Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Thursday, March 3, 2016

    Tulungagung Rally History 2016 di Situs Goa Pasir


    Tulungagung memiliki salah satu situs yang sangat penting bagi kekayaan sejarah lokal maupun nasional bernama situs Goa Pasir. Secara administratif situs Goa Pasir terletak di desa Junjung kecamatan Sumbergempol dan secara geografis berada di lereng utara pegunungan kapur atau pegunungan Kendeng Tulungagung selatan. Pada Ahad kemarin, 28/2, situs Goa Pasir menyedot perhatian masarakat pecinta sejarah dan kalangan sekolah di Tulungagung karena menjadi tempat berlangsungnya puncak Tulungagung Rally History 2016 yang diikuti 20 SMA/SMK negeri dan swasta di Tulungagung.
     

    Dra. Tety Roosliana, M.Pd, ketua penyelenggara sekaligus ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA/SMK Tulungagung dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan itu sudah terselenggara sejak 4 Pebruari, 19 Pebruari, dan tanggal 28 Pebruari merupakan puncak dari rangkaian Tulungagung Rally History 2016. Sebagai penyelenggara adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung bekerjasama dengan MGMP Sejarah SMA/SMK  Tulungagung.

    Tulungagung Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.

    Tulungagung Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.

    Tulungagung Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung. 

    http://www.kompasiana.com/siwisang/tulungagung-rally-history-2016-pembelajaran-sejarah-lokal-on-the-spot-pertama-di-indonesia_56d6d0c1957a61e5160a9414

    Tulungagung Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.

    Acara utama dalam Tulungagung Rally History 2016 di situs Goa Pasir adalah Grand Final Cerdas Cermat Sejarah Lokal dan Apresiasi Seni sebagai bentuk apresiasi terhadap sejarah lokal Tulungagung. Tujuan dihelatnya dua acara itu menurut Tety Roosliana supaya masyarakat Tulungagung dan terutama anak-anak sekolah dapat lebih memahami dan merasa peduli dengan sejarah lokal milik sendiri dalam upaya menumbuhkan rasa cinta nasionalisme.

    Tulungagung Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung. 

    Selain Grand Final Cerdas Cermat dan Apresiasi Seni, Tulungagung Rally History 2016 juga terdapat stan pameran antaranya BPCB Jawa Timur yang diwakili Museum Majapahit, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung yang punya kepedulian dalam penulisan sejarah lokal Tulungagung, Komunitas Tulungagung, Komunitas Backpaker Tulungagung, Komunitas Peduli Peninggalan Sejarah Kediri dan Majapahit di Tulungagung, MGMP Sejarah SMA/SMK Tulungagung.

    Tulungagung Rally History 2016 yang baru pertama dihelat di Tulungagung bahkan secara nasional, dibuka oleh kepala Dinas P&K Tulungagung yang diwakili Kabid Dikdasmen, Heru Mudjiono, S.Pd, M.Pd.

    Hadir dalam pembukaan antaranya Saefudin Zuhri kepala Bidang PAUDNI Dinas P&K Tulungagung, Drs. Haryadi pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Dwi Cahyono arkeolog Universitas Negeri Malang, para kepala sekolah SMA/SMK, kepala UPT kecamatan Sumbergempol, seniman dan budayawan Tulungagung, komunitas sejarah, komunitas wisata seperti Komunitas Honda Antik Tulungagung (HANTU) dan KARTINI Riders, juga 5 anggota Dewan Juri yaitu Budi Harsono kepala SMP 1 Rejotangan, Siwi Sang penulis sejarah, Bimo Wijayanto pakar tari Tulungagung, dan Trias Untung Kurniawan seniman teater ISI Yogyakarta.

    Tidak ketinggalan hadir memeriahkan Tulungagung Rally History 2016 tentu saja para siswa sekolah di wilayah Sumbergempol mulai dari SD sampai SMA, berduyun duyun gembira bersama para pengunjung pecinta sejarah baik dari dalam dan luar Tulungagung.

    Dalam sambutannya, Heru Mudjiono menyampaikan, Tulungagung Rally History tidak berhenti di situs Goa Pasir saja. Rencananya, para peserta yang masuk Grand Final Cerdas Cermat akan mendapat diklat khusus dari panitia, baik dari Museum Wajakensis Tulungagung, BPCB Jawa Timur, maupun komunitas yang ada. Pada saat tertentu mereka dapat sebagai pemandu yang memiliki kecakapan bidang sejarah lokal Tulungagung. “Kita nanti punya Satgas tentang sejarah lokal Tulungagung,” ungkap Heru Mudjiono.

    Sebelum mengakhiri sambutan, Heru Mudjiono menyampaikan, kalau kita ingin mencintai bangsa kita sendiri, awalnya kenali, cintailah budaya dan sejarah sendiri. Berawal dari itu, kita akan mencintai bangsa dan negara ini.

    Orasi Sejarah dan Budaya Tulungagung oleh Arkeolog Dwi Cahyono

    Setelah Tulungagung Rally History 2016 resmi dibuka, giliran Dwi Cahyono arkeolog nasional dari Universitas Negeri Malang naik panggung menampilkan orasi Sejarah dan Budaya. Arkeolog kelahiran Tulungagung itu sangat mengapresiasi kegiatan yang menurutnya sebagai kegiatan “nyeleneh” yang istilah asingnya “unique” dalam arti berbeda dari biasanya.

    Dalam orasinya, Dwi Cahyono juga menyampaikan bahwa kegiatan Grand Final Cerdas Cermat tema sejarah lokal Tulungagung sangat tepat dihelat di situs Goa Pasir dengan alasan latar belakang sejarah situs ini yang pada jaman dulu berfungsi sebagai Kadewagurwan atau tempat pembelajaran.

    Lebih lanjut Dwi Cahyono menyampaikan bahwa Goa Pasir merupakan salah satu situs dari sejumlah besar situs di Kabupaten Tulungagung yang menarik untuk dicermati. Dia menyampaikan itu dengan alasan bahwa dari berbagai wilayah seluruh penjuru Tulungagung, wilayah Tulungagung selatan merupakan sub area Tulungagung yang memiliki perjalanan sejarah panjang, jejak sejarah dan arkeologi yang sangat beragam mulai sejak jaman prasejarah dengan temuan 4 fosil Homo Wajakensis di distrik Wajak sampai masa perkembangan Hindu dan Boddha paling awal jaman kerajaan Kediri hingga Majapahit.

    Tulungagung selatan tepatnya di utara pegunungan kapur selatan, secara berderet dijumpai ada tinggalan arkeologis dan yang sangat menarik terdapat 4 Goa pertapaan. Jika merunut dari barat menuju timur, setidak tidaknya terdapat 4 Goa pertapaan, yaitu mulai dari Goa Tritis di gunung Budheg, kemudian ke arah timur terdapat Goa Selomangleng, lalu Goa Banyu Urip yang ada di sebelah barat situs Goa Pasir, dan yang keempat adalah Goa Pasir.

    Adanya temuan peninggalan arkeologi berupa 4 Goa yang berfungsi sebagai tempat pertapaan memberikan petunjuk bahwa wilayah Tulungagung selatan di lereng utara pegunungan kapur selatan, merupakan komplek Goa pertapaan yang satu diantaranya adalah Goa Pasir. Banyaknya peninggalan sejarah dan arkeologi berupa Goa Pertapaan di wilayah Tulungagung selatan seperti situs Goa Pasir, menurutnya, sangat terkait dengan adanya kegiatan keagamaan sekaligus pembelajaran. Arkeolog ini meyakini sangat mungkin masih ada goa pertapaan lain, karena riset atau penelitian mengenai goa pertapaan di Tulungagung selatan belum selesai. Ia sangat berharap ada temuan baru di Tulungagung selatan.

    Goa Pasir merupakan situs pembelajaran yang pada masa lalu disebut sebagai Mandala Kadewagurwan, yaitu suatu lingkungan yang digunakan untuk tempat pembelajaran. Kata Gurwan berasal dari kata “guru” dan “an” yang artinya berguru. Tempat ini juga disebut sebagai suatu karesyan dimana para resi berada di areal ini untuk memberikan pembelajaran kerohanian. Dengan demikian, menurut Dwi Cahyono, kegiatan pembelajaran sejarah lokal di situs Goa Pasir terbilang sangat tepat. Hal itu berdasarkan latar belakang sejarah keberadaan situs Goa Pasir yang sejak awal dikenal sebagai tempat pembelajaran atau pusat pendidikan pada masa lalu.

    Sosok enerjik yang oleh Heru Mudjiono dikelakari sebagai anggota PLO alias Pasukan Lali Omah, saking sukanya blusukan, mengadakan penelitian sejarah dan arkeologi di berbagai tempat itu juga menyampaikan, bahwa dengan melakukan pembelajaran di situs sejarah Goa Pasir, memberikan petunjuk bahwa tempat belajar tidak semata mata berupa ruang kelas atau sekolah, tetapi ada tempat pembelajaran out of school, yaitu tempat pembelajaran on the spot.

    “Pembelajaran sejarah secara on the spot antara lain pembelajaran di situs sejarah. Bagaimanapun, situs sejarah merupakan sumber untuk belajar,”  tegas Dwi Cahyono.

    Grand Final Cerdas Cermat Tema Sejarah Lokal Tulungagung

    Grand Final cerdas Cermat dengan tema sejarah lokal Tulungagung diikuti 6 peserta yaitu Amalia dari SMAN 1 Kauman, Mohammad Firnanda dari SMAN 1 Kauman, Toni dari SMAN 1 Kedungwaru, Rian dari SMAN 1 Kauman, Siti.F dari SMKN 1 Boyolangu, dan Affiano dari SMAN 1 Boyolangu.

    Juri Grand Final Cerdas cermat adalah Budi Harsono kepala sekolah SMPN 2 Rejotangan dan Siwi Sang penulis sejarah Girindra Pararaja Tumapel Majapahit dan salah satu penulis buku Sejarah dan Budaya Desa Panjerejo, Rejotangan, Tulungagung.

    Selain itu terdapat tiga juri kehormatan yang tampil masing masing memberikan pertanyaan kepada dua peserta, yaitu Haryadi pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Heru Mudjiono Kadikdasmen Dinas P&K Tulungagung, dan Dwi Cahyono arkeolog nasional dari Universitas negeri Malang.

    Setelah menyelesaikan tiga putaran, tampil sebagai juara I adalah Rian, juara II diraih dengan perjuangan keras oleh Toni yang harus mengikuti satu sesi tambahan karena memiliki nilai sama dengan Amalia yang ahirnya meraih juara III.

    Perebutan juara II dan III antara Toni dan Amalia terbilang cukup menarik dan menegangkan terutama dua peserta itu dan para pendukung masing masing. Sesuai aturan lomba, jika ada beberapa peserta yang memiliki nilai sama setelah berahir putaran ketiga atau setelah selesai sesi pertanyaan dari tiga juri kehormatan, maka akan dilakukan sesi pertanyaan tambahan yang diberikan Dewan Juri.

    Siwi Sang mewakili Dewan Juri berkesempatan memberikan pertanyaan seputar sejarah Rajapatni dyah Gayatri, yang setelah putri sulungnya naik tahta sebagai ratu Majapahit, tokoh ini meninggalkan keraton berdiam di Mandala Goa Pasir hingga wafat didharmakan di Boyolangu Tulungagung.

    “Toni dan Amalia tentunya sudah banyak membaca sejarah Rajapatni dyah Gayatri, salah seorang permaisuri pendiri Majapahit Raden Wijaya, yang setelah wafat didarmakan atau dicandikan di Boyolangu Tulungagung. Rajapatni dyah Gayatri merupakan tokoh sejarah Majapahit yang memiliki hubungan sangat erat dengan sejarah lokal Tulungagung. Oleh karena itu kesejarahannya juga harus diketahui masarakat Tulungagung. Pertanyaannya, siapa keturunan dari pasangan Raden Wijaya dan Rajapatni dyah Gayatri?” tanya Siwi Sang kepada dua peserta yang siap berebut juara II dan III.

    Toni yang lebih cepat mengangkat tangan berkesempatan menjawab lebih dulu. Dia menjelaskan kesejarahan Rajapatni dyah gayatri secara baik. Toni menjawan keturunan Rajapatni dyah Gayatri adalah ratu Majapahit Tribhuwanatunggadewi. Karena jawaban belum lengkap, Amalia berkesempatan menyampaikan jawaban. Tetapi jawaban dari Amalia sama dengan yang dipaparkan oleh Toni.

    Sementara berdasarkan catatan sejarah, Rajapatni dyah gayatri dari perkawinannya dengan Raden Wijaya memiliki dua orang putri, yang sulung adalah ratu Majapahit Tribhuwanatunggadewi dyah Gitarja, dan yang bungsu adalah Rajadewi dyah Wiyat ratu Daha Kediri.

    Keputusan Dewan Juri ahirnya memilih Toni tampil sebagai juara II dan Amalia harus puas juara III. Juara harapan I, harapan II, dan harapan III, berturut diraih Siti, Affianto, dan Mohammad Firnanda.

    Apresiasi Seni Tema Sejarah Lokal Tulungagung

    Selesai Grand Final Cerdas cermat, acara selanjutnya dalam Tulungagung Rally History 2016 di situs Goa Pasir adalah Apresiasi Seni tema sejarah lokal Tulungagung berupa musikalisasi puisi, teater, sendratari, dan bentuk seni kolaborasi lain. Acara ini diikuti 14 peserta yaitu SMA PGRI 1 Tulungagung, SMAN 1 Gondang, SMAN 1 Tulungagung, SMAN 1 Kedungwaru, SMAN 1 Ngunut, SMKN 1 Boyolangu, SMKN 3 Boyolangu, SMAN 1 Kauman, SMKN 2 Boyolangu, SMAN 1 Campurdarat, SMAN 1 Kalidawir, SMAN 1 Rejotangan, SMKN 1 Tulungagung, dan SMAN 1 Boyolangu.

    Dewan Juri ada tiga yaitu Trias Untung Kurniawan seniman teater dari ISI Yogyakarta kelahiran Tulungagung, Bimo Wijayanto pakar tari dari Tulungagung, dan Siwi Sang. Para Juri memberikan penilaian mulai dari kesesuaian tema lomba, teknik, totalitas penampilan, dan durasi waktu yang ditentukan 7-10 menit.

    Sebagian banyak peserta menampilkan pertunjukkan seni yang mengadopsi dari kisah legenda yang ada di buku Babad Tulungagung yaitu kisah seputar Adipati Kalang, Roro kembangsore, dan legenda Gunung Budheg. Sebagian lagi menampilkan pertunjukkan yang berlatar sejarah lokal Tulungagung seperti sejarah terowongan Niyama jaman pendudukan Jepang, sejarah Homo Wajakensis, juga kisah sejarah seputar konflik kekuasaan antara Nila Suwarna dengan Ki Sengguruh dan kisah Jaka Kandung, suatu fragmen sejarah lokal Tulungagung yang berhubungan dengan sejarah lokal Blitar, Kediri, dan Malang.

    Dewan Juri ahirnya memutuskan 3 juara lomba Apreiasi Seni Tulungagung Rally History 2016 yaitu juara I diraih SMAN 1 Kalidawir yang menampilkan sendratari berlatar fragmen Nila Suwarna dan Jaka Kandung, juara II diraih SMAN 1 Kedungwaru yang menampilkan sendratari semi kolosal berjudul Peduting Asmara mengadopsi kisah dari Babad Tulungagung, dan juara III diraih SMAN 1 Campurdarat yang menampilkan musikalisasi puisi iringan musik rebana berjudul DIASPORA WAJAKENSIS suatu sajak kritis tentang keberadaan Homo Wajakensis.

    Bimo Wijayanto menyampaikan, sebagian banyak peserta lomba Apresiasi Seni di ajang Tulungagung Rally History 2016 terlihat bersungguh sungguh dan semangat dalam menampilkan pertunjukkan. Sedang soal tema sejarah, sebagian ada yang sudah kental, tapi masih banyak yang semu saja. Untuk teknis secara pertunjukkan, menurut Bimo, lebih dimaksimalkan lagi seperti penataan gerak tari, music, dan busana.

    Bino Wijayanto juga menyampaikan, melalui seni, mereka dapat belajar sejarah secara gembira. Dengan berkesenian, anak anak sekolah lebih santai dan lebih mudah belajar sejarah lokal. Bimo berharap kegiatan ini harus berlanjut dan dapat lebih ditingkatkan lagi.

    Tjut Zakiyah Anshari pengasuh Sanggar kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung menyampaikan, perlu lebih banyak upaya penulisan atau pendokumentasian dalam bentuk tulisan terkait kesejarahan lokal Tulungagung supaya terutama kalangan sekolah di Tulungagung memiliki banyak reverensi sejarah lokal. Sudah saatnya anak anak sekolah belajar memahami mana kisah cerita yang tergolong legenda semata dan mana yang mengandung nilai sejarah berdasar sumber yang ada. “Ini menjadi tugas kita semua terutama para penulis Tulungagung yang punya minat pada sejarah untuk giat menulis tentang sejarah lokal Tulungagung,” katanya.

    Trias Untung Kurniawan menyampaikan, kekayaan sejarah lokal Tulungagung sangat bagus jika diungah dalam berbagai bentuk karya seni seperti puisi, teater, atau sendratari. Selain sebagai wahana belajar sejarah, juga untuk menumbuhkan kreatifitas terutama di kalangan anak sekolah di Tulungagung. Hanya yang perlu diperhatikan, menurut Trias, adalah soal konsep pertunjukkan yang harus digondeli betul betul.

    Supriyadi mantan ketua MGMP Sejarah SMA/SMK Tulungagung menyampaikan gembira karena rangkaian Tulungagung Rally History 2016 berjalan lancar mendapat dukungan berbagai komunitas. “Jika terus mendapat dukungan berbagai pihak, terutama dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung, InsyaAlloh kami bersama teman teman MGMP Sejarah akan siap melakukan kegiatan seperti ini,” ungkap kepala sekolah SMA PGRI 1 Tulungagung itu.

    Tulungagung Rally History 2016 yang dimulai sejak pagi dengan penampilan karawitan dari SMAN 1 Pagerwojo berakhir tepat jam 14.00 setelah pertunjukan barongsai dari Klenteng Tulungagung.

    Tomy Wangsit sebagai MC cukup berhasil mengantar kegiatan kesejarahan lokal Tulungagung ini sampai ahir. Dia juga tidak bosan menyampaikan kepada para pengunjung jangan membuang sampah sembarangan supaya area situs Goa Pasir senantiasa bersih, sehat, dan indah.

    SIWI SANG
    lihat juga di: 






    Tulungagung Rally History 2016
    Tulungagung Rally History 2016
    Tulungagung Rally History 2016
    Tulungagung Rally History 2016

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir
    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir
    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir
    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir

    Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir
    Goa Pasir Tulungagung

    Goa Pasir Tulungagung

    Goa Pasir Tulungagung

    Goa Pasir Tulungagung

    Goa Pasir Tulungagung


    Goa Pasir Tulungagung

    Goa Pasir Tulungagung




    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara