peta desa Panjerejo Tulungagung di Balai Desa Panjerejo |
Pada
jaman dahulu, ada seorang raja bernama Kertajaya yang berkuasa di kerajaan Kediri.
Daerah kekuasaan raja Kertajaya sangat luas, subur, dan makmur. Raja Kertajaya dikenal
sebagai raja sakti dan pandai berperang. Dia kerap menang perang, melawan musuh
musuhnya. Raja Kertajaya punya musuh besar yang juga suka perang. Musuhnya
berkuasa di kerajaan Jenggala.
Pada
suatu ketika, raja Jenggala yang masih saudara dengan raja Kertajaya, berniat menaklukkan
kerajaan Kediri. Raja Jenggala dan bala tentaranya yang sangat banyak, kemudian
menyerang istana Kediri.
Terjadilah
perang besar. Perang saudara. Perang yang menimbulkan banyak korban.
Meski
terkenal sakti dan punya banyak tentara, pada pertempuran itu, raja Kertajaya
kalah. Dia lari bersama sisa pengikutnya ke selatan sungai Brantas. Raja Kertajaya
lalu mendirikan benteng di lembah gunung Wilis atau di daerah Kamulan.
Tapi,
raja Kertajaya tidak kenal menyerah. Dia raja besar yang suka berjuang. Dia
berniat kembali menjadi raja di Kediri.
Raja
Kertajaya kemudian menyiapkan pasukan sekuat kuatnya. Pasukan gagah berani
segera terbentuk. Pasukan itu adalah sisa prajurit Kediri dan para penduduk daerah
selatan sungai brantas yang sekarang kita kenal dengan nama kabupaten Tulungagung.
para penduduk Tulungagung sangat setia dengan raja Kertajaya. Termasuk para
penduduk dari desa Panjerejo.
Raja Kertajaya adalah raja adil
dan bijaksana. Para penduduk Tulungagung termasuk dari desa Panjerejo sangat
menghormati dan mencintainya. Ketika raja Kertajaya berniat menyerang kerajaan
Jenggala, para penduduk Tulungagung siap sedia membantu. Termasuk para penduduk
desa Panjerejo.
Hamba ketua desa Panjerejo
siap bersama para penduduk desa membantu baginda raja Kertajaya, menyerang
kerajaan Jenggala. Kami punya tentara yang gagah berani. Kami siap berkorban
untuk kejayaan raja Kertajaya.
Demikian kata ketua desa
Panjerejo saat menghadap raja Kertajaya di lembah gunung Wilis.
Terimakasih atas kesediaan
desa Panjerejo bergabung dengan tentaraku mengalahkan kerajaan Jenggala. Jika
kelak aku memenangkan perang, maka desa Panjerejo akan aku beri hadiah besar.
Begitu kata raja Kertajaya yang
sangat gembira melihat datangnya bala bantuan dari desa Panjerejo
yang gagah berani.
Singkat cerita, raja Kertajaya
dan balatentaranya menyerang kerajaan Jenggala.
Perang. Perang lagi. Perang yang
kembali memakan banyak korban.
Kali ini Raja Kertajaya berhasil
mengalahkan raja Jenggala. Raja Kertajaya kembali menjadi raja di Kediri. Sang
Raja tidak lupa memberikan banyak penghargaan kepada mereka yang berjasa besar.
Desa Panjerejo juga mendapat
hadiah. Desa Panjerejo ditetapkan sebagai desa yang merdeka, bebas menjalankan
pemerintahan dan memiliki tentara. Hadiah raja itu ditulis dalam Rontal.
Apa itu Rontal. Rontal adalah
daun dari pohon Tal yang pada jaman itu biasa digunakan sebagai tempat menulis.
Jaman dahulu belum ada kertas.
Jaman dahulu belum ada kertas.
Setelah mendapat hadiah dari
raja Kertajaya, para penduduk desa Panjerejo hidup aman, tenteram, dan makmur.
Desa Panjerejo mendapat keistimewaan dari kerajaan Kediri.
Jika ada pihak yang berani
mengganggu desa Panjerejo, maka akan mendapat hukuman dari raja Kertajaya.
Oleh karena itu, desa desa lain
di Tulungagung ketika itu tidak ada yang berani mengganggu desa Panjerejo.
Beberapa tahun kemudian, kepala
desa memikirkan hadiah dari raja Keartajaya yang tertulis di atas lembar daun
pohon Tal. Tulisan dalam daun pohon Tal cepat rusak. Tulisan itu juga dapat
saja hilang. Padahal tulisan itu sangat penting bagi desa Panjerejo karena
merupakan hadiah raja.
Oleh karena itu, kepala desa
Panjerejo berniat memohon kepada raja Kertajaya supaya hadiah yang tertulis
dalam daun pohon Tal dipindah ke tugu terbuat dari batu. Tujuannya supaya dapat
dibaca semua orang dan tidak mudah rusak atau hilang.
Maka perwakilan dari desa
Panjerejo dipimpin sang Panji Smajansa datang menghadap raja Kertajaya.
Menyampaikan pesan dari kepala desa Panjerejo supaya sang raja bersedia
menuliskan hadiah ke atas tugu batu.
Selain itu berharap supaya
hadiah yang tertulis di atas tugu batu mendapat setempel dari raja Kertajaya.
Tujuannya supaya tidak ada pihak yang mengganggu keputusan raja itu.
Karena raja Kertajaya adalah
raja adil dan bijaksana, maka dia bersedia memenuhi permintaan dari desa
Panjerejo.
Bahkan Sang Raja memberi
beberapa hadiah tambahan kepada desa Panjerejo.
Para penduduk desa Panjerejo
semakin bahagia dan hidupnya semakin aman, tenteram, dan makmur.
Sejak saat itu, secara resmi,
desa Panjerejo menjadi daerah perdikan atau desa merdeka. Pemindahan hadiah ke
atas tugu batu terjadi pada tanggal 20 April tahun 1200 masehi.
Tugu batu berisi hadiah raja
Kertajaya untuk desa Panjerejo kini berada di pemakaman desa Karangsari yang
berbatasan langsung dengan desa Panjerejo. Itu karena jaman dulu, desa
Karangsari masuk wilayah desa Panjerejo.
Akan tetapi, karena sejak awal
tugu batu itu berada di desa Panjerejo, maka sampai sekarang tugu batu itu
dikenal sebagai prasasti Panjerejo.
Berdasarkan buku Sejarah Dan
Budaya Desa Panjerejo, penanggalan dalam prasasti itu ditetapkan sebagai hari
kelahiran desa Panjerejo.
Dengan demikian, kelahiran desa
Panjerejo terjadi pada tanggal 20 April tahun 1200 masehi.
Jika dihitung, sampai sekarang,
usia desa Panjerejo adalah 815 tahun. Lebih tua 5 tahun dari usia kabupaten
Tulungagung.
Demikianlah, cerita asal mula
desa Panjerejo.
Cerita
ini disadur dari buku Sejarah Dan Budaya Desa Panjerejo yang diterbitkan oleh
Pemerintah desa Panjerejo tahun 2015.
Disadur
oleh Siwi Sang.
No comments:
Post a Comment