Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Saturday, May 13, 2017

    Mengunjungi Sang Mantan Sekolah Dasar SDN 4 Kebanaran Mandiraja Banjarnegara

    AKU mulai masuk Sekolah Dasar ini tanggal 16/7/1984. SDN 4 Kebanaran kecamatan Mandiraja kabupaten Banjarnegara. Aku masuk kelas dua. Pindahan dari #SDN1Glempang. Keluar tamat bulan Juni 1989. 

    Aku pindah ke sini bersama dua kakakku karena ayah jadi kepala sekolah di sini. Mulai kelas dua sampai tamat aku selalu rengking satu. Kelas dua aku sudah juara satu menghapal UUD 1945 dan sampai sekarang aku masih hapal.

    Meski punya ayah kepala sekolah, aku miskin uang saku. Kerap aku harus cari uang saku sendiri untuk sekadar jajan es lilin atau sempeleo satu biji 10 perak.

    Tiap jelang panen, tiap pagi aku harus mampir ke sawah bengkok carik kakek di tepi jalan menuju sekolah, lalu sibuk mengusiri burung, menggoyang goyang tambang atau memukul mukul kentongan bambu. Ada burung tidak ada burung, aku selalu menyibukkan diri seperti itu di sawah kakek. Aku tau kakek selalu membawa receh uang di kantong baju. Itu untuk persediaan kalo kalo ketemu para cucu. Tapi aku harus bekerja untuk meraih receh kakek. Aku belum berhenti sebelum kakek menghampiri dan menyodorkan keping uang seratusan logam gambar gunung. Itu uang sangu yang lebih dari cukup untuk bekal sekolah. Kalo kakek belum juga menghampiri sementara aku harus segera ke sekolah, selalu aku yang terpaksa datang ke hadapan kakek dan kakek selalu tau gerik cucu yang sedang miskin sangu.

    Di sekolah, saat jam istirahat, teman temanku selalu berebutan mengajakku ke rumahnya untuk makan #cimplungan atau ketela direbus dalam indelan wajan pembuatan gula jawa. Semua temanku di rumah punya cimplungan. Dan aku harus berbagi jadwal kunjungan.

    Kenangan lain yang sampai sekarang masih melekat bagai kena pulut dalam ingatanku adalah saat kami anak anak sekolah pesta main bola di jalan depan sekolah.

    Dulu, saat aku masuk, jalan depan sekolah ini adalah jalan kebo. Becek lumpur dan kotoran kebo atau tlepong. Kami main bola di sepanjang jalan becek yang di tepinya penuh tlepong dan lumpur. gawang di ujung jalan. Tentu saja bola kerap berhenti di atas gundukan tlepong. Dan teman teman tidak peduli.

    DUK!

    Kami  berebut menendang bola yang berlumur kotoran kebo. Kerap aku kena bola di pipi atau di baju celana. Dan tentu saja aku kena kotoran kebo. Kami saling tembak. Menjebol gawang kerap tidak menjadi tujuan utama. Yang paling menggembirakan adalah ketika menendang bola penuh kotoran kebo lalu mengenai tubuh atau pakaian lawan. 
    Begitulah. Tiap pagi kami pesta seperti itu.

    Kami mengenal bola plastik. Bola yang dibuat dari kumpulan kantong plastik bekas. Kami belum suka memakai sepatu. Kami di sekolah ini dulu suka nyeker.

    Hari kini, tahun 2017, #sangmantan sekolahanku tentu saja sudah banyak berubah. Gedungnya resik. Halamannya nyaman. Jalan depan sekolahan sudah mulus beraspal karena itu adalah #jalanpropinsigandulekorgombong yang kini sedang jadi favorit.

    Kemarin aku berkunjung ke sekolah ini tiga kali.  Terahir hari Senin, 8/5/2017.

    Aku bertemu dengan mantan penjaga sekolah yang kini jadi dalang wayang kulit dengan nama ki Endarsono. Juga mamak Rotun, istri pak Endar yang dulu sangat dekat dengan anak anak sekolah. Mereka berdua sudah seperti keluarga.

    Aku bertemu kepala sekolah dan guru sekolah. Ternyata guruku yang dulu sekarang sudah tidak ada lagi di sekolah ini. Sebagian ada yang pensiun dan sebagian ada yang pindah sekolah.

    Aku juga bertemu dengan mbak Nur bagian #perpustakaan. Lalu cerita tentang bagaimana mengembangkan perpustakaan sekolah ini. Bagaimana mendorong #anak anak semakin gemar #membaca. Kami lalu punya rencana mengadakan semacam pesta membaca. InsyaAlloh, aku akan kembali datang ke perpustakaan atau ke sekolah ini untuk pesta membaca buku dan ber #puisi bersama anak anak.

    Ketika masuk perpustakaan, aku melihat pemandangan cukup memrihatinkan. seperti kurang terawat. o rupanya itu karena sedang ada renovasi kelas. Anak anak masih suka membaca pas istirahat.

    Perpustakaan ini sangat minim buku #bacaan non pelajaran. Mbak Nur cerita kalo selama ini terasa sulit mengakses buku bacaan dari pemerintah. Aku menyarankan coba datang ke #perpusdabanjarnegara sementara dapat memohon pinjaman #buku #bukucerita #bukuceritaanak #ceritaanak #sastra yang tiap bulan ganti. Aku tidak tau apa #perpusda Banjarnegara punya program seperti itu apa tidak.

    O aku jadi ingat. Di sinilah aku untuk kali pertama membaca kisah sejarah Ken Arok dan Ken Dedes. Sejak kelas dua SD, aku sudah gemar membaca buku. Tiap hari sebelum pelajaran mulai dan saat istirahat, aku selalu masuk perpustakaan sekolah yang ketika itu jadi satu dengan ruang guru. Aku membaca buku apa saja yang menarik, termasuk buku sastra kisah sejarah Ken Arok dan Ken Dedes.

    Terkait upaya mengampanyekan gerakan membaca di sekolah, aku menyampaikan kepada mbak Nur yang ternyata isterinya temanku, untuk suka mengunggah kegiatan sekecil apapun di perpustakaan ke media sosial.

    Aku menyampaikan ke mbak Nur, mbak Nur, sekolah ini termasuk di pinggiran. tapi kita harus menunjukkan kepada dunia luas bahwa sekolah ini masih punya semangat tinggi dalam #membaca #buku.

    SDN 4 Kebanaran adalah Sang Mantan Sekolah yang senantiasa aku kenang.

    #theBlangsakan ke #sekolah
     #SDN4Kebanaran #Mandiraja #Banjarnegara

    #banjarnegaramaca #banjarnegaramembaca #desakebanaranmandiraja
    #duniaanak #kenanganmasakecil #kenanganmasabocah #duniabocah

    Bersama dalang Ki Endarsono Mantan penjaga Sekolah Dasar SDN 4 Kebanaran Mandiraja Banjarnegara
    Mamak Rotun sedang membantu renovasi SDN 4 Kebanaran Mandiraja Banjarnegara

    SDN 4 Kebanaran Mandiraja Banjarnegara




















    No comments:

    Post a Comment