Tulungagung
memiliki salah satu situs yang sangat penting bagi kekayaan sejarah lokal
maupun nasional bernama situs Goa Pasir. Secara administratif situs Goa Pasir
terletak di desa Junjung kecamatan Sumbergempol dan secara geografis berada di
lereng utara pegunungan kapur atau pegunungan Kendeng Tulungagung selatan. Pada
Ahad kemarin, 28/2, situs Goa Pasir menyedot perhatian masarakat pecinta
sejarah dan kalangan sekolah di Tulungagung karena menjadi tempat
berlangsungnya puncak Tulungagung Rally History 2016 yang diikuti 20 SMA/SMK
negeri dan swasta di Tulungagung.
Dra.
Tety Roosliana, M.Pd, ketua penyelenggara sekaligus ketua Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA/SMK Tulungagung dalam sambutannya menyampaikan,
kegiatan itu sudah terselenggara sejak 4 Pebruari, 19 Pebruari, dan tanggal 28
Pebruari merupakan puncak dari rangkaian Tulungagung Rally History 2016.
Sebagai penyelenggara adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung
bekerjasama dengan MGMP Sejarah SMA/SMK Tulungagung.
Tulungagung
Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di
Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.
Tulungagung
Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di
Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.
Tulungagung
Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di
Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.
http://www.kompasiana.com/siwisang/tulungagung-rally-history-2016-pembelajaran-sejarah-lokal-on-the-spot-pertama-di-indonesia_56d6d0c1957a61e5160a9414
http://www.kompasiana.com/siwisang/tulungagung-rally-history-2016-pembelajaran-sejarah-lokal-on-the-spot-pertama-di-indonesia_56d6d0c1957a61e5160a9414
Tulungagung
Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di
Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.
Acara
utama dalam Tulungagung Rally History 2016 di situs Goa Pasir adalah Grand
Final Cerdas Cermat Sejarah Lokal dan Apresiasi Seni sebagai bentuk apresiasi
terhadap sejarah lokal Tulungagung. Tujuan dihelatnya dua acara itu menurut
Tety Roosliana supaya masyarakat Tulungagung dan terutama anak-anak sekolah
dapat lebih memahami dan merasa peduli dengan sejarah lokal milik sendiri dalam
upaya menumbuhkan rasa cinta nasionalisme.
Tulungagung
Rally History 2016 yang menjadi satu upaya mengenalkan situs sejarah lokal di
Tulungagung ini didukung penuh oleh Museum Wajakensis Tulungagung.
Selain
Grand Final Cerdas Cermat dan Apresiasi Seni, Tulungagung Rally History 2016
juga terdapat stan pameran antaranya BPCB Jawa Timur yang diwakili Museum
Majapahit, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung yang punya
kepedulian dalam penulisan sejarah lokal Tulungagung, Komunitas Tulungagung,
Komunitas Backpaker Tulungagung, Komunitas Peduli Peninggalan Sejarah Kediri
dan Majapahit di Tulungagung, MGMP Sejarah SMA/SMK Tulungagung.
Tulungagung
Rally History 2016 yang baru pertama dihelat di Tulungagung bahkan secara
nasional, dibuka oleh kepala Dinas P&K Tulungagung yang diwakili Kabid
Dikdasmen, Heru Mudjiono, S.Pd, M.Pd.
Hadir
dalam pembukaan antaranya Saefudin Zuhri kepala Bidang PAUDNI Dinas P&K
Tulungagung, Drs. Haryadi pengelola Museum Wajakensis Tulungagung, Dwi Cahyono
arkeolog Universitas Negeri Malang, para kepala sekolah SMA/SMK, kepala UPT
kecamatan Sumbergempol, seniman dan budayawan Tulungagung, komunitas sejarah,
komunitas wisata seperti Komunitas Honda Antik Tulungagung (HANTU) dan KARTINI
Riders, juga 5 anggota Dewan Juri yaitu Budi Harsono kepala SMP 1 Rejotangan,
Siwi Sang penulis sejarah, Bimo Wijayanto pakar tari Tulungagung, dan Trias
Untung Kurniawan seniman teater ISI Yogyakarta.
Tidak
ketinggalan hadir memeriahkan Tulungagung Rally History 2016 tentu saja para
siswa sekolah di wilayah Sumbergempol mulai dari SD sampai SMA, berduyun duyun
gembira bersama para pengunjung pecinta sejarah baik dari dalam dan luar
Tulungagung.
Dalam
sambutannya, Heru Mudjiono menyampaikan, Tulungagung Rally History tidak
berhenti di situs Goa Pasir saja. Rencananya, para peserta yang masuk Grand
Final Cerdas Cermat akan mendapat diklat khusus dari panitia, baik dari Museum
Wajakensis Tulungagung, BPCB Jawa Timur, maupun komunitas yang ada. Pada saat
tertentu mereka dapat sebagai pemandu yang memiliki kecakapan bidang sejarah
lokal Tulungagung. “Kita nanti punya Satgas tentang sejarah lokal Tulungagung,”
ungkap Heru Mudjiono.
Sebelum
mengakhiri sambutan, Heru Mudjiono menyampaikan, kalau kita ingin mencintai
bangsa kita sendiri, awalnya kenali, cintailah budaya dan sejarah sendiri.
Berawal dari itu, kita akan mencintai bangsa dan negara ini.
Orasi
Sejarah dan Budaya Tulungagung oleh Arkeolog Dwi Cahyono
Setelah
Tulungagung Rally History 2016 resmi dibuka, giliran Dwi Cahyono arkeolog
nasional dari Universitas Negeri Malang naik panggung menampilkan orasi Sejarah
dan Budaya. Arkeolog kelahiran Tulungagung itu sangat mengapresiasi kegiatan
yang menurutnya sebagai kegiatan “nyeleneh” yang istilah asingnya “unique”
dalam arti berbeda dari biasanya.
Dalam
orasinya, Dwi Cahyono juga menyampaikan bahwa kegiatan Grand Final Cerdas
Cermat tema sejarah lokal Tulungagung sangat tepat dihelat di situs Goa Pasir
dengan alasan latar belakang sejarah situs ini yang pada jaman dulu berfungsi
sebagai Kadewagurwan atau tempat pembelajaran.
Lebih
lanjut Dwi Cahyono menyampaikan bahwa Goa Pasir merupakan salah satu situs dari
sejumlah besar situs di Kabupaten Tulungagung yang menarik untuk dicermati. Dia
menyampaikan itu dengan alasan bahwa dari berbagai wilayah seluruh penjuru
Tulungagung, wilayah Tulungagung selatan merupakan sub area Tulungagung yang
memiliki perjalanan sejarah panjang, jejak sejarah dan arkeologi yang sangat
beragam mulai sejak jaman prasejarah dengan temuan 4 fosil Homo Wajakensis di
distrik Wajak sampai masa perkembangan Hindu dan Boddha paling awal jaman
kerajaan Kediri hingga Majapahit.
Tulungagung
selatan tepatnya di utara pegunungan kapur selatan, secara berderet dijumpai
ada tinggalan arkeologis dan yang sangat menarik terdapat 4 Goa pertapaan. Jika
merunut dari barat menuju timur, setidak tidaknya terdapat 4 Goa pertapaan,
yaitu mulai dari Goa Tritis di gunung Budheg, kemudian ke arah timur terdapat
Goa Selomangleng, lalu Goa Banyu Urip yang ada di sebelah barat situs Goa
Pasir, dan yang keempat adalah Goa Pasir.
Adanya
temuan peninggalan arkeologi berupa 4 Goa yang berfungsi sebagai tempat
pertapaan memberikan petunjuk bahwa wilayah Tulungagung selatan di lereng utara
pegunungan kapur selatan, merupakan komplek Goa pertapaan yang satu diantaranya
adalah Goa Pasir. Banyaknya peninggalan sejarah dan arkeologi berupa Goa
Pertapaan di wilayah Tulungagung selatan seperti situs Goa Pasir, menurutnya,
sangat terkait dengan adanya kegiatan keagamaan sekaligus pembelajaran.
Arkeolog ini meyakini sangat mungkin masih ada goa pertapaan lain, karena riset
atau penelitian mengenai goa pertapaan di Tulungagung selatan belum selesai. Ia
sangat berharap ada temuan baru di Tulungagung selatan.
Goa
Pasir merupakan situs pembelajaran yang pada masa lalu disebut sebagai Mandala
Kadewagurwan, yaitu suatu lingkungan yang digunakan untuk tempat pembelajaran.
Kata Gurwan berasal dari kata “guru” dan “an” yang artinya berguru. Tempat ini
juga disebut sebagai suatu karesyan dimana para resi berada di areal ini untuk
memberikan pembelajaran kerohanian. Dengan demikian, menurut Dwi Cahyono,
kegiatan pembelajaran sejarah lokal di situs Goa Pasir terbilang sangat tepat.
Hal itu berdasarkan latar belakang sejarah keberadaan situs Goa Pasir yang
sejak awal dikenal sebagai tempat pembelajaran atau pusat pendidikan pada masa
lalu.
Sosok
enerjik yang oleh Heru Mudjiono dikelakari sebagai anggota PLO alias Pasukan
Lali Omah, saking sukanya blusukan, mengadakan penelitian sejarah dan arkeologi
di berbagai tempat itu juga menyampaikan, bahwa dengan melakukan pembelajaran
di situs sejarah Goa Pasir, memberikan petunjuk bahwa tempat belajar tidak
semata mata berupa ruang kelas atau sekolah, tetapi ada tempat pembelajaran out
of school, yaitu tempat pembelajaran on the spot.
“Pembelajaran
sejarah secara on the spot antara lain pembelajaran di situs sejarah.
Bagaimanapun, situs sejarah merupakan sumber untuk belajar,” tegas Dwi
Cahyono.
Grand
Final Cerdas Cermat Tema Sejarah Lokal Tulungagung
Grand
Final cerdas Cermat dengan tema sejarah lokal Tulungagung diikuti 6 peserta
yaitu Amalia dari SMAN 1 Kauman, Mohammad Firnanda dari SMAN 1 Kauman, Toni
dari SMAN 1 Kedungwaru, Rian dari SMAN 1 Kauman, Siti.F dari SMKN 1 Boyolangu,
dan Affiano dari SMAN 1 Boyolangu.
Juri
Grand Final Cerdas cermat adalah Budi Harsono kepala sekolah SMPN 2 Rejotangan
dan Siwi Sang penulis sejarah Girindra Pararaja Tumapel Majapahit dan salah
satu penulis buku Sejarah dan Budaya Desa Panjerejo, Rejotangan, Tulungagung.
Selain
itu terdapat tiga juri kehormatan yang tampil masing masing memberikan
pertanyaan kepada dua peserta, yaitu Haryadi pengelola Museum Wajakensis
Tulungagung, Heru Mudjiono Kadikdasmen Dinas P&K Tulungagung, dan Dwi
Cahyono arkeolog nasional dari Universitas negeri Malang.
Setelah
menyelesaikan tiga putaran, tampil sebagai juara I adalah Rian, juara II diraih
dengan perjuangan keras oleh Toni yang harus mengikuti satu sesi tambahan
karena memiliki nilai sama dengan Amalia yang ahirnya meraih juara III.
Perebutan
juara II dan III antara Toni dan Amalia terbilang cukup menarik dan menegangkan
terutama dua peserta itu dan para pendukung masing masing. Sesuai aturan lomba,
jika ada beberapa peserta yang memiliki nilai sama setelah berahir putaran
ketiga atau setelah selesai sesi pertanyaan dari tiga juri kehormatan, maka
akan dilakukan sesi pertanyaan tambahan yang diberikan Dewan Juri.
Siwi
Sang mewakili Dewan Juri berkesempatan memberikan pertanyaan seputar sejarah
Rajapatni dyah Gayatri, yang setelah putri sulungnya naik tahta sebagai ratu
Majapahit, tokoh ini meninggalkan keraton berdiam di Mandala Goa Pasir hingga
wafat didharmakan di Boyolangu Tulungagung.
“Toni
dan Amalia tentunya sudah banyak membaca sejarah Rajapatni dyah Gayatri, salah
seorang permaisuri pendiri Majapahit Raden Wijaya, yang setelah wafat
didarmakan atau dicandikan di Boyolangu Tulungagung. Rajapatni dyah Gayatri
merupakan tokoh sejarah Majapahit yang memiliki hubungan sangat erat dengan
sejarah lokal Tulungagung. Oleh karena itu kesejarahannya juga harus diketahui
masarakat Tulungagung. Pertanyaannya, siapa keturunan dari pasangan Raden
Wijaya dan Rajapatni dyah Gayatri?” tanya Siwi Sang kepada dua peserta yang
siap berebut juara II dan III.
Toni
yang lebih cepat mengangkat tangan berkesempatan menjawab lebih dulu. Dia
menjelaskan kesejarahan Rajapatni dyah gayatri secara baik. Toni menjawan
keturunan Rajapatni dyah Gayatri adalah ratu Majapahit Tribhuwanatunggadewi.
Karena jawaban belum lengkap, Amalia berkesempatan menyampaikan jawaban. Tetapi
jawaban dari Amalia sama dengan yang dipaparkan oleh Toni.
Sementara
berdasarkan catatan sejarah, Rajapatni dyah gayatri dari perkawinannya dengan
Raden Wijaya memiliki dua orang putri, yang sulung adalah ratu Majapahit
Tribhuwanatunggadewi dyah Gitarja, dan yang bungsu adalah Rajadewi dyah Wiyat
ratu Daha Kediri.
Keputusan
Dewan Juri ahirnya memilih Toni tampil sebagai juara II dan Amalia harus puas
juara III. Juara harapan I, harapan II, dan harapan III, berturut diraih Siti,
Affianto, dan Mohammad Firnanda.
Apresiasi
Seni Tema Sejarah Lokal Tulungagung
Selesai
Grand Final Cerdas cermat, acara selanjutnya dalam Tulungagung Rally History
2016 di situs Goa Pasir adalah Apresiasi Seni tema sejarah lokal Tulungagung
berupa musikalisasi puisi, teater, sendratari, dan bentuk seni kolaborasi lain.
Acara ini diikuti 14 peserta yaitu SMA PGRI 1 Tulungagung, SMAN 1 Gondang, SMAN
1 Tulungagung, SMAN 1 Kedungwaru, SMAN 1 Ngunut, SMKN 1 Boyolangu, SMKN 3
Boyolangu, SMAN 1 Kauman, SMKN 2 Boyolangu, SMAN 1 Campurdarat, SMAN 1
Kalidawir, SMAN 1 Rejotangan, SMKN 1 Tulungagung, dan SMAN 1 Boyolangu.
Dewan
Juri ada tiga yaitu Trias Untung Kurniawan seniman teater dari ISI Yogyakarta
kelahiran Tulungagung, Bimo Wijayanto pakar tari dari Tulungagung, dan Siwi
Sang. Para Juri memberikan penilaian mulai dari kesesuaian tema lomba, teknik,
totalitas penampilan, dan durasi waktu yang ditentukan 7-10 menit.
Sebagian
banyak peserta menampilkan pertunjukkan seni yang mengadopsi dari kisah legenda
yang ada di buku Babad Tulungagung yaitu kisah seputar Adipati Kalang, Roro
kembangsore, dan legenda Gunung Budheg. Sebagian lagi menampilkan pertunjukkan
yang berlatar sejarah lokal Tulungagung seperti sejarah terowongan Niyama jaman
pendudukan Jepang, sejarah Homo Wajakensis, juga kisah sejarah seputar konflik
kekuasaan antara Nila Suwarna dengan Ki Sengguruh dan kisah Jaka Kandung, suatu
fragmen sejarah lokal Tulungagung yang berhubungan dengan sejarah lokal Blitar,
Kediri, dan Malang.
Dewan
Juri ahirnya memutuskan 3 juara lomba Apreiasi Seni Tulungagung Rally History
2016 yaitu juara I diraih SMAN 1 Kalidawir yang menampilkan sendratari berlatar
fragmen Nila Suwarna dan Jaka Kandung, juara II diraih SMAN 1 Kedungwaru yang
menampilkan sendratari semi kolosal berjudul Peduting Asmara mengadopsi kisah
dari Babad Tulungagung, dan juara III diraih SMAN 1 Campurdarat yang
menampilkan musikalisasi puisi iringan musik rebana berjudul DIASPORA
WAJAKENSIS suatu sajak kritis tentang keberadaan Homo Wajakensis.
Bimo
Wijayanto menyampaikan, sebagian banyak peserta lomba Apresiasi Seni di ajang
Tulungagung Rally History 2016 terlihat bersungguh sungguh dan semangat dalam
menampilkan pertunjukkan. Sedang soal tema sejarah, sebagian ada yang sudah
kental, tapi masih banyak yang semu saja. Untuk teknis secara pertunjukkan,
menurut Bimo, lebih dimaksimalkan lagi seperti penataan gerak tari, music, dan
busana.
Bino
Wijayanto juga menyampaikan, melalui seni, mereka dapat belajar sejarah secara
gembira. Dengan berkesenian, anak anak sekolah lebih santai dan lebih mudah
belajar sejarah lokal. Bimo berharap kegiatan ini harus berlanjut dan dapat
lebih ditingkatkan lagi.
Tjut
Zakiyah Anshari pengasuh Sanggar kepenulisan Pena Ananda Club Tulungagung
menyampaikan, perlu lebih banyak upaya penulisan atau pendokumentasian dalam
bentuk tulisan terkait kesejarahan lokal Tulungagung supaya terutama kalangan
sekolah di Tulungagung memiliki banyak reverensi sejarah lokal. Sudah saatnya
anak anak sekolah belajar memahami mana kisah cerita yang tergolong legenda
semata dan mana yang mengandung nilai sejarah berdasar sumber yang ada. “Ini
menjadi tugas kita semua terutama para penulis Tulungagung yang punya minat
pada sejarah untuk giat menulis tentang sejarah lokal Tulungagung,” katanya.
Trias
Untung Kurniawan menyampaikan, kekayaan sejarah lokal Tulungagung sangat bagus
jika diungah dalam berbagai bentuk karya seni seperti puisi, teater, atau
sendratari. Selain sebagai wahana belajar sejarah, juga untuk menumbuhkan
kreatifitas terutama di kalangan anak sekolah di Tulungagung. Hanya yang perlu
diperhatikan, menurut Trias, adalah soal konsep pertunjukkan yang harus
digondeli betul betul.
Supriyadi
mantan ketua MGMP Sejarah SMA/SMK Tulungagung menyampaikan gembira karena
rangkaian Tulungagung Rally History 2016 berjalan lancar mendapat dukungan
berbagai komunitas. “Jika terus mendapat dukungan berbagai pihak, terutama dari
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung, InsyaAlloh kami bersama teman
teman MGMP Sejarah akan siap melakukan kegiatan seperti ini,” ungkap kepala
sekolah SMA PGRI 1 Tulungagung itu.
Tulungagung
Rally History 2016 yang dimulai sejak pagi dengan penampilan karawitan dari
SMAN 1 Pagerwojo berakhir tepat jam 14.00 setelah pertunjukan barongsai dari
Klenteng Tulungagung.
Tomy
Wangsit sebagai MC cukup berhasil mengantar kegiatan kesejarahan lokal Tulungagung
ini sampai ahir. Dia juga tidak bosan menyampaikan kepada para pengunjung
jangan membuang sampah sembarangan supaya area situs Goa Pasir senantiasa
bersih, sehat, dan indah.
lihat juga di:
Tulungagung Rally History 2016 |
Tulungagung Rally History 2016 |
Tulungagung Rally History 2016 |
Tulungagung Rally History 2016 |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Tulungagung Rally History 2016 di Goa Pasir |
Goa Pasir Tulungagung |
Goa Pasir Tulungagung |
Goa Pasir Tulungagung |
Goa Pasir Tulungagung |
Goa Pasir Tulungagung |
Goa Pasir Tulungagung |
Goa Pasir Tulungagung |
No comments:
Post a Comment