Catatan untuk Seminar Kebahasaan tema Cinta Bahasa sebagai Aktualisasi Cinta Bangsa yang dihelat Himpunan Mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN Tulungagung, 19/11/2016, di gedung KH. Saifuddin Zuhri ruang D27 IAIN Tulungagung.
Pada jaman pararaja klasik, ada Bahasa yang digunakan sebagai Bahasa resmi kenegaraan. Bahasa ini juga digunakan sebagai Bahasa resmi penulisan prasasti yang dikeluarkan oleh suatu raja berkuasa. Bahasa seorang raja menunjukkan identitas bangsa dari raja tersebut. Seorang raja Sriwijaya tentulah tidak mau menggunakan Bahasa Jawa ketika menulis prasasti di daerah kekuasaannya karena Sriwijaya dalam sejarahnya menggunakan Bahasa Malayu. Demikian pula seorang raja Jawa tidak mau menggunakan Bahasa Sunda atau Malayu ketika menuliskan catatan dalam prasasti yang dikeluarkannya. Raja Sriwijaya menggunakan Bahasa Malayu. Raja Jawa menggunakan Bahasa Jawa. Raja Sunda menggunakan Bahasa Sunda. Bahasa menunjukkan Bangsa sudah berkembang atau berlaku pemahaman ini sejak jaman pararaja klasik.
Di tatar Sunda
Jawa Barat banyak temuan prasasti dan naskah sastra yang menggunakan aksara dan
Bahasa Sunda. Itu menunjukkan bahwa pada kurun itu yang membangun peradaban di
Tatar Sunda adalah suatu bangsa yang menggunakan Bahasa Sunda.
Saya sempat
terheran heran ketika mendapati ada satu prasasti yang dikeluarkan atas nama
raja Sunda Sri Jayabhupati namun prasasti itu menggunakan aksara dan Bahasa
Jawa yang gayanya tidak jauh beda alias persis mirip mirip dengan gaya penulisan
prasasti di Jawa Timur jaman Erlangga.
Karena Bahasa
menunjukkan Bangsa, saya kemudian mengeluarkan hipotesa baru bahwasanya yang
mengeluarkan prasasti tahun 1030M itu adalah seorang tokoh yang memiliki
hubungan dekat dengan Erlangga dan saya punya tafsir bahwa tokoh itu masih
keluarga kerajaan Erlangga.
Saya juga
terheran heran penasaran ketika mengetahui ada beberapa prasasti di Jawa Barat
dan Jawa Tengah yang menggunakan atau mengandung unsur Bahasa Malayu. Saya kemudian
mengeluarkan hipotesa bahwa kekuasaan raja dari pulau Sumatera dalam hal ini
kerajaan Sriwijaya pernah berkuasa dan membangun peradaban selama kurun waktu
tertentu di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Karena di Jawa
Timur tidak ada temuan prasasti berbahasa Malayu, saya telah menyimpulkan atau
menafsirkan bahwa Sriwijaya tidak pernah menguasai dan membangun peradaban di
Jawa Timur.
==============
SIWI SANG
Kutipan catatan saya untuk Seminar Kebahasaan tema Cinta Bahasa sebagai Aktualisasi Cinta Bangsa
yang dihelat Himpunan Mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN
Tulungagung, 19/11/2016, di gedung KH. Saifuddin Zuhri ruang D27 IAIN
Tulungagung.