Berikut ini kutipan dari buku Girindra:Pararaja Tumapel Majapahit karya Siwi Sang yang memaparkan analisa tafsir sejarah perpindahan ibukota Majapahit.
Majapahit juga pernah memindah keratonnya. Pada awal berdirinya Majapahit,
raden Wijaya membangun keraton di Tarik, dekat Canggu, bukan di Trawulan.
Situasi keraton Majapahit yang digambarkan Prapanca dalam Negarakertagama
adalah keraton Trawulan, bukan Tarik.
Pada 1319M, istana Majapahit di Alas Tarik digempur dan diduduki Dharmaputra
Rakuti. Beberapa bulan setelah kembali bertahta di Tarik, Sri Jayanegara
mendapat saran dari para pemuka agama supaya memindah istananya. Ini
berdasarkan pemahaman bahwa keraton Majapahit di Tarik telah dikotori
Dharmaputra Rakuti, karenanya harus pindah membangun istana baru dan yang
ditetapkan sebagai istana Majapahit adalah Trawulan Alasanta.
Kelak pada 1478M, ibukota Majapahit di Trawulan pindah ke Keling. Itu terjadi karena
para putra Sang Sinagara menganggap dyah Suprabhawa, sang paman, sebagai musuh
yang mengotori tahta Majapahit di Trawulan.
Keyakinan bahwa keraton yang pernah diduduki musuh menciptakan sengkala atau
alamat buruk, tetap berkembang dalam kesadaran sejarah kerajaan tanah Jawa,
sampai masa Mataram Islam. Terasa sangat tidak masuk akal bagi pemikiran jaman
sekarang. Tetapi pemahaman jaman sekarang memang sangat beda dengan jaman
silam.
===========
SIWI SANG