Banjir Bahasa dan Istilah Asing
Entah mengapa berkembang kecenderungan
atau sikap kita sebagian orang Indonesia untuk merasa dianggap sebagai golongan
maju intelek dengan cara menampilkan Bahasa dan istilah asing baik yang
keinggeris inggerisan atau kelatin latinan ketika berbahasa lisan dan
tulisan.
Lebih mengenaskan lagi ketika kita menggunakan Bahasa dan istilah asing kepada suatu kelompok audien yang buta
dengan Bahasa dan istilah asing tersebut.
Misal, orang desa pelosok tentulah
kurang atau bahkan tidak secara baik memahami istilah atau serapan Bahasa asing
seperti istilah sinergi, audiensi, konfirmasi, kolaborasi, dan lainnya. Mereka
tentulah lebih akrab dengan istilah kerjasama, pertemuan, pemberitahuan, atau kerja
bareng.
Boleh boleh saja kita berbahasa lisan
dan tulisan dengan menampilkan kata Bahasa asing atau istilah serapan dari
Bahasa asing. Perpaduan Bahasa bagaimanapun juga merupakan akibat yang harus
kita hadapi dalam perkembangan jaman dan peradaban.
Hanya saja kita orang Indonesia jangan
merasa begitu lembek, terlalu mudah terkena pengaruh Bahasa asing. Jangan apa
apa menggunakan istilah asing. Lihat missal keset keset di depan pintu kantor
atau rumah kita yang memampang tulisan welcome alias selamat datang atau Bahasa
jawanya sugeng rawuh. Lihat juga pintu pintu toko modern atau pintu kaca kantor
dan sekolah kita yang memampang kata asing pull dan puss yang artinya adalah
tekan dan dorong. Lihat juga beberapa petunjuk arah yang menggunakan istilah
asing seperti out dan in.
Seminar Kebahasaan himpunan mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN Tulungagung |
Bila istilah Bahasa asing itu punya
kemungkinan diganti dengan istilah Bahasa Indonesia atau Bahasa daerah, kiranya
lebih elok jika kita berupaya mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia atau
Bahasa daerah. Seperti contoh saja, apa susahnya mengganti istilah Sinergi
dengan kerja sama atau kerja bareng? Culture diganti kata budaya?
Tapi memang dalam keadaan tertentu, untuk alasan keringkasan atau kepraktisan, kata serapan bahasa asing tetap kita gunakan.
Budaya kita orang Indonesia yang sedikit
sedikit menampilkan Bahasa asing tanpa kita sadari merupakan tindakan pelemahan
Bahasa nasional atau suatu pelemahan rasa bangga berbangsa Indonesia. Bukankah
salah satu sikap atau bentuk nyata cinta bangsa adalah mencintai dan
menggunakan Bahasa Indonesia? Ini menjadi perenungan bersama apakah selama ini
kita sudah merasa sebagai pribadi yang cinta Bangsa melalui penggunaan Bahasa
Indonesia atau sebaliknya.
=============
SIWI SANG
sumber poto: Fb Bunda Zakyzahra Tuga
sumber poto: Fb Bunda Zakyzahra Tuga
Sebagian catatan saya untuk Seminar Kebahasaan tema Cinta Bahasa sebagai Aktualisasi Cinta Bangsa
yang dihelat Himpunan Mahasiswa jurusan Tadris Bahasa Indonesia IAIN
Tulungagung, 19/11/2016, di gedung KH. Saifuddin Zuhri ruang D27 IAIN
Tulungagung.