Satu satunya cara atau satu satunya langkah pertama ketika kita ingin menulis buku atau ketika kita ingin menjadi seorang penulis adalah MENULIS. Boleh orang bilang satu satunya cara untuk menjadi seorang penulis adalah MENULIS, MENULIS, dan MENULIS. Boleh itu diulang 3 kali 4 kali atau banyak kali. Pada intinya kita harus menyingsingkan waktu dan kesempatan serta pikiran dan perasaan untuk bergegas gegas MENULIS secara suka cita dan gempita.
Pada catatan saya sebelumnya dengan judul yang sama dengan catatan kali ini http://www.siwisangnusantara.web.id/2016/10/menjadi-penulis-itu-tidak-gampang-3.html saya rencana mau menulis kembali soal rencana penulisan 16 buku yang rencana saya susun dalam waktu setahun dengan dasar saya telah mengantongi seluruh sarat dan modal yang diperlukan untuk menyelesaikan penulisan 16 buku itu.
Bagaimana cara saya menyukseskan rencana besar saya itu? Lalu kapan atau pada tahun kapan mulai penulisan 16 buku sebagaimana yang telah saya sampaikan pada catatan awal saya?
Pada kesempatan ini saya bukan akan saya sampaikan, begitu saya berkeinginan menulis16 buku dalam waktu setahun, begitu pula saya langsung memulainya.
Satu satunya cara atau satu satunya langkah pertama ketika kita ingin menulis buku atau ketika kita ingin menjadi seorang penulis adalah MENULIS.
Boleh orang bilang satu satunya cara untuk menjadi seorang penulis adalah MENULIS, MENULIS, dan MENULIS.
Boleh itu diulang 3 kali 4 kali atau banyak kali. Pada intinya kita harus menyingsingkan waktu dan kesempatan serta pikiran dan perasaan untuk bergegas gegas MENULIS secara suka cita dan gempita.
Sampai saat ini, sejak saya menyusun 16 judul buku sebagaimana telah saya sampaikan pada catatan pertama saya di http://www.siwisangnusantara.web.id/2016/10/menjadi-penulis-itu-tidak-gampang.html , telah cukup lumayan saya menulis yang tujuannya untuk membereskan rencana saya menulis 16 buku dalam waktu setahun.
Setiap hari saya menulis dengan tema aneka macam. Ketika saya menulis, biasanya saya menulis tangan menggunakan pulpen dan lembar lembar kertas atau buku. Sejak dulu saya suka dan biasa menulis tangan seperti itu. Menulis tangan atau menulis menggunakan pena atau pulpen, ada banyak keuntungan yang kita dapatkan. Kita dapat menulis di mana saja kapan saja suka suka kita. Saat kita sedang menunggu di suatu tempat, saat kita sedang berkunjung kunjung ke suatu tempat atau kegiatan, saat sedang istirahat, saat sedang makan, bahkan menulis langsung menggunakan pulpen itu dapat kita lakukan saat sedang di dalam kamar mandi.
Itu sangat sulit kita lakukan ketika kita menulis menggunakan komputer atau leptop atau menulis dengan cara mengetik.
Ada banyak perbedaan karakter antara menulis menggunakan pulpen atau pena dengan menulis menggunakan komputer atau dengan cara memukul mukul tombol kibod komputer.
Pada kesempatan ini saya tidak ingin terlalu jauh menyampaikan perbedaan itu. Pada kesempatan ini saya sedang ingin menyampaikan bahwa saya tiap hari selalu menulis menggunakan pulpen atau pena di atas lembaran kertas buku tulis.
Salah satu tema tulisan yang telah dan sedang saya tulis adalah berkaitan dengan judul buku BANGGA MENJADI JURNALIS WARGA. Itu judul buku nomer 1 yang saya susul di awal catatan saya.
henpun sederhana dan rekorder sony perabotan andalan saya saat sebagai Jurnalis Warga |
henpun saya saat merekam Anies Baswedan di acara peluncuran Gerakan Jember Membaca 2015 silam |
kalo ini sebagian banyak para Jurnalis Media Mainstream |
Saya antaranya telah menulis bahwa salah satu cara memanfaatkan internet secara CAKAP adalah menjadi CITIZEN JOURNALISM atau JURNALIS WARGA.
Kalo pelajar sekolah SMP atau SMA sederajat, bolehlah kita katakan mereka sebagai JURNALIS SEKOLAH.
Ini ada kaitannya dengan persoalan penggunaan internet bagi para penulis atau bagi kita yang ingin menjadi seorang penulis. Kita harus berkarib karib dengan yang namanya Internet. Salah satu bentuk nyata, sebagaimana telah saya sampaikan, adalah menjadi JURNALIS WARGA.
Istilah JURNALIS WARGA dapat pula kita ganti dengan istilah CITIZEN JOURNALISM. atau JURNALIS ONLINE atau DIGITAL JOURNALISM.
Itu karena media utama yang digunakan para Jurnalis Warga adalah media internet atau Media Digital.
Karya tulis para Jurnalis Warga rata rata diunggah atau disebar menggunakan media internet baik melalui aneka akun Media Sosial maupun Media Digital.
Maka pantas jika para Jurnalis Warga dikenal pula sebagai DIGITAL JOURNALISM atau Jurnalis Onlen.
Jurnalis Onlen atau Digital Journalism adalah mereka para Jurnalis atau Pewarta yang menggunakan media Internet dalam mengunggah karya tulisnya.
Itu antaranya yang telah saya tulis hari hari kemarin untuk memenuhi salah satu penulisan buku dari 16 judul buku yang rencana saya tulis dalam waktu setahun.
Soal Jurnalis warga, saya juga menyinggong soal keuntungan menjado seorang Jurnalis Warga. Apa keuntungannya? Apakah menjadi seorang Jurnalis Warga yang tidak dengan tujuan mencari uang ketika membuat dan mengunggah tulisan jurnalistiknya dapat membuat kita para Jurnalis Warga masuk kategori sebagai PRODUKTIF dalam arti menghasilkan sesuatu nilai lebihyang dapat dinilai dengan uang?
Saya jawab, YA. bahkan lebih dari itu.
Pada kesempatan selanjutnya akan saya beberkan keuntungan menjadi seorang JURNALIS WARGA.
===============
SIWI SANG
20/10/2016