Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Sunday, November 8, 2015

    Cerita Asal Mula Berdirinya Desa Panjerejo


    peta desa Panjerejo Tulungagung di Balai Desa Panjerejo


    Pada jaman dahulu, ada seorang raja bernama Kertajaya yang berkuasa di kerajaan Kediri. Daerah kekuasaan raja Kertajaya sangat luas, subur, dan makmur. Raja Kertajaya dikenal sebagai raja sakti dan pandai berperang. Dia kerap menang perang, melawan musuh musuhnya. Raja Kertajaya punya musuh besar yang juga suka perang. Musuhnya berkuasa di kerajaan Jenggala. 


    Pada suatu ketika, raja Jenggala yang masih saudara dengan raja Kertajaya, berniat menaklukkan kerajaan Kediri. Raja Jenggala dan bala tentaranya yang sangat banyak, kemudian menyerang istana Kediri. 

    Terjadilah perang besar. Perang saudara. Perang yang menimbulkan banyak korban.

    Meski terkenal sakti dan punya banyak tentara, pada pertempuran itu, raja Kertajaya kalah. Dia lari bersama sisa pengikutnya ke selatan sungai Brantas. Raja Kertajaya lalu mendirikan benteng di lembah gunung Wilis atau di daerah Kamulan.

    Tapi, raja Kertajaya tidak kenal menyerah. Dia raja besar yang suka berjuang. Dia berniat kembali menjadi raja di Kediri. 

    Raja Kertajaya kemudian menyiapkan pasukan sekuat kuatnya. Pasukan gagah berani segera terbentuk. Pasukan itu adalah sisa prajurit Kediri dan para penduduk daerah selatan sungai brantas yang sekarang kita kenal dengan nama kabupaten Tulungagung. para penduduk Tulungagung sangat setia dengan raja Kertajaya. Termasuk para penduduk dari desa Panjerejo.

    Raja Kertajaya adalah raja adil dan bijaksana. Para penduduk Tulungagung termasuk dari desa Panjerejo sangat menghormati dan mencintainya. Ketika raja Kertajaya berniat menyerang kerajaan Jenggala, para penduduk Tulungagung siap sedia membantu. Termasuk para penduduk desa Panjerejo.

    Hamba ketua desa Panjerejo siap bersama para penduduk desa membantu baginda raja Kertajaya, menyerang kerajaan Jenggala. Kami punya tentara yang gagah berani. Kami siap berkorban untuk kejayaan raja Kertajaya.

    Demikian kata ketua desa Panjerejo saat menghadap raja Kertajaya di lembah gunung Wilis.

    Terimakasih atas kesediaan desa Panjerejo bergabung dengan tentaraku mengalahkan kerajaan Jenggala. Jika kelak aku memenangkan perang, maka desa Panjerejo akan aku beri hadiah besar.

    Begitu kata raja Kertajaya yang sangat gembira melihat datangnya bala bantuan dari desa Panjerejo yang gagah berani.

    Singkat cerita, raja Kertajaya dan balatentaranya menyerang kerajaan Jenggala. 

    Perang. Perang lagi. Perang yang kembali memakan banyak korban. 

    Kali ini Raja Kertajaya berhasil mengalahkan raja Jenggala. Raja Kertajaya kembali menjadi raja di Kediri. Sang Raja tidak lupa memberikan banyak penghargaan kepada mereka yang berjasa besar. 

    Desa Panjerejo juga mendapat hadiah. Desa Panjerejo ditetapkan sebagai desa yang merdeka, bebas menjalankan pemerintahan dan memiliki tentara. Hadiah raja itu ditulis dalam Rontal. 

    Apa itu Rontal. Rontal adalah daun dari pohon Tal yang pada jaman itu biasa digunakan sebagai tempat menulis. 

    Jaman dahulu belum ada kertas.

    Setelah mendapat hadiah dari raja Kertajaya, para penduduk desa Panjerejo hidup aman, tenteram, dan makmur. Desa Panjerejo mendapat keistimewaan dari kerajaan Kediri. 

    Jika ada pihak yang berani mengganggu desa Panjerejo, maka akan mendapat hukuman dari raja Kertajaya. 

    Oleh karena itu, desa desa lain di Tulungagung ketika itu tidak ada yang berani mengganggu desa Panjerejo.

    Beberapa tahun kemudian, kepala desa memikirkan hadiah dari raja Keartajaya yang tertulis di atas lembar daun pohon Tal. Tulisan dalam daun pohon Tal cepat rusak. Tulisan itu juga dapat saja hilang. Padahal tulisan itu sangat penting bagi desa Panjerejo karena merupakan hadiah raja.

    Oleh karena itu, kepala desa Panjerejo berniat memohon kepada raja Kertajaya supaya hadiah yang tertulis dalam daun pohon Tal dipindah ke tugu terbuat dari batu. Tujuannya supaya dapat dibaca semua orang dan tidak mudah rusak atau hilang.

    Maka perwakilan dari desa Panjerejo dipimpin sang Panji Smajansa datang menghadap raja Kertajaya. Menyampaikan pesan dari kepala desa Panjerejo supaya sang raja bersedia menuliskan hadiah ke atas tugu batu. 

    Selain itu berharap supaya hadiah yang tertulis di atas tugu batu mendapat setempel dari raja Kertajaya. Tujuannya supaya tidak ada pihak yang mengganggu keputusan raja itu.

    Karena raja Kertajaya adalah raja adil dan bijaksana, maka dia bersedia memenuhi permintaan dari desa Panjerejo. 

    Bahkan Sang Raja memberi beberapa hadiah tambahan kepada desa Panjerejo.

    Para penduduk desa Panjerejo semakin bahagia dan hidupnya semakin aman, tenteram, dan makmur.
    Sejak saat itu, secara resmi, desa Panjerejo menjadi daerah perdikan atau desa merdeka. Pemindahan hadiah ke atas tugu batu terjadi pada tanggal 20 April tahun 1200 masehi. 

    Tugu batu berisi hadiah raja Kertajaya untuk desa Panjerejo kini berada di pemakaman desa Karangsari yang berbatasan langsung dengan desa Panjerejo. Itu karena jaman dulu, desa Karangsari masuk wilayah desa Panjerejo.

    Akan tetapi, karena sejak awal tugu batu itu berada di desa Panjerejo, maka sampai sekarang tugu batu itu dikenal sebagai prasasti Panjerejo.

    Berdasarkan buku Sejarah Dan Budaya Desa Panjerejo, penanggalan dalam prasasti itu ditetapkan sebagai hari kelahiran desa Panjerejo.

    Dengan demikian, kelahiran desa Panjerejo terjadi pada tanggal 20 April tahun 1200 masehi.

    Jika dihitung, sampai sekarang, usia desa Panjerejo adalah 815 tahun. Lebih tua 5 tahun dari usia kabupaten Tulungagung.

    Demikianlah, cerita asal mula desa Panjerejo.

    Cerita ini disadur dari buku Sejarah Dan Budaya Desa Panjerejo yang diterbitkan oleh Pemerintah desa Panjerejo tahun 2015.

    Disadur oleh Siwi Sang.

    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara