Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Wednesday, April 6, 2016

    Ketika Anies Baswedan Hadiri Festival Egrang ke-6 Tanoker Ledokombo Jember

    Desa Ledokombo kecamatan Ledokombo Jember Jawa Timur mendapat kado istimewa ahir tahun 2015. Daerah pelosok di lereng gunung Raung yang mayoritas penduduknya etnis Madura, pada Sabtu silam, 19/12, kena kunjungan Anies Baswedan. Kunjungan itu bertepatan dengan perhelatan Festival Egrang ke-6 merayakan Hari Buruh Migran Sedunia dan Hari Ibu.



    Festival Egrang ke-6 Tanoker Ledokombo Jember


    Festival Egrang merupakan kegiatan yang digagas pasangan kreatif, Supo Raharjo dan Farha Ciciek. Pasangan ini adalah pengasuh Komunitas Tanoker, satu komunitas yang bergiat dibidang seni, budaya, social, dan literasi. Tanoker adalah istilah Bahasa Madura yang artinya kepompong.

    Malam ketika itu tidak jatuh hujan. Festival Egrang ke-6 di Tanoker diikuti 50 grup. Sebelum para peserta bergiliran menampilkan atraksi berjalan dan menari dari garis start sampai finis, Anies Baswedan beserta rombongan bergerak mengunjungi tiap stan pameran di sepanjang jalan lokasi festival. Beberapa kesempatan, berhenti bersalaman dan berdialog dengan para pengunjung yang memadati kanan dan kiri jalan. Pengawalan terlihat sangat longgar, nyaris tanpa halangan berarti bagi warga berselfie bersama bapak menteri.

    Sudah barang tentu, poto bersama tokoh nasional, menjadi perkara wajib bagi sebagian warga. Apalagi Anies Baswedan tanpa sungkan larut bergembira selfie bersama mereka. Bagi warga desa, kesempatan seperti itu sangat jarang terjadi.

    Anies Baswedan juga sempat minum jamu yang tersedia di salah satu stan pameran. Menjadi bentuk dukungan dan ajakan kepada masarakat untuk gemar minum jamu racikan rakyat.

    Setelah menghabiskan waktu sekitar 20 menit bergembira bersama warga, selanjutnya Anies Baswedan naik panggung festival, menyampaikan pidato tanpa teks. Alunan musik jimbe yang dimainkan anak anak Tanoker, segera berhenti.

    Egrang, menurut menteri, merupakan satu permainan tradisi yang penuh nilai filosofis penting. Ia mengajarkan keseimbangan. Tapi yang lebih penting lagi adalah kesetimbangan yang dilakukan sambil berjalan. Egrang tak bisa hanya diam, harus selalu bergerak melangkah.

    Pada malam itu Anies Baswedan berharap, anak anak yang bermain egrang tidak hanya melestarikan dan mengembangkan budaya tradisi, tetapi juga membangun karakter untuk bisa menyeimbangkan dan selalu bergerak maju ke depan.

    Anies Baswedan bercerita pernah datang ke komunitas Tanoker 4 tahun silam melihat dari dekat Festival Egrang. Ia berkata, lokasinya boleh di kampung, tetapi standarnya tidak kampungan. Tanoker memiliki wawasan global, warganya sadar budaya dan sadar warga dunia.

    Anies Baswedan di panggung Festival Egrang ke-6 Tanoker Jember

    Setelah berpidato di atas panggung, Anies Baswedan dan rombongan, menuju salah satu tenda di tepi jalan yang berisi para tamu VIP, bersebelahan dengan salah satu tenda dewan juri. Di sana Anies Baswedan dan rombongan, didampingi Supo Raharjo dan mbak Farha Ciciek dari Tanoker, juga kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Jember, serta beberapa pejabat lainnya dari Dinas Pariwisata Jember, menyaksikan atraksi egrang yang ditampilkan anak anak sekolah dan komunitas luar sekolah. Anis Baswedan hanya berkesempatan menikmati atraksi egrang sampai penampilan grup kelima. Selanjutnya bersama rombongan meninggalkan lokasi festival. 

    Sebelum meninggalkan lokasi festival, Anies Baswedan mendapat kenang kenangan dari mbak Farha Ciciek, berupa miniature pemain egrang bambu.

    Anies Baswedan dan Supo Raharjo di Festival Egrang ke-6 Tanoker Jember

    Supo Raharjo ketua penyelenggara festival menyampaikan, melalui Festival Egrang, Tanoker Ledokombo ingin menjadi wilayah ramah anak.

    Selain itu juga menjadi ajang promosi wisata. Tanoker Ledokombo punya potensi budaya yang dapat diangkat untuk mendukung pengembangan Kampung Wisata Belajar.

    Melalui Festival Egrang, kata Supo Raharjo, dapat pula menjadi ajang silaturahmi atau tempat kumpul kawan kawan komunitas dari berbagai daerah berbagi pengalaman dan kegiatan di tempat masing masing.

    Supo Raharjo menyampaikan, Festival Egrang merupakan acara tahunan. Sebelumnya berlangsung tiap bulan Agustus dan dihelat siang hari. Tetapi tahun 2015 berlangsung malam hari pada bulan Desember. Pergantian waktu itu setelah mendapat berbagai masukan dari para kepala sekolah di wilayah Ledokombo yang menginginkan festival berlangsung pada liburan sekolah.

    Kunjungan Anies Baswedan dalam Festival Egrang ke-6 yang digagas komunitas Tanoker, menurut Supo Raharjo, berperan besar memberikan dorongan semangat baru kususnya kepada anak anak Tanoker dan Ledokombo untuk terus berkreasi, memiliki kepercayaan diri mengembangkan segala potensi.

    Sebelum mengunjungi Tanoker, Anies Baswedan hadir di GOR Jember, Sabtu pagi, membuka pencanangan Jember Membaca untuk Gerakan Indonesia Membaca. Kunjungan itu sebagai bentuk dukungan pemerintah RI kepada kabupaten Jember dalam menuntaskan persoalan Tuna Aksara yang pada tahun 2015 masih tertinggi di Indonesia.


    SIWI SANG

    parade poto EGRANG Tanoker









































    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara