Cerita Sejarah Raden Paku Sunan Giri Prabu Satmata Putra Seh Walilanang

Cerita sejarah ini termuat dalam naskah Walisana. Cerita sejarah riwayat Raden Paku yang kelak dikenal sebagai Sunan Giri I Prabu Satmata. Dalam naskah Walisana, raden Paku atau Sunan Giri Prabu Satmata ternyata putra dari seorang tokoh yang dikenal dengan sebutan Seh Walilanang. Ini sangat berbeda dengan versi naskah lainnya seperti Babad Tanah Jawi [BTJ] yang menempatkan Raden Paku Sunan Giri sebagai putra dari Molana Iskak. Dalam naskah Walisana, Seh Walilanang dan Molana Iskak adalah dua tokoh yang berbeda.



Diriwayatkan Seh Walilanang adalah seorang Molana dari Jullah [Jedah?] tiba di Ampeldenta menemui Raden Rahmat Sunan Ampel dalam rangka menyusul ayahnya yang lebih dulu menuju tanah Jawa atau Anggajawi.

Pelabuhan Banyuwangi 1910. Sumber poto : http://media-kitlv.nl

Di Ampeldenta, Seh Walilanang tidak ketemu ayahnya. Kemudian Seh Walilanang menuju Nagari Balambangan daerah di ujung timur pulau Jawa.

Di Blambangan, Seh Walilanang pada suatu hari mengikuti sayembara mengobati penyakit putri penguasa nagari Balambangan.

Seh Walilanang berhasil mengobati sakit yang diderita putri raja Balambangan. Atas keberhasilannya itu, Seh Walilanang mendapat anugerah atau hadiah, dinikahkan dengan putri raja Balambangan yang berhasil disembuhkannya.

Hingga pada suatu ketika Seh Walilanang meninggalkan Nagari Balambangan menuju tanah Malaka. kepergiannya itu karena diberitakan dalam naskah Walisana, Seh Walilanang tidak berhasil mengislamkan raja Balambangan. Seh Walilanang meninggalkan isterinya yang sedang hamil tua.

Dan tiba saatnya istri Seh Walilanang melahirkan seorang anak laki bernama Raden Paku.

Tapi raja Balambangan memerintahkan bayi itu dibuang ke samudera. Perintah itu dilaksanakan.

Diriwayatkan, Raden Paku dibuang ke samudera itu berhasil diselamatkan oleh nahkoda kapal dagang abdi dari Nyai Samboja.

Raden paku kemudian dibawa ke Tandes diasuh oleh Nyai Samboja.

Setelah remaja, Raden Paku disuruh belajar agama Islam kepada kyai di Ampeldenta yang dikenal sebagai Sunan Ampel. Ketika itu, di Ampeldenta sudahj ada santri dari Bonang bernama Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel. Keduanya menjalin persaudaraan.

Beberapa waktu kemudian, Raden Paku pamit mau berangkat naik Haji ke Mekkah. Raden Paku mendapat ijin dan berangkat bersama Santri Bonang.

Tetapi keduanya berhenti di daerah Malaka karena mendengar ada seorang guru agama yang mashur namanya.

Raden Paku dan Santri Bonang kemudian menemui tokoh di Malaka itu dan berguru padanya.

SIWISANG
23/10/2016

Raden Paku dan santri Bonang di tanah Malaka

BACA LAGI

HALAMAN: 1 2 3