Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Breaking News

    Monday, August 3, 2015

    MENGAPA FESTIVAL BONOROWO MENULIS 2015 DI TULUNGAGUNG?

    Setelah Membaca lalu lanjut apa? Setelah membaca harusnya lanjut ke Menulis. Membaca tidak berhenti di Membaca belaka. Membaca harusnya berlanjut ke etape berikutnya yang lebih terjal tapi asik, ialah Menulis.


    Setelah Membaca apa saja tentulah akan ada banyak hal pengetahuan ilmu yang kita dapatkan. Membaca Sejarah, Seni, Budaya, dan lainnya juga demikian. Kita akan memiliki cara pandang dan pemahaman baru tentang itu. Kita memiliki pengalaman baru setelah Membaca.

    Sejarah tiga tahun yang telah silam, Tulungagung untuk pertama telah memunculkan satu gerakan budaya yang sangat keren ialah Gerakan Tulungagung Membaca. Gerakan itu cukup sukses mengangkat semangat budaya Membaca tingkat lokal Tulungagung. Buku buku hadir ke hadapan publik Tulungagung. Budaya Literasi semakin tampil mewarnai ruang publik.

    Dalam sejarah Perliterasian, Gerakan Tulungagung Membaca juga sukses menggelar Festival Taman Bacaan Masarakat Tulungagung dua tahun berturutan, 2013 dan 2014.

    Gerakan Tulungagung Membaca juga memunculkan tren baru melalui gelar Cangkruk Baca dan Sastra di sudut tenggara Alun Alun Tulungagung rutin tiap Ahad pagi sejak Januari 2013 sampai kini.

    Gerakan Tulungagung Membaca telah menggugah dan menjadi inspirasi beberapa kota di Indonesia. Keren.

    Dan sekali lagi setelah Membaca tidak berhenti di Membaca belaka. Budaya Membaca harus berlanjut ke Budaya Menulis.

    Terang ternyata kegiatan Menulis sangat penting karena punya banyak manfaat positif. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki budaya Baca dan Tulis yang kuat.

    Oleh karena itu Tulungagung harus Menulis. Menulis untuk Tulungagung. Gerakan Literasi Lokal harus terus berkembang ke titik yang lebih mantap.

    Apalagi Tulungagung berdiam beberapa Penulis taraf nasional cukup produktif seperti Wawan Susetya dan lainnya. Tulungagung juga memiliki tradisi cukup kuat dalam Sastra Jawa dengan keberadaan Sanggar Sastra Jawa TRIWIDA. Satu contoh nama yang perlu dikenalkan di sini adalah penulis Sastra Jawa Tiwiek SA.

    Memerhatikan kondisi lokal dan betapa penting Budaya Menulis sebagai bagian Budaya Literasi, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club merencanakan inisiasi Gerakan Tulungagung Menulis melalui kegiatan Festival Bonorowo Menulis Festival 2015 ke-1 tahun 2015. Kegiatan ini akan menjadi puncak kegiatan tahunan dari kegiatan Budaya Menulis yang telah dilakukan Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB secara rutin dan insidental, berupa Kelas Menulis, Workshop, dan Pelatihan Penulisan. Festival Bonorowo Menulis 2015 juga bertepatan dengan momentum hari jadi Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB tanggal 1 Agustus.




    Tujuan Festival Bonorowo Menulis 2015 antaranya untuk:
    1. Mempertemukan para Penulis lokal Tulungagung , komunitas literasi lokal dalam forum silaturahmi.
    2. Mempublikasikan karya karya literasi para literat dan lembaga pendidikan di Tulungagung dalam ragam bentuk antaranya buku dan media.
    3. Merangsang lahirnya para penulis baru melalui rangkaian lomba dan workshop Kepenulisan.
    4. Merangsang lahirnya komunitas komunitas Penulis di sekolah, kampus, pondok pesantren, kelompok masyarakat dan profesional.
    5. Terkumpul dan terseleksinya naskah naskah dalam kurun setahun serta naskah dari kegiatan Festival Bonorowo Menulis 2015 untuk didokumentasikan bentuk BUKU.
    Bagaimana gambaran gamblang rangkaian Festival Bonorowo Menulis 2015 yang sepanjang sejarah peradaban perliterasian di Tulungagung baru pertama dihelat? Simak catatan selanjutnya.

    MARI MENULIS.

    SIWI SANG

    2 comments:

    1. Yang paling menarik, bagaimana seluruh masyarakat dapat terlibat di pesta literasi ini. Setiap pribadi maupun komunitas dapat terlibat dan mengambil peran sesuai dengan potensi, minat, dan passion-nya. Itu mengapa menu Festival Bonorowo Menulis 2015 ini sangat beragam. Ada 4-5 tema talkshow, 25 kategori lomba, 14 kelas workshop, puluhan tampilan seni literasi, dan sekitar 15 stan sekolah, perguruan tinggi, komunitas yang menampilkan aktivitas literasinya.

      Gawe besar ini, kita kemas dengan sederhana. Pesta meriah yang tak melepaskan kehitmatannya. Riuh rendah dengan batin yang tetap dipenuhi doa dan kerendahan jiwa. Bahwa sesungguhnya dari awal hingga akhir nanti, apapun proses dan hasilnya tak lepas dari pertolongan Allah Azza wa Jalla.

      Inilah literasi untuk rakyat yang nyata...
      Salam literasi.

      ReplyDelete
    2. Semoga sukses! :)
      Sesungguhnya literasi adalah persenyawaan dari aktivitas membaca, menulis, menelaah sastra, dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar di tempat literasi itu digaungkan.

      ReplyDelete

    Literatur

    Taktik Menulis

    Banjarnegara