Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Sunday, November 20, 2016

    Bahasa di Banjir Bandang Informasi Digital

    Banjir Bahasa dan Istilah Asing

    Entah mengapa berkembang kecenderungan atau sikap kita sebagian orang Indonesia untuk merasa dianggap sebagai golongan maju intelek dengan cara menampilkan Bahasa dan istilah asing baik yang keinggeris inggerisan atau kelatin latinan ketika berbahasa lisan dan tulisan.



    Lebih mengenaskan lagi ketika kita menggunakan Bahasa dan istilah asing kepada suatu kelompok audien yang buta dengan Bahasa dan istilah asing tersebut.

    Misal, orang desa pelosok tentulah kurang atau bahkan tidak secara baik memahami istilah atau serapan Bahasa asing seperti istilah sinergi, audiensi, konfirmasi, kolaborasi, dan lainnya. Mereka tentulah lebih akrab dengan istilah kerjasama, pertemuan, pemberitahuan, atau kerja bareng.

    Boleh boleh saja kita berbahasa lisan dan tulisan dengan menampilkan kata Bahasa asing atau istilah serapan dari Bahasa asing. Perpaduan Bahasa bagaimanapun juga merupakan akibat yang harus kita hadapi dalam perkembangan jaman dan peradaban.

    Hanya saja kita orang Indonesia jangan merasa begitu lembek, terlalu mudah terkena pengaruh Bahasa asing. Jangan apa apa menggunakan istilah asing. Lihat missal keset keset di depan pintu kantor atau rumah kita yang memampang tulisan welcome alias selamat datang atau Bahasa jawanya sugeng rawuh. Lihat juga pintu pintu toko modern atau pintu kaca kantor dan sekolah kita yang memampang kata asing pull dan puss yang artinya adalah tekan dan dorong. Lihat juga beberapa petunjuk arah yang menggunakan istilah asing seperti out dan in.

    Seminar Kebahasaan himpunan mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN Tulungagung


    Bila istilah Bahasa asing itu punya kemungkinan diganti dengan istilah Bahasa Indonesia atau Bahasa daerah, kiranya lebih elok jika kita berupaya mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia atau Bahasa daerah. Seperti contoh saja, apa susahnya mengganti istilah Sinergi dengan kerja sama atau kerja bareng? Culture diganti kata budaya?



    Tapi memang dalam keadaan tertentu, untuk alasan keringkasan atau kepraktisan, kata serapan bahasa asing tetap kita gunakan.


    Budaya kita orang Indonesia yang sedikit sedikit menampilkan Bahasa asing tanpa kita sadari merupakan tindakan pelemahan Bahasa nasional atau suatu pelemahan rasa bangga berbangsa Indonesia. Bukankah salah satu sikap atau bentuk nyata cinta bangsa adalah mencintai dan menggunakan Bahasa Indonesia? Ini menjadi perenungan bersama apakah selama ini kita sudah merasa sebagai pribadi yang cinta Bangsa melalui penggunaan Bahasa Indonesia atau sebaliknya.

    =============
    SIWI SANG

    sumber poto: Fb Bunda Zakyzahra Tuga

    Sebagian catatan saya untuk Seminar Kebahasaan tema Cinta Bahasa sebagai Aktualisasi Cinta Bangsa yang dihelat Himpunan Mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN Tulungagung, 19/11/2016, di gedung KH. Saifuddin Zuhri ruang D27 IAIN Tulungagung.