Inilah candi unik memukau di puncak bukit. Boleh dibilang satu satunya di Indonesia. Jalur menuju Candi Dadi Tulungagung sejauh sekitar tiga kilometer dari kaki bukit. Sebagaimana jalur pendakian gunung, jalur menuju lokasi candi unik ini berupa jalan setapak, di beberapa tempat memiliki trek terjal terutama di dua ratus meter menjelang puncak.
Candi unik menakjubkan ini namanya candi Dadi. Letaknya persis di puncak bukit yang masuk jalur pengunungan Walikukun, Tulungagung bagian selatan. Secara administrative candi ini masuk dusun MOJO, desa Wajak Kidul, kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
Dari arah perbukitan Sanggrahan
di kaki bukit sampai puncak candi Dadi sebenarnya masih ada 3 candi lain, yaitu
candi urung, candi Buto, candi Gemali. Tapi ketiganya tinggal runtuhan batuan.
Lokasi yang dikenal sebagai Candi Gemali kini hanya tersisa batu berbentuk
Lingga.
Menurut mas Andi, pegawai Museum
Wajakensis Tulungagung, penamaan candi Dadi dan tiga candi lainnya bukan
berasal dari dunia arkeologi melainkan dari tutur cerita masyarakat sekitar
yang berkembang melalui getok tular turun temurun sampai sekarang. Sebagaimana
peninggalan candi di daerah lain seperti candi Prambanan, candi Dadi dan tiga
candi lainnya itu terbungkus cerita tutur tinular yang berkembang dalam
masyarakat.
Dari cerita tutur tinular
menyebutkan, dulu ada seorang pangeran melamar seorang putri di dusun
Kedungjalin. Singkat kata lamaran itu diterima dengan sarat harus membangun
sebuah candi dalam waktu semalam atau selesai pembangunan sebelum matahari
pagi. Pangeran itu menyanggupi dan ternyata hampir merampungkan pembangunan
candi ketika waktu yang ditentukan masih tersisa lama. Karena sejak awal ingin
menolak lamaran, sang putri cemas dan coba cari akal bagaimana pembangunan
candi itu gagal. Menjelang pagi sang putri sang putri mengumpulkan kaum
perempuan desa Kedungjalin ramai membunyikan lesung. Pangeran terkejut mengira
waktu sudah pagi. Ia marah dan meruntuhkan candi yang belum rampung. Itulah
sebab masyarakat kelak menyebut runtuhan candi ini sebagai candi Urung atau
candi Wurung, artinya batal atau tidak jadi.
Penamaan candi Buta berdasarkan
kepercayaan masyarakat sekitar bahwa di lokasi itu sebenarnya ada sebuah arca
raksasa yang sangat besar tapi disembunyikan oleh penunggu gaib di situ
sehingga sekarang tidak kelihatan mata awam.
Di timur candi Buta adalah candi
Gemali atau lingga Gemali. Tidak ada yoninya. Lingga adalah lambing
kesuburan seorang lelaki. Ini terkait cerita tutur tinular masyarakat bahwa
dulu dusun Kedung jalin kaum perempuan pernah terkena kutukan yaitu para
perawan tidak akan menikah sebelum mencapai usia tua. Kiranya itu yang
menyebabkan dibangu lingga sebagai lambing kesuburan.
Kemudian penamaan candi Dadi
karena candi inilah satu satunya yang utuh jadi sehingga dinamakan candi Dadi
atau jadi. Sampai sekarang candi unik ini memang boleh dikata masih utuh dan
asli.
Siku Sudut Candi Dadi yang
memukau
Candi Dadi memang unik memukau.
Pertama karena letaknya di puncak bukit atau berada di tempat tertinggi.
Menurut mas Andi, ini berkaitan dengan pemahaman kebudayaan Hindu dimana daerah
tinggi atau gunung dipandang sebagai tempat paling suci persemayam para dewa.
Kemudian masih menurut lelaki
yang saban hari Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu, tengok candi Dadi ini,
berdasarkan bentuk fisik, candi Dadi sangat unik karena bentuknya merupakan
kombinasian dua kebudayaan yang berbeda, Hindu dan Budha.
"Jika melihat samping kaki
candi dalam jarak 50 meter, bentuknya seperti bangunan kerajaan Tiongkok penganut
Budha. Lalu pada bagian pojok candi, cenderung pada kebudayaan Hindu. Hanya
secara keseluruhan yang lebih mendominasi adalah pengaruh kebudayaan
Budha," paparnya.
Ketika ditanya apa sudah ada
wisatawan asing berkunjung ke candi Dadi, mas Andi menjawab sudah pernah
beberapa kesempatan. Dan mereka sangat terpukau. Hanya dengan kondisi seperti
ini apa adanya, kata mas Andi, para wisatawan asing hampir semua menyebut candi
Dadi sebagai peninggalan sejarah yang sangat menakjubkan. Sebagai candi yang luarbiasa
dilihat dari fisiknya, siku sudutnya. Jika difoto dari atas, wisatawan asing
takjub melihat siku sudut candi Dadi.
Lobang Sumuran Candi Dadi
Satu Satunya di Indonesia
Yang paling menarik dan sangat
mungkin satu satunya di Indonesia adalah candi Dadi punya lobang di bagian atas
dengan diameter dan kedalaman sangat simetris sama. Diameter lobang atau
sumuran ini sepanjang 3, 4m dan kedalaman sekitar 3m.
Menurut mas Andi yang
setiap Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu, tengok candi Dadi itu, para wisatawan
mancanegara terutama lebih terpukau dengan lobang sumuran di candi Dadi ini.
Bagian atas candi Dadi berbetuk
segi delapan. Lobang sumuran berada di tengah segi delapan. Jika musim hujan, ait
tidak pernah menggenangi sumuran. Air selalu terserap ke bawah. Masyarakat
percaya bahwa sumuran candi Dadi tembus ke pantai selatan.
Fungsi Lobang sumuran candi
Dadi
Terkait fungsi lubang sumuran
candi Dadi, mas Andi menyampaikan sampai sekarang masih ada beragam pendapat
atau belum dapat dipastikan benar fungsi sesungguhnya. Dari beberapa kunjungan
tim arkeologi Trowulan, menyebutkan candi Dadi fungsinya seperti yoni. Sehingga
diperkirakan dulu ada lingga ditaruh di lubang sumuran itu. Tentu lingga yang
sangat raksasa jika dugaan itu benar.
Ada pula pendapat candi Dadi
digunakan sebagai tempat pembakaran mayat. Pendapat ini berasal dari arkeolog
Belanda Stuterheim. Siwi Sang berdasarkan penelitian Stuterheim itu kemudian
mengidentifikasi bahwa pada jaman Majapahit, candi Dadi menjadi tempat
pengabuan jenajah maharajapatni dyah Gayatri. Ini lengkapnya ada termuat dalam
buku Girindra:Pararaja Tumapel Majapahit.
Satu hal yang sangat jelas
adalah bahwa candi Dadi tidak punya tangga. Hampir semua bangunan candi tempat
pendarmaan atau pemujaan terdapat tangga. Tapi ini tidak untuk candi Dadi. Ini
juga unik. Ada lobang di atas tapi tidak ada tangganya.
Bagaimana para pengunjung naik
lihat siku sudut dan lobang sumuran candi Dadi? Jangan kawatir. Untuk naik
candi Dadi ada alat berupa tangga buatan dari bambu.
Masa Pembangunan Candi Dadi
Tulungagung
Kapan pembangunan candi Dadi
tidak jelas karena tidak pernah ditemukan jejak angka tahun di sekitar candi. Cuma
banyak pendapat menyatakan bahwa candi Dadi dibangun pada masa Majapahit.
Sementara tim sejarah dari Save Trowulan yang sempat mengunjungi candi Dadi
beberapa waktu silam mengindikasikan candi Dadi sudah dibangun pada masa
karesian atau sejak berkembang kerajaan Panjalu Kediri.
Sejak awal, candi Dadi belum
pernah ada konservasi apapun atau belum pernah ada pemugaran. Bentuk yang
sekarang terlihat masih asli seperti dulu. Jikapun diadakan pemugaran, posisi
tempat ini tidak memungkinkan kalau diadakan pemugaran. Air di sini sulit
pengadaannya, harus turun jauh. Untuk pemugaran butuh batu, juga susah.
Berdasarkan pantauan mas Andi,
pengunjung candi Dadi kebanyakan pelajar sekolah yang setiap hari minggu atau
liburan sekolah hampir selalu berkunjung terutama ketika mereka melakukan
kegiatan ekstra yang berkaitan dengan kebugaran seperti lintas alam atau
kegiatan pramuka. Di bawah areal candi selalu digunakan sebagai perkemahan
pramuka.
Jadwal rutin mas Andi ke candi
Dadi seminggu empat hari, yaitu Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. Hari senin dan
selasa masuk kantor. Bagi calon pengunjung dari luar kota, jika ingin naik
candi Dadi mengisap keunikan dan pukauannya, sebaiknya menghubunginya sebagai
pemandu perjalanan dan tentu saja siap jadi tukang cerita jika para pengunjung
bertanya tentang candi Dadi.
===========
SIWI SANG
Lihat juga di:
catatan ini telah dilengkapi pada 29/3/2016
Candi Dadi tampak dari sisi Barat. |
Candi Dadi sudut Baratdaya |
Mas Andi [celana doreng] pegawai Museum Wajakensis Tulungagung sedang cerita candi Dadi |
Candi Dadi Tulungagung |
siku sudut candi dadi seperti ini yang memukau para wisatawan asing |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Lobang Sumur di candi Dadi. Sangat simetris |
Kerja bakti cabuti rumput di atas candi Dadi |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Mas Andi menyapu halaman candi Dadi |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Candi Dadi Tulungagung |
Featured Post
Tafsir Sejarah Lumajang Kesultanan Islam Tertua di Jawa Harus Dikaji Ulang
Social Counter