Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Tuesday, September 29, 2015

    Sejarah Lokal Hadapi Arus Global




    Sejarah merupakan wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Banyak negara di dunia ini yang menempatkan sejarah sebagai unsur penting pendidikan kebangsaannya. Itu berpangkal dari keyakinan bahwa sejarah berpotensi mengembangkan sifat dan karakter generasi muda suatu bangsa.

     
    poto peninggalan relief di situs goa Pasir Tulungagung



    Memandang betapa sejarah memiliki peran sangat setrategis dalam pengembangan jiwa dan karakter bangsa serta dalam rangka menggali potensi sumber sumber sejarah yang ada di tiap kabupaten atau kota di Jawatimur, juga  sebagai upaya melestarikan dan melindungi sejarah lokal, Biro Administrasi Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Jawatimur telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pengembangan Nilai Sejarah Lokal Untuk Memperkuat Identitas Jawatimur, bertempat di hotel Royal Trawas Mojokerto, 20-22 Agustus silam.



    Peserta Rakor berasal dari perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata se Jawatimur, Instansi Pemerintah, Bakorwil, Akademisi, sejarawan, Budayawan, serta beberapa penulis sejarah.



    Narasumber sebanyak 5 orang, yaitu Endang Prasanti Kabid Sejarah Museum dan Purbakala Dinas Pariwisata Jawatimur, Aminuddin Kasdi Gurubesar sejarah UNESA, budayawan Jawatimur Aman Sugandhi, penulis sejarah Agus Sunyoto, dan Ayu Sutarto Gurubesar Universitas Negeri Jember.  Acara yang berlangsung dua hari itu dibuka oleh Asyhar, Asisten Kesejahteraan Masyarakat propinsi Jawatimur.



    Sejarah merupakan wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Banyak negara di dunia ini yang menempatkan sejarah sebagai unsur penting pendidikan kebangsaannya. Itu berpangkal dari keyakinan bahwa sejarah berpotensi mengembangkan sifat dan karakter generasi muda suatu bangsa.



    Memandang betapa sejarah memiliki peran sangat setrategis dalam pengembangan jiwa dan karakter bangsa serta dalam rangka menggali potensi sumber sumber sejarah yang ada di tiap kabupaten atau kota di Jawatimur, juga  sebagai upaya melestarikan dan melindungi sejarah lokal, Biro Administrasi Kemasyarakatan Sekretariat Daerah Jawatimur telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pengembangan Nilai Sejarah Lokal Untuk Memperkuat Identitas Jawatimur, bertempat di hotel Royal Trawas Mojokerto, 20-22 Agustus silam.



    Peserta Rakor berasal dari perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata se Jawatimur, Instansi Pemerintah, Bakorwil, Akademisi, sejarawan, Budayawan, serta beberapa penulis sejarah.



    Narasumber sebanyak 5 orang, yaitu Endang Prasanti Kabid Sejarah Museum dan Purbakala Dinas Pariwisata Jawatimur, Aminuddin Kasdi Gurubesar sejarah UNESA, budayawan Jawatimur Aman Sugandhi, penulis sejarah Agus Sunyoto, dan Ayu Sutarto Gurubesar Universitas Negeri Jember.  Acara yang berlangsung dua hari itu dibuka oleh Asyhar, Asisten Kesejahteraan Masyarakat propinsi Jawatimur.



    Ketika menyampaikan sambutan, Asyhar menekankan pentingnya memelihara kebudayaan dan sejarah lokal dalam suasana arus globalisasi yang tidak dapat terbendung lagi, terutama yang selama ini banyak menggempur media elektronika. Ia melihat dalam suasana yang sangat liberalistik selama ini sering kebablasan.



    "Sering ada guyonan bahwa liberalistik itu diikuti semboyan 'Wanipiro'. Padahal liberalistik memiliki nilai yang berkaitan dengan kebaikan dan kebenaran, bukannya 'berani berapa' alias 'wanipiro'," kata Asyhar.



    Selama ini banyak yang berpikir bahwa negara negara maju memiliki kompetensi dan skil yang sangat luarbiasa. Padahal tidak. Menurut Asyhar, negara negara maju memiliki kompetensi dan skil sebanding dengan karakter yang ada.



    "Karenanya, liberalistik yang tidak mungkin kita bendung harus diimbangi dengan penguatan karakter kebudayaan yang bukan sekadar pada tataran 'Wanipiro," kata Asyhar.



    Ia kemudian menyontohkan ada negeri yang moderen atau maju tetapi masih kuat menjaga adat tradisi bangsanya, yaitu Jepang.



    "Tentunya," kata Asyhar, " kita punya keinginan seperti Jepang.  Kita dapat mengangkat kembali misalnya cerita kedigdayaan Gajahmada kepada anak anak muda melalui berbagai media seperti televisi. Jangan cuma selalu mengenalkan tokoh Rambo yang sangat luar biasa itu. Ini tantangan besar terutama kepada para pemerhati dan para pelaku budaya dan tentunya ada kewajiban dan peran serta para tokoh masyarakat untuk mendorong media elektronik menghadirkan tayangan seimbang antara muatan asing dan lokal."



    Selama ini, menurut Asyhar, masyarakat banyak keliru ketika memaknai hidup moderen dalam satu pemahaman Westernisasi kebarat baratan. "Itu kesalahan cara berpikir," tegas Asyhar,



    "Bahwa budaya tradisional dianggap moderen jika mengandung nilai nilai rasional dan karakter luhur. Kita harus menerima perubahan jaman, tapi jangan melupakan sejarah dan kearifan bangsa."



    Sementara itu terkait rapuhnya minat generasi muda mencintai sejarah, di hadapan para peserta Rakor, Endang Prasanti yang menjadi narasumber pertama menyampaikan bahwa kenyataan itu bukan kesalahan mereka, melainkan lebih banyak kesalahan para orang tua.



    "Sembilanpuluh persen kesalahan generasi tua yang tidak telaten mengenalkan kepada anak anaknya untuk selalu belajar dari sejarahnya sendiri," tegas Endang Prasanti.



    Karenanya, menurut Endang, menjadi tugas besar bagi para orang tua, para pelaku kesenian budaya, juga para penulis sejarah untuk lebih gigih mendekatkan sejarah kepada generasi muda supaya mereka tidak terjebak dan terseret arus globalisasi yang semakin tak terkendali.



    Atasnama pemerintah Jawatimur, Endang Prasanti mengajak kepada semua pihak untuk memajukan dan mengembangkan potensi sejarah dan kearifan lokal di daerahnya masing masing.



    SIWI SANG

    SUMBER TULISAN:



    No comments:

    Post a Comment

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara