Kusumawardhani
merupakan putri pasangan maharaja Majapahit Sri Rajasa Nagara dyah Hayam Wuruk
dengan permaisuri Sri Sudewi atau Paduka Sori. Kusumawardhani merupakan Bhre
Kabalan I. Kusumawardhani menjadi permaisuri Sri Wikramawardhana, putra sulung
pasangan Ratu Pajang Dyah Nertaja dan Bhre Paguhan Singawardhana dyah Sumana.
Setelah
menjadi ratu di keraton Kabalan, Kusumawardhani pernah diangkat sebagai ratu
Lasem dikenal dalam serat Pararaton sebagai Ratu Lasem Sang Ahayu.
Kusumawardhani juga pernah menjadi maharani atau ratu kerajaan Majapahit
menggantikan kedudukan suaminya.
Kusumawardhani
dari perkawinannya dengan Sri Wikramawardhana menurunkan 4 anak yaitu Rajasa
Kusuma Bhra Hyang Wekasing Suka, Bhre Tumapel II, Sri Suhita, dan Bhre Tumapel
II Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya.
Selama
ini masih terdapat perbedaan pendapat terkait kesejarahan Kusumawardhani.
Bagaimana kesejarahannya menjadi maharani Majapahit, kapan wafatnya, siapa
keturunannya, juga siapa yang menganti kedudukan di Majapahit setelah
Kusumawardhani wafat.
Pada
kesempatan ini, saya, Siwi Sang, kembali membahas kesejarahan Kusumawardhani
dan tokoh penting di sekitarnya, berdasarkan berita Serat Pararaton.
Serat
Pararaton menulis:
“bhra
hyang wisesa sira bhagawan i caka netra paksa agni sitangsu, 1322c.”
Terjemahannya:
“baginda
hyang wisesa menjadi bhagawan atau pandita pada tahun saka 1322 atau 1400M.”
Tokoh
yang bergelar Bhra Hyang Wisesa adalah Sri Wikramawardhana, maharaja Majapahit
yang menggantikan Sri Maharaja Hayam Wuruk pada 1389M. Diperkirakan Sri
Wikramawardhana meninggalkan keraton Trowulan menuju selatan sungai Brantas,
bertapa di Goa Pasir atau Pacira, daerah Junjung, Tulungagung. Tahta kemudian
diserahkan kepada Kusumawardhani, Sang Permaisuri.
Naiknya
Kusumawardhani sebagai maharani Majapahit termuat atau diberitakan Serat
Pararaton. Serat Pararaton selanjutnya menulis:
“bhatarestri
prabhu. brhe lasem mokta ring kawidyadharen, dhinarmeng pabangan dharmabhiseka
ring laksipura. bhre kahuripan mokta. bhre lasem sang alemu mokta. bhre
pandansalas mokta dhinarmeng jinggan dharmabhiseka ring cri wisnupura“.
Terjemahannya:
“bhatarestri
atau sang permaisuri menjadi prabhu atau maharani. bhre lasem wafat di
kawidadyaren dan didarmakan di pabangan dengan candi pendarmaan bernama
laksmipura. bhre kahuripan wafat. bhre lasem sang alemu wafat. bhre pandansalas
wafat dan didarmakan di jinggan dengan candi pendarmaan bernama sri wisnupura.”
Jadi
setelah Sri Wikramawardhana meninggalkan keraton pada tahun 1400M,
Kusumawardhani naik menjadi Prabhu putri atau raja putri atau maharani.
Ternyata Kusumawardhani belum wafat pada tahun antara 1400M sampai 1401M.
Yang
wafat antara tahun 1400M-1401M adalah Bhre Kahuripan Surawardhani, permaisuri
Ranamanggala, Bhre Lasem Sang Alemu Nagarawardhani permaisuri Bhre Wirabhumi II
Aji Rajanata, dan Bhre Pandansalas I Ranamanggala atau Raden Sumirat, putra
sulung Raden Sotor.
Kusumawardhani
wafat pada tahun saka 1351 atau 1429M. Wafatnya maharani Kusumawardhani termuat
atau diberitakan Serat Pararaton pada bagian lain. Serat Pararaton menulis:
“bhre
wengker mokta dhinarmeng sumengka. bhra hyang wisesa mokta dhinarmeng ring
lalangon, bhisekaning dharma ring paramawisesapura. bhra prabhu stri mokta i
caka rupa nila agni sitangsu, 1351c“.
Terjemahannya:
“bhre
wengker wafat dan didarmakan di sumengka. bhra hyang wisesa wafat dan
didarmakan di lalangon dengan candi pendarmaan bernama paramawisesapura. bhra
prabhu stri wafat pada tahun saka 1351/1429M.“
Pada
berita di atas, yang wafat antara 1427-1429M adalah Bhre Wengker II putra Bhre
Tumapel II. Bhre Wengker II ini termasuk cucu Wikramawardhana.
Kemudian
yang mokta atau wafat dan didarmakan di Lalangon adalah Wikramawardhana. Sri
Wikramawardhana didarmakan di Lalangon atau Boyolangu Tulungagung.
Sementara
Bhra Prabhu Stri alias Maharani Kusumawardhani, wafat pada 1429M.
Bhre
Wengker II adalah putra sulung Bhre Tumapel II dari permaisuri Ratu Lasem IV.
Masih cucu Sri Wikramawardhana karena Bhre Tumapel II adalah kakak kandung Sri Suhita.
Bhre
Tumapel II yang ketika itu menjadi putra mahkota Majapahit juga sudah wafat.
Ini dapat ditelisik dari pemberitaan bahwa sebelum memberitakan wafatnya Brhe
Wengker, Serat Pararaton menulis:
“bhre
tumapel mokta i caka sanga yuga kaya wong, 1349c/ 1427M, dhinarmeng lokerep,
dharmabhiseka ring amarasabha.”
Jadi
Bhre Tumapel II, putra kedua pasangan Sri Wikramawardhana dan Kusumawardhani
wafat pada tahun 1427 dan didarmakan di Lokerep dengan candi pendarmaan
bernama Amarasabha. Ini sangat mungkin wafatnya Bhre Tumapel II berbarengan
atau terjadi dalam tahun yang sama dengan wafatnya Bhre Wengker II.
Setelah
Putra Mahkota Majapahit wafat, disusul wafat Sri Wikramawardhana dan Maharani
Kusumawardhani, lalu siapa yang pada 1429M naik menjadi raja Majapahit?
Selama
ini sebagian banyak ahli sejarah berpendapat bahwa yang menjadi raja Majapahit
pada tahun 1429M adalah Sri Suhita, suami Bhatara Parameswara Aji
Ratnapangkaja. Banyak ahli sejarah juga menafsir bahwa Sri Suhita naik menjadi
maharani Majapahit menggantikan Sri Wikramawardhana.
Ternyata
tidak demikian.
Berdasarkan
data berita Serat Pararaton, saya punya pendapat atau tafsir baru bahwa yang
bertahta di keraton Majapahit pada tahun 1429M adalah suami Sri Suhita yaitu
Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja. Tafsir ini terdapat dalam buku GIRINDRA:
Pararaja Tumapel-Majapahit.
buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit karya SIWI SANG |
SIWI SANG
19/4/2016
No comments:
Post a Comment