Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Sunday, October 23, 2016

    Tafsir Sejarah Tentang Perpindahan Ibukota Kerajaan Majapahit


    Berikut ini kutipan dari buku Girindra:Pararaja Tumapel Majapahit karya Siwi Sang yang memaparkan analisa tafsir sejarah perpindahan ibukota Majapahit.
    Majapahit juga pernah memindah keratonnya. Pada awal berdirinya Majapahit, raden Wijaya membangun keraton di Tarik, dekat Canggu, bukan di Trawulan. Situasi keraton Majapahit yang digambarkan Prapanca dalam Negarakertagama adalah keraton Trawulan, bukan Tarik.


    Pada 1319M, istana Majapahit di Alas Tarik digempur dan diduduki Dharmaputra Rakuti. Beberapa bulan setelah kembali bertahta di Tarik, Sri Jayanegara mendapat saran dari para pemuka agama supaya memindah istananya. Ini berdasarkan pemahaman bahwa keraton Majapahit di Tarik telah dikotori Dharmaputra Rakuti, karenanya harus pindah membangun istana baru dan yang ditetapkan sebagai istana Majapahit adalah Trawulan Alasanta.

    Kelak pada 1478M, ibukota Majapahit di Trawulan pindah ke Keling. Itu terjadi karena para putra Sang Sinagara menganggap dyah Suprabhawa, sang paman, sebagai musuh yang mengotori tahta Majapahit di Trawulan.

    Keyakinan bahwa keraton yang pernah diduduki musuh menciptakan sengkala atau alamat buruk, tetap berkembang dalam kesadaran sejarah kerajaan tanah Jawa, sampai masa Mataram Islam. Terasa sangat tidak masuk akal bagi pemikiran jaman sekarang. Tetapi pemahaman jaman sekarang memang sangat beda dengan jaman silam.

    ===========
    SIWI SANG