadi raja Majapahit, raden Wijaya segera
memanggil arya Wiraraja, mengangkatnya sebagai salah satu menteri pasangguhan.
Selain mencatat tiga mahamentri katrini dan para pemuka agama, piagam Kudadu
1294M mencatat tiga menteri Pasangguhan, yaitu Rakryan Menteri Pranaraja Mpu
Sina, Rakryan Menteri Dwipantara arya Adikara, dan Rakryan Menteri Makapramuka
arya Wiraraja. Dengan demikian, sejak 1294M, arya Wiraraja berhenti sebagai
adipati Sumenep.[1]
Kidung Ranggalawe dan Kidung Panji Wijayakrama
menyebut arya Wiraraja ayah Ranggalawe. Ini berbeda dengan berita Pararaton
yang menyebutnya sebagai ayah Nambi. Kidung Harsawijaya[2] senada
Pararaton, karena menyebut putra Wiraraja yang dikirim kepada raden Wijaya
untuk membantu membuka alas Tarik bernama Nambi.
Dalam buku Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya,
Slamet Muljana heran mengapa Ranggalawe tidak termuat dalam prasasti Kudadu,
sementara arya Wiraraja termuat. Mengingat kedudukannya sangat tinggi akibat
jasa-jasanya, Ranggalawe pasti mendapat pangkat tinggi dalam pemerintahan Majapahit.
Demikian keyakinan Slamet Muljana. Menurut Kidung Panji Wijaya Parakrama, nama
Ranggalawe hadiah Nararya Sanggramawijaya kepada putra arya Wiraraja, ketika
diutus ayahnya membantu raden Wijaya membuka alas Tarik. Jadi Ranggalawe bukan
nama sebenarnya.
Slamet Muljana meyakini Rakryan Menteri arya
Adikara pada piagam Kudadu sama dengan Ranggalawe. Nama resmi Ranggalawe adalah
arya Adikara, nunggak semi dengan ayahnya.
Slamet Muljana juga bilang, nama Ranggalawe sebagai
arya Adikara termuat dalam prasasti Kudadu.
Analisa Slamet Muljana sangat lemah.
Jika Ranggalawe tercantum dalam prasasti Kudadu,
sewajibnya Nambi dan terutama Sora juga dicantumkan. Sora paman Ranggalawe,
jasanya bahkan lebih tinggi ketimbang Ranggalawe. Jika Ranggalawe menjadi
menteri, Nambi dan Sora juga harus jadi menteri, namanya harus dicantumkan
dalam prasasti bareng Ranggalawe.
Kenyataannya tidak.
Ranggalawe juga masih muda, belum layak dimajukan
sebagai menteri Pasangguhan. Paling banter sebagai menteri ring Pakirakiran
bersama Nambi dan Sora.
Sementara tiga menteri Pasangguhan dalam Piagam
Kudadu adalah tokoh-tokoh unggulan, tokoh sepuh yang sangat dihormati raden
Wijaya. Arya Adikara dalam piagam Kudadu adalah ayah Ranggalawe atau kakak
kandung Sora.
Kesimpulan ini didukung berita Pararaton yang
menyebut arya Adikara bersama Ranggalawe, Sora dan tiga putra Wiraraja yaitu
Nambi, Wirot, dan Peteng sebagai kesatria Singhasari yang berjuang bersama
raden Wijaya. Ranggalawe belum tercantum dalam prasasti Kudadu. Demikian pula
Nambi dan Sora.
Itu karena raden Wijaya belum membentuk Dewan
Menteri Pakirakiran. Negara masih darurat. Sementara memilih mahapatih, bukan
perkara sepele, tidak asal tunjuk, harus berdasarkan pertimbangan matang
bijaksana. Sang raja masih sulit menentukan siapa yang bakal menduduki kursi
mahapatih. Apakah Sora atau Nambi atau Anabrang. Sementara waktu, raden Wijaya
hanya mengangkat tiga menteri Pasangguhan, tiga tokoh senior yang sangat berpengaruh,
dan segera dicantumkan dalam prasasti pertamanya.
Arya Wiraraja ayah Nambi. Sementara arya Adikara
ayah Ranggalawe.[3] Sora merupakan
adik kandung Adikara. Diperkirakan tahun 1295M, Wiraraja berusia 60[4], Adikara 50,
Sora 45, Ranggalawe 25, Nambi 40, Anabrang 45.
Dari semua pengikut raden Wijaya, Wiraraja yang
tertua. Maka pantas jika menjabat rakryan menteri makapramuka atau pemimpin
para menteri.
Selain usia, kedudukan Wiraraja dalam susunan awal
pemerintahan Majapahit karena kontrak politik dengan raden Wijaya. Salah satu
kontrak politik yang harus segera dibayar raden Wijaya yaitu memutuskan siapa
yang menjadi mahapatih Majapahit.
Ini sesungguhnya tersulit bagi raden Wijaya ketika
harus memilih apakah mahapatih Majapahit dari keluarga Wiraraja atau Adikara.
Bagaimanapun keluarga Adikara berperan besar mendampingi perjuangan raden
Wijaya. Adikara, Sora, dan Ranggalawe adalah kesatria terkemuka yang gagah
berani terjun langsung di lapangan.
Sementara dari keluarga Wiraraja hanya diwakili
Nambi, itu saja perannya kalan menonjol ketimbang Ranggalawe apalagi Sora.
Pararaton mengisahkan betapa Sora banyak memberi masukan dan strategi kepada
raden Wijaya dan semuanya dipatuhi. Ini beda dengan Nambi yang perannya hanya
ditampilkan sekilas.
Jika melihat usia dan dharmabekti pada raden
Wijaya, yang pantas menjadi mahapatih adalah Sora.
Tetapi jika melihat kontrak politik, raden Wijaya
cenderung memerhatikan keluarga Wiraraja. Sekali lagi besar kemungkinan ketika
di Sumenep, raden Wijaya dan Wiraraja mengadakan perjanjian, siapa yang menjadi
mahapatih jika kelak raden Wijaya berhasil naik tahta menggusur
Jayakatwang.
Sangat mungkin Wiraraja mau membantu raden Wijaya
karena sudah mendapat jaminan bahwa Nambi, putranya, yang bakal diangkat
sebagai mahapatih. Wiraraja sudah cukup tua, usianya hampir 60 tahun. Di usia
seperti itu, ambisi terbesarnya adalah mengangkat derajat putranya.
Jadi selain meminta bagian separo tanah Jawa,
Wiraraja juga minta supaya Nambi kelak dijadikan mahapatih, orang nomor dua
setelah raja. Ini kontrak politik yang harus disepakati raden Wijaya demi
memuluskan jalan merebut tahta dari Jayakatwang.
Janji itu memang disepakati raden Wijaya dan
semuanya juga dipenuhi pada tahun 1295M. Nambi, putra sulung Wiraraja menjadi
mahapatih pertama Majapahit. Sora, adik kandung Adikara, menjadi patih di Daha.
Ranggalawe, putra Adikara, menjadi adipati amancanegara di Tuban.
Sejarah tidak mencatat seluruh perjanjian antara
raden Wijaya dan Wiraraja. Padahal jika membaca pergolakan pada tahun 1295M,
sangat mungkin naiknya Nambi sebagai mahapatih sudah direncanakan ketika di
Sumenep. Di sini sesungguhnya dapat terbaca mengapa Wiraraja yang sebelumnya
mendukung Jayakatwang, berganti haluan. Ini karena kepentingan politik yang
lebih besar. Wiraraja dapat dikatakan memiliki ambisi menjadi raja atau
penguasa tanah Jawa. Akan tetapi menyadari dirinya tidak berdarah raja. Karena
itu langkah yang ditempuh menempatkan putranya sebagai mahapatih. Ia sendiri
meminta separo tanah Jawa yang bakal menjadi daerah berdaulat di bawah
kekuasaannya.
Terpilihnya Nambi sebagai mahapatih Majapahit jelas
sangat memukul Ranggalawe. Di antara pengikut terkemuka raden Wijaya,
Ranggalawe adalah yang termuda, karenanya wajar jika memiliki semangat dan
keberanian lebih menggelora. Ranggalawe berani terang-terangan menyatakan
perbedaan sikapnya di depan raden Wijaya, raja pertama Majapahit. raden Wijaya
dianggap lebih memerhatikan peran Wiraraja, ketimbang perjuangan keluarga
Adikara.
Padahal yang banyak berperan secara langsung adalah
keluarga Adikara.
Persoalan ini tentu mudah diterka kelanjutannya.
Hubungan antara Ranggalawe dengan raden Wijaya merenggang memanas. Meski sudah
menjadi raja yang sanggup berbuat apa saja, raden Wijaya jelas berpikir ulang
jika langsung menghukum Ranggalawe. Jika itu dilakukan maka bakal menciptakan
kegoncangan di Majapahit. Pararaton mengisyaratkan keadaan memanas itu
dimanfaatkan tokoh bernama Mahapati.
Sebagaimana termuat dalam Pararaton, pada tahun
1295M, terjadi pergolakan besar di Majapahit yang berujung gugurnya Ranggalawe.
Pararaton menulis:
Ranggalawe hendak dinobatkan sebagai patih tapi
batal, itulah sebab di Tuban merencanakan gerakan perlawanan. Ranggalawe
mengumpulkan balabantuan. Sudah terkumpul orang-orang Tuban di sepenjuru
pegunungan utara, mereka semua mendukung Ranggalawe. Nama-nama yang mendukung
itu antara lain Panji Marajaya, Ra Jaranwaha, Ra arya Siddhi, Ra Lintang, Ra
Tosan, ra Galatik, ra Tati, mereka adalah para mendukung perlawanan Ranggalawe.
Dikira pergi dari Majapahit hendak merebut kedudukan, Mahapati menyebar berita
bohong, membikin Ranggalawe balik membalas dengan perkataan: jangan banyak
bicara! Dalam kitab Partharadja terdapat tempat bagi para penakut! Sampai
kemudian terdengar ke Majapahit bahwa Ranggalawe mengadakan perlawanan. Yang
menyampaikan kabar itu adalah Mahapati. Maka raja marah, semua yang mendukung
perlawanan Ranggalawe gugur, hanya Ra Gelatik yang masih hidup, karena disuruh
berbalik hati oleh Mahapati.
Setelah Ranggalawe gugur, raden Wijaya mengumumkan
susunan kepemerintahan baru dalam piagam Penangungan, 1296M. Dalam piagam kedua
yang dikeluarkan raden Wijaya ini lengkap mencatat nama para menteri keraton
dan daerah, diantaranya Rakryan Patih Mpu Tambi atau Nambi, Rakryan Patih Daha
Mpu Sora, Rakryan Demung Mpu Renteng, Rakryan Demung Daha Mpu Rakat, rakryan
Kanuruhan Mpu Elam, Rakryan Rangga Mpu Sasi, Rakryan Rangga Daha Mpu Dipa,
Rakryan Tumenggung Mpu Wahana, Rakryan Tumenggung Daha Mpu Pamor.
Kemudian tiga menteri Pasangguhan, sang Nayapati
Mpu Lunggah, sang Pranaraja Mpu Sina, dan sang Satyaguna Mpu Bango.
Pada prasasti Penanggungan 1296M, nama arya Adikara
dan arya Wiraraja hilang. Pranaraja masih muncul lengkap dengan nama aslinya,
Mpu Sina. Kedudukan arya Adikara dan arya Wiraraja sebagai menteri Pasangguhan
digantikan sang Nayapati Mpu Lunggah dan sang Satyaguna Mpu Bango.
Itu terjadi karena setelah Ranggalawe gugur, raden
Wijaya menempatkan arya Adikara sebagai adipati Tuban, mengganti kedudukan
Ranggalawe. Pada waktu itu Ranggalawe sudah memiliki seorang anak lelaki tetapi
masih sangat kecil, kelak bernama arya Teja yang naik mengganti kedudukan arya
Dikara.
Arya Wiraraja juga meninggalkan keraton menuju
Lumajang. Setelah Ranggalawe gugur dan Nambi diangkat sebagai mahapatih
Majapahit, arya Wiraraja menagih janji kepada raden Wijaya untuk memberikan
separo wilayah Majapahit sebagaimana yang pernah diucapkan ketika datang ke
Sumenep. Sebagai raja agung, raden Wijaya harus menepati janji yang pernah
diucapkan. Maka raden Wijaya memberikan daerah lembah Lumajang sebelah selatan
dan utara ditambah daerah seluas tiga juru di timurnya sebagai milik arya
Wiraraja. Jadi batasnya gunung Bromo dan Semeru. Mulai Probolinggo, Lumajang,
ke timur sampai Banyuwangi menjadi milik arya Wiraraja.
Dapat dikatakan pada tahun 1296M, raden Wijaya
berkuasa di wilayah bekas kerajaan Panjalu, sementara arya Wiraraja berkuasa di
wilayah bekas kekuasaan Jenggala. Arya Wiraraja dapat disebut sebagai raja
Jenggala atau Kedaton Timur, sementara raden Wijaya adalah raja Panjalu atau
Kedaton Barat. Meski raden Wijaya tidak mewajibkan arya Wiraraja datang
menghadap ke Majapahit, sangat mungkin pada masa awal, arya Wiraraja masih suka
menghadap ke Majapahit. Ketika itu Lumajang tidak benar-benar berdiri sebagai
wilayah merdeka yang lepas dari pemerintahan Majapahit.
Menurut Pararaton, Wiraraja tidak kembali ke
Majapahit, tidak mau menghamba kepada raden Wijaya. Berselang tiga tahun dari
peristiwa Ranggalawe, terjadilah peristiwa Sora, 1298M. Sora difitnah Mahapati,
dan akhirnya dibunuh Kebo Anabrang pada tahun saka 1222 atau 1300M.
Berdasarkan berita Pararaton, Kebo Anabrang
ternyata masih hidup pada tahun 1300M. Kidung Panji Wijayakrama dan kidung
Ranggalawe menulis Kebo Anabrang gugur berbarengan dengan Ranggalawe.[5] Dua kidung ini
bersumber dari Pararaton. Terkait riwayat Kebo Anabrang, sumber sejarah yang
lebih dipercaya adalah Pararaton. Dapat dikatakan bahwa Kebo Anabrang
bukan tokoh yang melenyapkan Ranggalawe. Yang dapat dipastikan, Adipati Tuban
Ranggalawe gugur akibat gempuran pasukan keraton Majapahit yang ditugaskan
raden Wijaya.
Kebo Anabrang tokoh senior di bawah arya Wiraraja
dan arya Adikara. Usianya sepantaran Mpu Sora. Ketika berangkat ke Malayu,
usianya sekitar 25 tahun. Melihat jasa besar dan usianya, sangat mungkin Kebo
Anabrang adalah sang Pranaraja Mpu Sina, salah satu menteri Pasangguhan sebagaimana
termuat dalam prasasati Kudadu dan Penangungan. Kebo Anabrang dianggap sebagai
pejuang besar Singhasari yang berhasil memimpin penaklukkan Malayu.
Catatan ini
dikutip langsung dari buku Girindra : Pararaja Tumapel Majapahit karya Siwi
Sang terbitan Pena Ananda Indie Publishing Tulungagung cetakan pertama 30
Desember 2013
==============
SIWI SANG
[1]
Setelah arya Wiraraja meninggalkan Sumenep, pemerintahan di ujung timur Madura
itu mengalami kemunduran. kekuasaan diserahkan kepada saudaranya, arya Bangah,
ibukota Sumenep pindah dari Batuputih ke Banasare. Selanjutnya arya Bangah
diganti anaknya, arya Danurwendo, ibukotanya pindah ke Desa Tanjung. Danurwindo
diganti anaknya, arya asparati. Diganti pula oleh anaknya, Panembahan
Djoharsari. Selanjutnya kekuasaan dipindahkan kepada anaknya bernama Panembahan
Mandaraja, yang mempunyai 2 anak bernama Pangeran Bukabu yang kemudian menganti
ayahnya, ibukota Sumenep pindah ke Keratonnya Pangeran Bukabu di kecamatan
Ambunten. Selanjutnya diganti adiknya, Pangeran Baragung. Lihat www.sumenep.go.id
[2]
Hanya Kidung Harsawijaya keliru menyebut Ranggalawe sebagai patih pertama
Majapahit. Berdasarkan prasasti Sukamreta atau Penanggungan bertarikh 1296M,
patih pertama Majapahit adalah Nambi, bukan Ranggalawe.
[3]
Serat Damarwulan dan Serat Kandha, mengenal nama Ranggalawe namun tidak
mengetahui pasti kisah hidupnya. Dua karya sastra ini menempatkan Ranggalawe
hidup sejaman Damarwulan dan Menak Jingga. Diceritakan Ranggalawe sebagai
adipati Tuban merangkap panglima angkatan perang Majapahit pada masa
pemerintahan ratu Kencanawungu. Ketika Majapahit diserang Menak Jingga dari
Blambangan, Ranggalawe mendapat tugas menghadangnya. Awalnya Menak Jingga tidak
mampu membunuh Ranggalawe karena ia senantiasa terlindung payung pusaka. Maka
yang dilakukan Menak Jingga lebih dulu membunuh abdi pemegang payung Ranggalawe
bernama Wangsapati. Hingga kemudian Menak Jingga berhasil melenyapkan
Ranggalawe. Diceritakan pula bahwa Ranggalawe memiliki dua orang putra,
Siralawe dan Buntarlawe, masing-masing menjadi adipati Tuban dan Bojonegoro.
[4]
Pararaton menulis arya Wiraraja berusia 40 tahun ketika terjadi penyerbuan
Melayu atau keberangkatan pasukan ekspedisi Melayu, 1275M. Usia Adikara
dipastikan lebih muda ketimbang Wiraraja. Ini terbukti dengan berita Pararaton
yang menampilkan Adikara terjun langsung dalam pertempuran bersama para
pengikut raden Wijaya.
[5]
Pararaton tidak menyebut siapa tokoh yang berhasil membunuh Ranggalawe. Kidung
Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menguraikan kisah kematian Ranggalawe
panjang lebar, serta menyebut Mahisa Anabrang yang membunuh Ranggalawe.
Dikisahkan pasukan Majapahit dipimpin Nambi, Lembu Sora, dan Mahisa Anabrang
berangkat menumpas Ranggalawe. Perang terjadi di sungai Tambak Beras. Mahisa
Anabrang bertarung melawan Ranggalawe di dalam sungai, yang dimenangkan Mahisa
Anabrang. Lembu Sora tidak rela melihat keponakannya terbunuh. Dari arah
belakang, Lembu Sora ganti membunuh Mahisa Anabrang, rekannya sendiri. Kidung
Sorandaka mengisahkan keluarga Mahisa Anabrang tidak berani menuntut hukuman
untuk Lembu Sora karena ia pembantu kesayangan raden Wijaya. Baru pada 1300M
putra Mahisa Anabrang bernama Mahisa Taruna didukung seorang tokoh bernama
Mahapati berhasil menyingkirkan Lembu Sora dari lingkungan keprajuritan
keraton. Peristiwa selanjutnya ialah pembunuhan Lembu Sora oleh pasukan Nambi
akibat fitnah Mahapati, tokoh licik yang bernapsu tinggi merebut kursi
mahapatih. Tokoh bernama Mahapati sangat mungkin Halayudha, yang pada masa
Jayanegara menjadi mahapatih Majapahit mengganti Mpu Nambi.
Kok hampir sama dgn kisah sandiwara Tutur tinular ya...
ReplyDeleteMas Widodogb
ReplyDeleteMaturnuwun sudah singgah.
Jika cermat sebenarnya sangat beda dengan kisah Tutur Tinular. Catatan ini juga beda dengan penafsiran profesor Slamet Muljana. Nuwun
Ini tafsir baru terkait sosok Ranggalawe, Arya Wiraraja, juga Kebo Anabrang. Dalam beberapa buku Kebo Anabrang diberitakan gugur pada tahun 1395M saat terjadi apertarungan dengan Ranaggalawe. Ini sebenarnaya bertenatangan dengan berita Pararaton. Kebo Anabrang masih hidup pada tahun 1300M. Jadi sangata beda dengan tafsir buku lain. Nuwun.
ReplyDeletesaya tanyangkan di link di bawah ini juragan. tanpa mengurangi isi apapun. hanya pengatarnya saja untuk membuka tulisan panjenengan. happy blogging
ReplyDeleteselalu berkarya dan jangan lupa bahagiaaaa.
nuwun.
http://www.akarasa.com/2016/10/ronggolawe-bukanlah-putra-arya-wiraraja.html
terimakasih om @Ulul Rosyad sudah berkunjung kunjung.silakan saja kalo ada yang layak untuk ditampilkan diblog sampeyan yang penting kasih link baik on atau off. di sini sampeyan dan dulur blogger lainnya dapat bebas meninggalkan jejak link di komentar sepanjang itu bukan link negatif akan tetap terpampang di sini. yang penting link bermanfaat dan bikin heppy blogging, akan saya kunjungi balik.
Delete