Prasasti Karang Bogem 1387M merupakan prasasti Logam satu keping. Prasasti ini dikeluarkan oleh seorang tokoh, dua tahun sebelum wafat sri maharaja Hayam Wuruk. Siwi Sang mengidentifikasi tokoh yang mengeluarkan prasasti ini adalah batara parameswara Pamotan Wijayarajasa dyah Kudamerta, raja Kedaton Wetan yang wafat pada tahun 1388M. Terdapat penggunaan kata ‘ingong’ yang artinya aku, bukannya ingsun.
Prasasti ini berisi penetapan tanah perdikan milik patih Tamba [Tambak] Karang Bogem. Dalam prasasti ini juga menyinggung dua daerah lain yaitu Sedayu dan Gresik.
peta Gresik dan Sidayu tahun 1883 sumber :http://media-kitlv.nl/all-media/maps/ |
Berikut isi dan terjemahan prasasti menurut Muhammad Yamin dalam buku Tatanegara Madjapahit, Parwa 1-2, yayasan Prapantja, Jakarta, 1962.
Lempeng bagian depan:
Iku wruhane para mantring tirah aryya songga pabayeman aryya carita, purut, patih, lajer, wruhane yen ingong amagehaken karange patih tamba karang bogem, penganane kidul lebuh penganane wetan sadawata anutug sagara pisan penganane kulon babatane dmung wana, anutug sagara pisan, pasawahane sajung babatan sakikil, iku ta malerahaya den siddhigawe. hana ta kawulaningong saking gresik warigaluh ahutang sakti rong laksa gnep sabisane hasikep rowang warigaluh luputa ta pangarah saking siddhayu kapangarahan po hiya saki dalem galangan kawolu anghaturakna ta hiya hacan bobot sewu sarahi atambak sesine. tambake kahature ringing, hana tadagang angogogondok, amahat, luputa ta ring arik purih saprakara, knaha ta hiya ring pamuja.
TERJEMAHANNYA:
Ketahuilah para mantra di Tirah Arya Songga Pabayeman, Arya Carita dari Purut, dan Patih Lajer, ketahuilah bahwa aku telah menetapkan tanah milik Patih Tamba di Karang Bogem, batas selatannya adalah tanah padang, batas timurnya adalah tanah dataran yang mentok ke segara. batas barat adalah daerah pembabatan alas Demung, sampai segara. Sawahnya seluas satu jung dan pembabatan hutannya sakikil. Itulah batasannya. Jangan diganggu gugat penetapan ini. kemudian ada seorang kawulaku asal Gresik, pekerjaannya nelayan yang memiliki hutang sebesar satu keti dua laksa [sama dengan seratus duapuluh ribu]. Sedapatnya dia akan memungut bantuan sesame nelayan. Kini mereka akan bebas dari tuntutan pihak Sedayu. tetapi mereka harus memenuhi tuntutan deari dalam galangan kedelapan mereka diharuskan membayar terasi belacan seberat seribu bagi tiap pemilik tambak dan seisi tambak harus dibayarkan kepadaku. Ada pula pedagang anggogondok atau penyadap aren, yang mereka harus dibebaskan dari pemungutan cukai karena mereka sekarang dikenakan pembayaran cukai untuk pemujaan
Lempeng bagian belakang:
Satengah, anuta sararataning wargga taman sabhumi, tithi, ka 7, cirah 8// andaka kakatang//.
TERJEMAHANNYA:
Seperdua, menurut adat kebuasaan warga taman seluruhnya. Tertanggal bulan ketujuh, tahun saka delapan. Andaka Kakatang//
================
SIWI SANG
Sumber: Muhammad Yamin dalam buku Tatanegara Madjapahit, Parwa 1-2, yayasan Prapantja, Jakarta, 1962.
Featured Post
Tafsir Sejarah Lumajang Kesultanan Islam Tertua di Jawa Harus Dikaji Ulang
Social Counter