Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Tuesday, April 19, 2016

    Sejarah Kusumawardhani Putri Maharaja Majapahit Hayam Wuruk



    Kusumawardhani merupakan putri pasangan maharaja Majapahit Sri Rajasa Nagara dyah Hayam Wuruk dengan permaisuri Sri Sudewi atau Paduka Sori. Kusumawardhani merupakan Bhre Kabalan I. Kusumawardhani menjadi permaisuri Sri Wikramawardhana, putra sulung pasangan Ratu Pajang Dyah Nertaja dan Bhre Paguhan Singawardhana dyah Sumana. 


    Setelah menjadi ratu di keraton Kabalan, Kusumawardhani pernah diangkat sebagai ratu Lasem dikenal dalam serat Pararaton sebagai Ratu Lasem Sang Ahayu. Kusumawardhani juga pernah menjadi maharani atau ratu kerajaan Majapahit menggantikan kedudukan suaminya.

    Kusumawardhani dari perkawinannya dengan Sri Wikramawardhana menurunkan 4 anak yaitu Rajasa Kusuma Bhra Hyang Wekasing Suka, Bhre Tumapel II, Sri Suhita, dan Bhre Tumapel II Wijaya Parakrama Wardhana dyah Kertawijaya.

    Selama ini masih terdapat perbedaan pendapat terkait kesejarahan Kusumawardhani. Bagaimana kesejarahannya menjadi maharani Majapahit, kapan wafatnya, siapa keturunannya, juga siapa yang menganti kedudukan di Majapahit setelah Kusumawardhani wafat.

    Pada kesempatan ini, saya, Siwi Sang, kembali membahas kesejarahan Kusumawardhani dan tokoh penting di sekitarnya, berdasarkan berita Serat Pararaton.

    Serat Pararaton menulis:

    bhra hyang wisesa sira bhagawan i caka netra paksa agni sitangsu, 1322c.”

    Terjemahannya:

    baginda hyang wisesa menjadi bhagawan atau pandita pada tahun saka 1322 atau 1400M.”

    Tokoh yang bergelar Bhra Hyang Wisesa adalah Sri Wikramawardhana, maharaja Majapahit yang menggantikan Sri Maharaja Hayam Wuruk pada 1389M. Diperkirakan Sri Wikramawardhana meninggalkan keraton Trowulan menuju selatan sungai Brantas, bertapa di Goa Pasir atau Pacira, daerah Junjung, Tulungagung. Tahta kemudian diserahkan kepada Kusumawardhani, Sang Permaisuri.

    Naiknya Kusumawardhani sebagai maharani Majapahit termuat atau diberitakan Serat Pararaton. Serat Pararaton selanjutnya menulis:

    bhatarestri prabhu. brhe lasem mokta ring kawidyadharen, dhinarmeng pabangan dharmabhiseka ring laksipura. bhre kahuripan mokta. bhre lasem sang alemu mokta. bhre pandansalas mokta dhinarmeng jinggan dharmabhiseka ring cri wisnupura“.

    Terjemahannya:

    bhatarestri atau sang permaisuri menjadi prabhu atau maharani. bhre lasem wafat di kawidadyaren dan didarmakan di pabangan dengan candi pendarmaan bernama laksmipura. bhre kahuripan wafat. bhre lasem sang alemu wafat. bhre pandansalas wafat dan didarmakan di jinggan dengan candi pendarmaan bernama sri wisnupura.”

    Jadi setelah Sri Wikramawardhana meninggalkan keraton pada tahun 1400M, Kusumawardhani naik menjadi Prabhu putri atau raja putri atau maharani. Ternyata Kusumawardhani belum wafat pada tahun antara 1400M sampai 1401M.

    Yang wafat antara tahun 1400M-1401M adalah Bhre Kahuripan Surawardhani, permaisuri Ranamanggala, Bhre Lasem Sang Alemu Nagarawardhani permaisuri Bhre Wirabhumi II Aji Rajanata, dan Bhre Pandansalas I Ranamanggala atau Raden Sumirat, putra sulung Raden Sotor.

    Kusumawardhani wafat pada tahun saka 1351 atau 1429M. Wafatnya maharani Kusumawardhani termuat atau diberitakan Serat Pararaton pada bagian lain. Serat Pararaton menulis:

    bhre wengker mokta dhinarmeng sumengka. bhra hyang wisesa mokta dhinarmeng ring lalangon, bhisekaning dharma ring paramawisesapura. bhra prabhu stri mokta i caka rupa nila agni sitangsu, 1351c“.

    Terjemahannya:

    bhre wengker wafat dan didarmakan di sumengka. bhra hyang wisesa wafat dan didarmakan di lalangon dengan candi pendarmaan bernama paramawisesapura. bhra prabhu stri wafat pada tahun saka 1351/1429M.

    Pada berita di atas, yang wafat antara 1427-1429M adalah Bhre Wengker II putra Bhre Tumapel II. Bhre Wengker II ini termasuk cucu Wikramawardhana.

    Kemudian yang mokta atau wafat dan didarmakan di Lalangon adalah Wikramawardhana. Sri Wikramawardhana didarmakan di Lalangon atau Boyolangu Tulungagung.

    Sementara Bhra Prabhu Stri alias Maharani Kusumawardhani, wafat pada 1429M.

    Bhre Wengker II adalah putra sulung Bhre Tumapel II dari permaisuri Ratu Lasem IV. Masih cucu Sri Wikramawardhana karena Bhre Tumapel II adalah kakak kandung Sri Suhita.

    Bhre Tumapel II yang ketika itu menjadi putra mahkota Majapahit juga sudah wafat. Ini dapat ditelisik dari pemberitaan bahwa sebelum memberitakan wafatnya Brhe Wengker, Serat Pararaton menulis:

    bhre tumapel mokta i caka sanga yuga kaya wong, 1349c/ 1427M, dhinarmeng lokerep, dharmabhiseka ring amarasabha.”

    Jadi Bhre Tumapel II, putra kedua pasangan Sri Wikramawardhana dan Kusumawardhani wafat pada tahun 1427  dan didarmakan di Lokerep dengan candi pendarmaan bernama Amarasabha. Ini sangat mungkin wafatnya Bhre Tumapel II berbarengan atau terjadi dalam tahun yang sama dengan wafatnya Bhre Wengker II.

    Setelah Putra Mahkota Majapahit wafat, disusul wafat Sri Wikramawardhana dan Maharani Kusumawardhani, lalu siapa yang pada 1429M naik menjadi raja Majapahit?

    Selama ini sebagian banyak ahli sejarah berpendapat bahwa yang menjadi raja Majapahit pada tahun 1429M adalah Sri Suhita, suami Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja. Banyak ahli sejarah juga menafsir bahwa Sri Suhita naik menjadi maharani Majapahit menggantikan Sri Wikramawardhana.

    Ternyata tidak demikian.

    Berdasarkan data berita Serat Pararaton, saya punya pendapat atau tafsir baru bahwa yang bertahta di keraton Majapahit pada tahun 1429M adalah suami Sri Suhita yaitu Bhatara Parameswara Aji Ratnapangkaja. Tafsir ini terdapat dalam buku GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit.  

    buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit karya SIWI SANG



    SIWI SANG 
    19/4/2016 






    No comments:

    Post a Comment