Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Thursday, August 20, 2015

    Daftar Lengkap Prasasti Prasasti di Tulungagung






    Berikut ini daftar prasasti di Tulungagung Jawa Timur. Selain prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan membicarakan wilayah Tulungagung, ada juga beberapa prasasti yang ditemukan di luar Tulungagung, tetapi menyinggung dan dikeluarkan untuk wilayah Tulungagung.

    Prasasti yang ditemukan di luar Tulungagung tetapi menyinggung keberadaan beberapa wilayah di Tulungagung antaranya Prasasti Mula Malurung 1255M.

    Prasasti yang ditemukan di luar Tulungagung tetapi dikeluarkan untuk daerah di Tulungagung antaranya Prasasti Sorandakan atau Prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan Raja Majapahit Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya pada tahun 1447M. Prasasti tembaga ini pertama ditemukan di Sorandakan Trenggalek.


     [1] Prasasti Penampihan I 898M

     

    Prasasti batu berangka tahun 898M. Bahasa Jawa Kuna. Dikeluarkan oleh Raja Balitung. 

     

    [2] Prasasti Kubu Kubu 17 Oktober 905M

     

    Prasasti Kubu Kubu dikeluarkan maharaja Medang i Poh Pitu, Sri maharaja Sri Dharmodaya Rakryan Watukura Haji Balitung pada tahun saka 817 atau tanggal 17 Oktober 905M. Menurut ahli Epigrafi nasional Boechari dan Damais penemuan pertama prasasti yang terdiri dari 6 lempeng tembaga ini di areal situs candi Penampihan, Sendang, Tulungagung. Tapi kemudian, prasasti ini berada di daerah Malang. 

     

    Prasasti bertarikh 905M dikeluarkan sebagai anugerah raja kepada beberapa daerah di wilayah Kubu Kubu. Terdapat beberapa tokoh lokal yang mendapat anugerah dari kerajaan. Salah satu tokoh yang dapat dikaitkan dengan wilayah di Tulungagung sekarang adalah Dapu Antyanta Rama Matuha i Panjora atau tetua desa Panjora. 

     

    Di kecamatan Pagerwojo Tulungagung yang berbatasan langsung dengan kecamatan Sendang di lereng gunung Wilis, sekarang terdapat satu desa bernama PENJOR. Jika benar bahwa Prasasti Kubu Kubu bertarikh 905M dikeluarkan maharaja Haji Balitung untuk daerah Penampihan dan sekitarnya, kemungkinan besar nama PANJORA merupakan nama arkhais atau nama kuna dari desa yang sekarang bernama PENJOR, kecamatan Pagerwojo, Tulungagung.

     

    Keberadaan desa Penjor semakin menguatkan pendapat bahwa Prasasti Kubu Kubu pertama ditemukan di areal situs candi Penampihan Tulungagung. http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/07/tafsir-baru-sejarah-tulungagung.html

     

    Cuplikan Prasasati Kubu Kubu: …rama tpi siring pinaka saksi winkas i batwan sang jara wineh wdihan 1 ku 2 panjurwan i brasahan sang gadanan wineh wdihan 1 ku 2 winkas sang kudang winaih wdihan 1 ku 2 tuha banwa sang wisat wineh wdihan 1 gusti sang sahan wineh wdihan 1 winkas i kubu kubu sang budunuh winaih wdihan 1 ku 2 rama matuha dapu tapel wineh wdihan 1 ku 2 hulu wwatan i tal tal dapu mantuni wineh wdihan 1 ku 2 winkas iy unggah sri sang suddhini wineh wdihan 1 ku 2 dapu pageh rama matuha i kasukhan wineh wdihan 1 ku 2 dapu atyanta rama matuha i panjora mwang sang timbun wineh wdihan 1 ku 2..

     

    [3] Prasasti Padlegan I  1038C/11 Januari 1116M

     

    Pada tahun 1038C/1116M, maharaja Panjalu Kadiri Sri Maharaja Rake Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjatottunggadewa mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Padlegan I. Dinamakan Prasasti Padlegan I karena terdapat dua prasasti yang dikeluarkan untuk wilayah Padlegan.  Dalam Prasasti Padlegan I menyebutkan nama nama daerah yang sama dengan yang tercantum dalam Prasasti Padlegan II. Sementara Prasasti Padlegan II berkaitan dengan wilayah Tulungagung sekarang. Dengan demikian, Prasasti Padlegan I dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah Tulungagung.

     

    Menurut buku SNI 2, Prasasti Padlegan I berisi anugerah maharaja Bameswara kepada penduduk desa Padlegan dan sewilayahnya termasuk daerah Kalang, Kalagen, Kabanyagan berupa ketetapan daerah tersebut sebagai sima swatantra. adapun sebab keluarnya anugerah itu karena penduduk desa Padlegan telah berjasa pada raja mempertaruhkan jiwa raga demi kemenangan raja dalam peperangan dan karena berhasil menjadi pasukan pelindung raja.

     

    Penduduk desa Padlegan menyampaikan permohonan kepada raja melalui perantara bernama Sang Juru pangjalu Mapanji Tutusingrat. 

     

    [4] Prasasti Candi Tuban 17 Mei 1129M/1051C

     

    Sri Maharaja Rake Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjatottunggadewa pada tahun saka 1051/1129M kembali mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Candi Tuban. Prasasti ini tertulis pada batu dan menggunakan bahasa Jawa Kuna. Sekarang Prasasti Candi Tuban tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Dinamakan Prasasti Tuban karena pertama ditemukan berada di areal candi Tuban, dusun Tuban, desa Domasan, kecamatan Kalidawir, Tulungagung. Jadi bukan kabupaten Tuban Jawa Timur yang berada di pesisir utara. Adapun Candi Tuban berada dekat Candi Mirigambar, dusun Gambar, desa Mirigambar, kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Sekarang Candi Tuban sudah lenyap tinggal pondasi dan beberapa batu saja yang berada di pemukiman warga. http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/04/menguak-kabut-sejarah-situs-candi.html 

     

    [5] Prasasti  Karang Reja 1134/5M

     

    Prasasti yang tertulis pada arca Ganesa. Berbahasa Jawa Kuna. Angka tahun 1134/5M. Dikeluarkan oleh Sri maharaja Rake Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana tustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjatottunggadewa. 

     

    [6] Prasasti Pikatan II/Padlegan II 1081C/23 September 1159M

     

    Sri maharaja Rakai Sirikan Sri Sarwweswara Janarddhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewanama mengeluarkan prasasti pada tahun saka 1081 atau 23 September 1159M yang dikenal sebagai Prasasti Pikatan atau Prasasti Padlegan II. Prasasti batu dan berbahasa Jawa Kuna ini, berdasarkan laporan pertama ditemukan di desa Pinggir Sari, distrik Tulungagung.  Sekarang Prasasti Padlegan II berada di Museum Wajakensis Tulungagung. Yang cukup menarik perhatian, dalam Prasasti Padlegan II 1159M muncul satu nama daerah bernama Tulung Molih. Apakah Tulung Molih merupakan nama kuna dari Tulung Agung, perlu kajian lebih lanjut. Yang pasti prasasti ini diberikan untuk daerah di Tulungagung. Sebelumnya, pada tahun 1038C/1116M, raja Bameswara mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Padlegan I. Dalam Prasasti Padlegan I menyebutkan nama nama daerah yang sama dengan yang tercantum dalam Prasasti Padlegan II. Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarwweswara masih mengeluarkan satu prasasti lagi di daerah Blitar sekarang yang bernama Prasasti Kahyunan 1082C/ 3 September 1169M.

     

    [7] Prasasti Sapu Angin 1190M

     

    Pada tahun 1190M terbit prasasti bertanda lanchana raja Srengga. Prasasti batu berbahasa Jawa Kuna ini dikenal sebagai Prasasti Sapu Angin. terdapat penelitian sejarah dari Boechari bahwa saat mengeluarkan prasasti Sapu  Angin, Raja Srengga Kertajaya masih bersetatus sebagai putra mahkota. Prasasti Sapu Angin sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.

     

    [8] Prasasti Kamulan 31 Agustus 1194M

     

    Prasasti batu berangka tahun 1194M.  Bahasa Jawa kuna. Prasasti ini sekarang berada di Kamulan, Durenan, Trenggalek. Tapi pada saat ditemukan, dilaporkan prasasti ini berada di Tulungagung. Sebelum masuk wilayah Trenggalek, daerah Kamulan pernah masuk wilayah Tulungagung. Dikeluarkan oleh maharaja Panjalu Kadiri Sri Kertajaya. Disebutkan dalam prasasti bahwa raja Kertajaya tersingkir dari istana Kadiri akibat serbuan musuh dari arah timur. Tentunya penyerbuan itu terjadi sebelum keluar Prasasti Kamulan. Sebagaimana disampaikan buku Sejarah Nasional Indonesia [SNI], Prasasti Kamulan dikeluarkan Kertajaya setelah adanya permohonan dari para samya haji Katandan Sakapat yang telah ikut berjuang mengembalikan raja ke singgasana di Kediri akibat serbuan musuh dari timur. Prasasti ini memuat keterangan bahwa Samya Haji Katandan Sakapat berdatang sembah ke hadapan raja dengan perantaraan Pangalasan bernama Geng Adeg, menyampaikan bahwa pihaknya menyimpan rontal berisi keputusan raja yang telah dicandikan di Jawa, yaitu Haji Tumandah. Mereka mohon supaya keputusan itu dikukuhkan dalam bentuk prasasti batu yang mendapat cap kerajaan Kertajaya. Dan permohonan itu dikabulkan karena parasamya Haji Katandan sakapat telah memperlihatkan kesetiaan mereka terhadap raja sebagaimana layaknya sikap hamba raja. Mereka telah berhasil mengembalikan Kertajaya ke atas singgasana di Kadiri. Maka ditulislah prasasti di atas batu yang memuat perincian anugerah Sri Tumandah dan Sri Rajakula berupa hak-hak istimewa dan ditambah lagi anugerah dari Sri Raja Srengga berupa pemberian hak-hak istimewa.

     

    Dari kronologis keluarnya prasasti Kamulan sebenarnya prasasti ini lebih diperuntukkan kepada daerah yang berada di wilayah kekuasaan Katandan Sakapat. Daerah ini sekarang bernama desa Ketandan, Kalangbret, Tulungagung.

     

    Dengan kata lain pada waktu dikeluarkannya prasasti oleh Kertajaya, daerah Kamulan dan sekitarnya masih termasuk wilayah Kalangbret Tulungagung.

     

    Sekarang penanggalan dalam Prasasti Kamulan, 31 Agustus 1194M menjadi landasan penentuan hari jadi kabupaten Trenggalek. Ini karena daerah Kamulan sudah masuk kabupaten Trenggalek. 

     

    Berdasarkan catatan yang ada sampai sekarang, Prasasti Kamulan 1194M merupakan prasasti pertama yang dikeluarkan oleh Kertajaya setelah menjadi maharaja Panjalu Kadiri.. 

     

    [9] Prasasti Galungung / Prasasti Panjerejo 20 April 1200M

     

    Prasasti Galungung merupakan prasasti yang dikeluarkan maharaja Panjalu kadiri Sri Kertajaya atau raja Srengga pada tanggal 20 April 1200M.  Prasasti berbahasa Jawa Kuna ini dikeluarkan sebagai anugerah penetapan sima perdikan bagi daerah Galungung. Prasasti ini sekarang masih insitu, artinya sejak awal masih berada di tempatnya atau tidak pernah berpindah tempat. Secara administratif, sekarang Prasasti Galungung berada di pemakaman dusun Soka, desa Karangsari, kecamatan Rejotangan, Tulungagung. Tetapi pada saat ditemukan dilaporkan berada di desa Panjerejo. Karena itu prasasti ini dikenal pula sebagai Prasasti Panjerejo. Sekarang di sekitar desa Karangsari dan desa panjerejo, tidak ditemukan lagi daerah bernama Galungung atau yang memiliki kemiripan mendekati nama Galungung. Akan tetapi karena Prasasti Galungung masih insitu, penelitian menyimpulkan bahwa nama desa perdikan Galungung pada perkembangannya berganti nama menjadi desa Panjerejo, sebagaimana data peta topografi kecamatan Ngunut [lembar 52/XLIII D2. edisi tahun 1944], titik temuan Prasasti Galungung berada di desa Pandjerrejo. Selengkapnya dapat baca di : http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/11/sejarah-desa-panjerejo-tulungagung.html

     

    [10] Prasasti Biri 1202M

     

    Prasasti batu berangka tahun 1202M. Bahasa Jawakuna. Dikeluarkan oleh raja Panjalu Kadiri Sri Kertajaya.

     

    [11]  Prasasti Sumberingin Kidul 1204M

     

    Prasasti batu berangka tahun 1204M. Bahasa Jawa kuna. Dikeluarkan oleh raja Panjalu Kadiri Sri Kertajaya.

     

    [12] Prasasti Lawadan 18 Nopember 1205M

     

    Prasasti Lawadan dikeluarkan maharaja Panjalu Kadiri Sri Kertajaya  pada tanggal 18 Nopember 1205M.  Bagian awal prasasti menulis pertanggalan:

     

    saka warsatita 1127 marggasira masa titi sasi suklapaksa pa su wara gumbreng...

     

    Prasasti Lawadan memberikan keterangan bahwa penduduk desa Lawadan beserta daerah sewilayahnya telah menerima anugerah raja berupa pembebasan pajak dan penerimaan sejumlah hak-hak istimewa seperti melakukan kegiatan-kegiatan tertentu di depan umum, mengenakan jenis-jenis pakaian dan perhiasan tertentu, juga memakan makanan istimewa.

     

    Selain itu juga menyebutkan bahwa penduduk Lawadan berhak memiliki rumah dengan ciri tertentu, memiliki tempat duduk, balai-balai, payung, serta tanaman di rumah mereka. Ini dapat dimaknai sebagai kebebasan daerah Lawadan membentuk pusat pemerintahan sendiri yang mandiri.

     

    Sejak 2003, penanggalan Prasasti Lawadan menjadi pedoman hari jadi kabupaten Tulungagung.

     

    [13] Prasasti Sarwwadharma 31 Oktober 1269M

     

    Prasasti tembaga atau tamra prasasti berangka tahun 1269M. Bahasa Jawa kuna. Dikeluarkan oleh Sri Kertanagara. Prasasti ini berisi peneguhan kembali anugerah sri maharaja Wisnuwardhana ayah sri Kertanagara yang pernah diberikan kepada sang hyang Sarwwadharma.  Anugerah raja itu berupa penetapan daerah sang hyang Sarwwadharma sebagai sima swatantra yang terpisah dari kekuasaan daerah Thanibala. Penanggalan dalam prasasti Sarwwadharma 31 Oktober 1269M sekarang menjadi landasan penentuan hari jadi kabupaten Sumenep.

     

    [14] Prasasti Sambirobyong 1308/9M

     

    Prasasti tembaga berangka tahun 1308/9M. Bahasa Jawa kuna. Dikeluarkan oleh raja Majapahit pertama Sri Kertarajasa Jayawardhana raden Wijaya.

     

    Di Kediri sekarang ada satu desa nama Sambirobyong. Tapi dari literatur yang ada, Sambirobyong / Sambilrobyong yang dimaksud adalah satu desa di Tulungagung tepi sungai Brantas.

     

    [15] Prasasti Palungan 1330M

     

    Prasasti batu berangka tahun 1330M. Bahasa Jawa kuna. [di Blitar atau Tulungagung ?] Dikeluarkan oleh maharani Majapahit Tribhuwanatunggadewi dyah Gitarja [1329M-1350M].

     

    [16] Prasasti Satyapura/Prasasti candi Miri Gambar

     

    Prasasti Satyapura atau Prasasti Candi Mirigambar memuat tanda lanchana Wikramawardhanalanchana yang merujuk pada maharaja Majapahit Sri Wikramawardhana [1389M-1427M]. Dalam prasasti ini menyinggung ada tempat pendharmaan bernama Satyapura. Prasasti yang tertulis pada lempeng tembaga ini tidak lagi diketahui angka tahunnya. Dinamakan Prasasti Candi Mirigambar karena pertama ditemukan di areal situs candi Mirigambar, dusun Gambar, desa Mirigambar, kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Kini prasasti Satyapura atau Prasasti Candi Mirigambar berada di Museum Nasional Jakarta.

     

    Dari temuan Prasasti Satyapura atau Prasasti Candi Mirigambar, memunculkan dugaan, Sri Wikramawardhana pernah membangun candi Miri Gambar.

     

    Berdasarkan catatan sejarah terutama serat Pararaton menyebutkan putra sulung Wikramawardhana yaitu putra mahkota Rajasa Kusuma wafat pada tahun 1399M dicandikan di Tanjung dengan candi pendarmaannya bernama Paramasukapura. Setelah wafat, Rajasa Kusuma bergelar anumerta Bhra Hyang Wekas Ing Suka. Nama gelar anumerta ini sama dengan nama gelar anumerta maharaja Majapahit Sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk yang wafat pada tahun 1389M. Pararaton menulis:

     

    bhra hyang wekasing suka mokta, sang mokta ring indrabhawana, i saka janma netra agni sitangsu, 1321, sang dhinarmeng tajung bhisekaning dharma ring paramasukapura.

     

    Terjemahannya:

     

    baginda hyang wekas ing shuka wafat di indra bhawana pada tahun saka 1321C/1399M, dicandikan di tanjung dengan nama resmi candi paramasukapura.

     

    Apakah Paramasukapura adalah candi yang dibangun di areal situs candi Miri Gambar yang sekarang?  Atau apakah Paramasukapura sama dengan candi Satyapura? Perlu kajian lebih lanjut dengan menautkan beberapa sumber kuat lainnya. http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/04/menguak-kabut-sejarah-situs-candi.html

     

    [16]....

     =======================

    SIWI SANG 

    BERSAMBUNG 



    Catatan sedang dilengkapi dan diperbaiki 16/3/2016






    Prasasti Padlegan II 1159M yang kini tersimpan di Museum Wajakensis Tulungagung



    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara