Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Tuesday, September 29, 2015

    Tafsir Baru Sejarah Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja dan Sri Suhita



    SELAMA INI sebagian banyak ahli sejarah berpendapat bahwa yang menjadi raja Majapahit pada tahun 1429M adalah Sri Suhita, suami Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja. Banyak ahli sejarah juga menafsir bahwa Sri Suhita naik menjadi maharani Majapahit menggantikan Sri Wikramawardhana. Menurut pendapat penulis, ternyata tidak demikian.



    Berdasarkan data berita Serat Pararaton, penulis punya pendapat baru bahwa yang bertahta di keraton Majapahit pada tahun 1429M adalah suami Sri Suhita yaitu tokoh yang dikenal sebagai Batara Parameswara Aji Ratnapangkaja.

    Berikut penelusuran berdasarkan berita Serat Pararaton, terutama yang berkaitan dengan keberadaan Sri Wikramawardhana dan keluarganya paska Paregreg Agung 1406M.

    Serat Pararaton menulis:

    "Bhra Hyang Wisesa sira bhagawan i caka netra paksa agni sitangsu, 1322c."

    Terjemahannya:

    "Baginda Hyang Wisesa menjadi bhagawan atau pendeta pada tahun saka 1322 atau 1400M."

    Tokoh yang bergelar Bhra Hyang Wisesa adalah Sri Wikramawardhana, maharaja Majapahit yang menggantikan Sri Maharaja Hayam Wuruk pada 1389M. Diperkirakan Sri Wikramawardhana meninggalkan keraton Trowulan menuju selatan sungai Brantas, bertapa di Goa Pasir atau Pacira, daerah Junjung, Tulungagung. Tahta kemudian diserahkan kepada Kusumawardhani, Sang Permaisuri.

    Naiknya Kusumawardhani sebagai maharani Majapahit termuat atau diberitakan Serat Pararaton.

    Serat Pararaton selanjutnya menulis:

    "Bhatarestri prabhu. Brhe Lasem mokta ring Kawidyadharen, dhinarmeng Pabangan dharmabhiseka ring Laksipura. Bhre Kahuripan mokta. Brhe Lasem sang alemu mokta. Bhre Pandansalas mokta, dhinarmeng Jinggan, dharmabhiseka ring cri wisnupura".

    Terjemahannya:

    "Bhatarestri atau sang permaisuri menjadi prabhu atau maharani. Bhre Lasem wafat di Kawidadyaren dan didarmakan di Pabangan dengan candi pendarmaan bernama Laksmipura. Bhre Kahuripan wafat. Bhre Lasem Sang Alemu wafat. Bhre Pandansalas wafat dan didarmakan di Jinggan dengan candi pendarmaan bernama Sri Wisnupura."

    Jadi setelah Sri Wikramawardhana meninggalkan keraton pada tahun 1400M, Kusumawardhani naik menjadi Prabhu putri atau raja putri atau maharani. ternyata Kusumawardhani belum wafat pada tahun antara 1400M sampai 1401M.

    Yang wafat antara tahun 1400M-1401M adalah Bhre Kahuripan Surawardhani, permaisuri Ranamanggala, Bhre Lasem Sang Alemu Nagarawardhani permaisuri Bhre Wirabhumi II Aji Rajanata, dan Bhre Pandansalas I Ranamanggala atau Raden Sumirat, putra sulung Raden Sotor.

    Kusumawardhani wafat pada tahun saka 1351 atau 1429M. Wafatnya maharani Kusumawardhani termuat atau diberitakan Serat Pararaton pada bagian lain.

    Serat Pararaton menulis:

    "Bhre Wengker mokta dhinarmeng Sumengka. Bhra Hyang Wisesa mokta dhinarmeng ring Lalangon, bhisekaning dharma ring Paramawisesapura. Bhra prabhu stri mokta i caka rupa nila agni sitangsu, 1351c".

    Terjemahannya:

    "Bhre Wengker wafat dan didarmakan di Sumengka. Bhra Hyang Wisesa wafat dan didarmakan di Lalangon dengan candi pendarmaan bernama Paramawisesapura. Bhra Prabhu Stri wafat pada tahun saka 1351/1429M.

    Pada berita di atas, yang wafat antara 1427-1429M adalah Bhre Wengker II putra Bhre Tumapel II. Bhre Wengker II ini termasuk cucu Wikramawardhana.

    Kemudian yang mokta atau wafat dan didarmakan di Lalangon adalah Wikramawardhana. Sri Wikramawardhana didarmakan di Lalangon atau Boyolangu Tulungagung.

    Sementara Bhra Prabhu Stri alias Maharani Kusumawardhani, wafat pada 1429M.

    Bhre Wengker II adalah putra sulung Bhre Tumapel II dari permaisuri Ratu Lasem IV. Masih cucu Sri Wikramawardhana karena Bhre Tumapel II adalah kakak kandung Sri Suhita.

    Bhre Tumapel II yang ketika itu menjadi putra mahkota Majapahit juga sudah wafat. Ini dapat ditelisik dari pemberitaan bahwa sebelum memberitakan wafatnya Brhe Wengker, Serat Pararaton menulis:

    "Bhre Tumapel mokta i caka sanga yuga kaya wong, 1349c/ 1427M, dhinarmeng Lokerep, dharmabhiseka ring Amarasabha."

    Jadi Bhre Tumapel II, putra kedua pasangan Sri Wikramawardhana dan Kusumawardhani wafat pada tahun 1427  dan didarmakan di Lokerep dengan candi pendarmaan bernama Amarasabha. Ini sangat mungkin wafatnya Bhre Tumapel II berbarengan atau terjadi dalam tahun yang sama dengan wafatnya Bhre Wengker II.

    Setelah Putra Mahkota Majapahit wafat, disusul wafat Sri Wikramawardhana dan Maharani Kusumawardhani, lalu siapa yang pada 1429M naik menjadi raja Majapahit?

    Sekali lagi selama ini sebagian banyak ahli sejarah menyebut bahwa yang menjadi raja Majapahit pada tahun 1429M adalah Sri Suhita, suami Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja. Banyak ahli sejarah juga menafsirkan bahwa Sri Suhita naik menjadi maharani Majapahit menggantikan Sri Wikramawardhana.

    Menurut pendapat penulis, ternyata tidak demikian. Berdasarkan data berita Serat Pararaton, penulis punya pendapat baru bahwa yang bertahta di keraton Majapahit pada tahun 1429M adalah suami Sri Suhita yaitu tokoh yang dikenal sebagai Batara Parameswara Aji Ratnapangkaja.

    Sementara itu meski bersetatus sebagai putri mahkota majapahit atau penerus sah tahta Sri Wikramawardhana, Sri Suhita tetap bersetatus sebagai Bhre Daha atau ratu Daha. Sri Suhita menjadi ratu Daha V mengganti kedudukan ratu Daha IV Indudewi yang wafat tahun 1415M.

    Karena akan berkaitan, sekilas penulis paparkan daftar pararaja atau ratu yang menjadi Bhre Daha sebelum Sri Suhita. Bhre Daha I adalah permaisuri raden Wijaya yaitu Prameswari Mahadewi narendraduhita, bersemayam di keraton Daha  hanya setahun yaitu antara tahun 1294M-1295M. Kemudian Jayanegara menjadi Bhre Daha II antara tahun 1295M-1309M. Setelah Jayanegara naik sebagai maharaja Majapahit, keraton Daha ditempati rajadewi Maharajasa Dyah Wiyat sebagai Bhre Daha III antara tahun 1309M-1375M. Kemudian yang menjadi Brhe Daha IV adalah putri kandung Dyah Wiyat yaitu Indudewi. Sebelumnya Indudewi menjadi Bhre Lasem I. Indudewi menjadi Bhre Daha IV antara tahun 1375M-1415M. Setelah Indudewi wafat, keraton Daha ditempati Sri Suhita. Pada tahun 1429M, Sri Suhita masih sebagai Bhre Daha.

    Kembali ke Aji Ratnapangkaja. Berdasarkan berita Serat Pararaton, tokoh ini adalah Bhre Kahuripan yang dalam Paregreg Agung 1406M menjadi panglima perang Kedaton barat Trowulan dan berhasil menghancurkan pusat Kedaton Wetan di Wirabhumi. Sebelum menjadi maharaja Majapahit, Aji Ratnapangkaja menjadi raja di keraton Kahuripan. Belum teridentifikasi siapa yang kemudian menjadi Bhre Kahuripan menggantikan Aji Ratnapangkaja. Kemungkinan besar pada tahun 1429M, Kahuripan tidak memiliki raja.
     

    Jadi SIWI SANG berpendapat bahwa Batara Parameswara Aji Ratnapangkaja naik sebagai maharaja Majapahit mengganti Maharani Kusumawardhani.  Putra sulung pasangan Ranamanggala dan Surawardhani ini bertahta mulai 1429M-1437M.

    Berita Serat Pararaton yang menulis kata 'Aji' di depan nama Ratnapangkaja menguatkan teori bahwa suami Sri Suhita pernah menjadi maharaja Majapahit. Aji atau Haji disini lebih bermakna raja di istana Majapahit, bukan raja di keraton bawahan.

    Berdasarkan pembacaan berita Serat Pararaton, kiranya pada tahun 1437M, Aji Ratnapangkaja terpaksa menyerahkan tampuk pemerintahan kepada sang permaisuri, Ratu Daha V Sri Suhita. Analisa sejarahnya lebih lengkap termuat dalam buku GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang terbitan 30 Desember 2013.

    Penafsiran bahwa Sri Suhita baru naik tahta di istana Majapahit pada tahun 1437M didukung data berita Serat Pararaton yang menulis ada seorang tokoh bersebut Bhre Daha naik tahta Majapahit.

    Serat Pararaton menulis:

    "Bhre Daha duk anjeneng ratu i caka manawa panca agni wulan, 1359c/1437M."

    Terjemahannya:

    "Bhre Daha ketika naik tahta sebagai ratu atau maharani Majapahit pada tahun saka 1359 atau 1437M."

    Sebagaimana paparan di atas bahwa Sri Suhita mulai menjadi Bhre Daha V pada tahun 1415M menggantikan Indudewi. tahun 1429M Sri Suhita masih sebagai Bhre Daha V. Dan tahun 1437M berdasarkan berita Serat Pararaton, tokoh yang menjadi Bhre Daha naik menjadi seorang ratu Majapahit. Bhre Daha yang dimaksud Serat Pararaton adalah Bhre Daha V Sri Suhita.

    Patut diketahui bahwa berita Kusumawardhani dan Sri Suhita sebagai maharani Majapahit hanya termuat dalam Serat Pararaton. Seumpama belum ada sumber sejarah lain, maka yang paling pantas dipercaya sebagai sumber sejarah naiknya Kusumawardhani dan Sri Suhita sebagai Maharani Majapahit adalah berdasar Serat Pararaton.

    Ketika Sri Suhita menjadi maharani Majapahit, suaminya atau Batara Parameswara Aji Ratnapangkaja sangat mungkin kembali bersetatus sebagai Bhre Kahuripan VII sampai wafat tahun 1446M.

    Berdasarkan prasasti Waringin Pitu 1447M, maharaja Majapahit adalah Wijaya Parakrama Dyah Kertawijaya. Serat Pararaton juga menulis setelah Sri Suhita wafat, selanjutnya yang bertahta di Majapahit adalah Kertawijaya. Dengan demikian disimpulkan maharani Sri Suhita menjadi maharani Majapahit selama 10 tahun atau antara 1437M-1447M.

    ============
    SIWI SANG

    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara