Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Saturday, April 5, 2014

    Menguak Kabut Sejarah Situs Candi Mirigambar Tulungagung Yang Penuh Relief Cerita Panji

    CANDI MIRIGAMBAR terletak di dusun Gambar, desa Mirigambar, kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Jarak situs candi Mirigambar dari pusat kota Tulungagung sekitar 15 km ke arah tenggara.




    Jalur yang gampang dari terminal pusat kota Tulungagung ke timur ambil jurusan Blitar atau Malang. Sampai perempatan Gragalan belok kanan ke selatan mengikuti jalan raya jurusan Sumbergempol atau Kalidawir.



    Di tepi kiri jalan raya desa Wates akan ketemu plang besar putih bertuliskan Candi Mirigambar. Mengikuti petunjuk itu akan sampai ke lokasi yang berada di tengah dusun, persisnya di dekat lapangan sepakbola dusun Mirigambar.



    Dari pusat kota Tulungagung atau dari perempatan Gragalan, candi Mirigambar satu jalur menuju situs Goa Pasir di desa Junjung kecamatan Sumbergempol. Hanya nanti bercabang arah.



    Bagi yang belum pernah berkunjung ke candi penuh relief cerita Panji ini, dapat bertanya penunjuk arah pada warga. Atau silakan berkunjung dulu ke Museum Wajakensis Tulungagung bertanya informasi seputar candi Mirigambar.

    Candi Mirigambar tampak dari Barat atau depan [dok. Siwi Sang]


    Candi Mirigambar tampak dari selatan [dok. Siwi Sang]


    Candi Mirigambar tampak dari belakan atau Timur [dok. Siwi Sang]



    Panil Relief  dan Temuan Arkeologis di candi Mirigambar


    Candi Mirigambar menghadap barat. Di bagian depan, di sisi selatan pintu depan, terdapat relief singa tetapi kepalanya sudah krowak atau setengah hilang. Terdapat relief tokoh seorang laki berdiri dan tokoh sedang duduk. terdapat satu panil relief yang sudah rusak.

    relief singa di pintu candi Mirigambar Tulungagung




    Sementara di sisi kanan depan, atau di sisi barat sebelah utara tangga masuk, terdapat panil relief dua tokoh laki mengapit dua tokoh perempuan. Satu tokoh laki memakai penutup kepala yang identik dengan tokoh Panji. Satu tokoh laki lagi berbadan besar. Selain panil relief, terdapat relief tokoh laki sedang berdiri.






    Di tepi halaman candi sebelah utara terdapat tumpukan batu bata merah. menurut keterangan Jupel, tumpukan batu bata merah itu berasal dari runtuhan candi lain yang ditemukan di dekat candi Mirigambar.





    Di tepi halaman selatan terdapat lempengan batu andesit berangka tahun 1310C/1388M.  





    Di belakang sisi timur dan utara terdapat tumpukan batu andesit dan terdapat satu batu bergambar burung mliwis yang menurut penuturan juru kunci sebagai mliwis putih milik Anglingdarma. 

    Ada pendapat atau penafsiran gambar itu sebagai tokoh pendeta bersurban bersayap.



    Ada batu kotak memanjang ukuran sekitar 200 cm x 80 cm di halaman sisi belakang candi sudut tenggara. Seperti tempat persajian.





    Di dinding candi sisi utara terdapat relief bergambar dua tokoh laki dan satu perempuan. Tokoh laki di tengah tampak memegang tongkat.




    Di sebelah timur panil relief tadi, atau di sisi utara kaki candi sebelah timur, terdapat satu panil relief yang sudah rusak, hanya terlihat seperti gambar tangan sedang memeluk sesuatu.




    Terdapat satu umpak batu berlobang di halaman candi dan sepertinya sudah tidak insitu alias berasal dari tempat lain.




    Di bagian belakan candi atau sisi timur tidak terlihat adanya panil relief sebagaimana sisi barat, selatan, dan utara. 


    Dari catatan yang ada, di bagian belakang candi Mirigambar sesungguhnya pernah ada tiga panil relief. 



    Namun sekarang sudah lenyap seiring runtuhnya bangunan candi bagian belakang.




    Di sisi selatan sekarang masih terlihat sati panil relief. menurut catatan, di sisi selatan ada tiga panil relief. 


    Sekarang hanya tinggal satu menggambarkan dua tokoh laki dan satu tokoh perempuan sedang menyembah tokoh laki memakai penutup kepala atau tekes.





     

    Kronologis Sejarah Situs Candi Mirigambar


    Selama ini belum begitu jelas kapan candi Mirigambar dibangun dan berfungsi sebagai apa. Dari penemuan tiga angka tahun berbeda, dapat ditafsirkan situs candi Mirigambar dibangun di tiga masa berbeda.


    Situs ini sangat mungkin merupakan komplek pecandian cukup luas. Ini didukung fakta bahwa tidak jauh di sekitar komplek candi Mirigambar ditemukan tiga reruntuhan bangunan kuna, satu diantaranya berbahan batu andesit. 



    Salah satu runtuhan bangunan candi di dekat Candi Mirigambar bernama Candi Tuban yang kini sudah lenyap tinggal sisi pondasi saja. Di areal Candi Tuban pernah ditemukan prasasti batu yang dikenal sebagai Prasasti Candi Tuban. Sekarang prasasti ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta.


    Sesuai identifikasi angka tahun tertua yang ditemukan, candi Mirigambar diperkirakan pertama dibangun pada tahun 1292M atau pada masa akhir kerajaan Singasari. Pada tahun itu, berdasarkan catatan sejarah, maharaja Kertanegara gugur akibat serbuan Sri Jayakatwang dari Kadiri.


    Sedangkan pengidentifikasian angka tahun 1310C/1388M, diperkirakan berkaitan peristiwa sejarah yang berlangsung di Majapahit masa akhir pemerintahan Sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk, yaitu wafatnya beberapa tokoh keraton diantaranya ratu Pajang I Duhiteswari dyah Nertaja, adik kandung Sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk.


    Kemudian menurut catatan penelitian arkeologi Belanda, Krom 1913, dulu di sekitar candi Mirigambar ditemukan prasasti terbuat dari lempengan tembaga. Angka tahun tidak teridentifikasi.

    Dalam prasasti yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta itu menyebutkan prasasti bertanda Wikramawardhanalanchana dan menyinggung tempat pendarmaan bernama Satyapura.


    Dari penemuan prasasti itu, memunculkan dugaan bahwa Sri Wikramawardhana yang mulai bertahta sebagai raja Majapahit sejak tahun 1389M, pernah membangun candi Mirigambar.


    Berdasarkan catatan sejarah terutama serat Pararaton menyebutkan putra sulung Wikramawardhana yaitu putra mahkota Rajasa Kusuma wafat pada tahun 1399M dicandikan di Tanjung dengan candi pendarmaannya bernama Paramasukapura. Setelah wafat, Rajasa Kusuma bergelar anumerta Bhra Hyang Wekas Ing Suka. Nama gelar anumerta ini sama dengan nama gelar anumerta maharaja Majapahit Sri Rajasanegara dyah Hayam Wuruk yang wafat pada tahun 1389M. Pararaton menulis:


    bhra hyang wekasing suka mokta, sang mokta ring indrabhawana, i saka janma netra agni sitangsu, 1321, sang dhinarmeng tajung bhisekaning dharma ring paramasukapura.


    Terjemahannya: 

    baginda hyang wekas ing shuka wafat di indra bhawana pada tahun saka 1321C/1399M, dicandikan di tanjung dengan nama resmi candi paramasukapura.


    Apakah Paramasukapura adalah candi yang dibangun di areal situs candi Mirigambar yang sekarang?  Atau apakah Paramasukapura sama dengan candi Satyapura? Perlu kajian lebih lanjut dengan menautkan beberapa sumber kuat lainnya.


    Ritualan di Candi Mirigambar


    Juru kunci candi Mirigambar bernama pak Selot, suami ibu Kayah. Rumahnya berada di barat lapangan atau dari pertigaan pojok lapangan ke barat, di depan konter hape. Dari dinas kepurbakalaan Tulungagung, secara resmi penjagaan candi Mirigambar dipegang Suyoto, putranya. Pak Selot hanya menyambut para pengunjung candi jika putranya sedang berhalangan dan lebih khusus mengurusi pelaksanaan ritual di lingkungan candi yang kerap dilakukan pada hari hari tertentu di lingkungan candi atau di dalam makam mbah Josari.


    Makam mbah Josari berada persis di timur atau di belakang areal candi Mirigambar, di luar pagar kawat berduri. Menurut pak Selot, Mbah Josari adalah tokoh lokal yang pertama babat alas dusun Gambar sekaligus yang pertama menemukan candi Mirigambar. 

    rumah bata di belakan candi Mirigambar yang di dalamnya terdapat makam pendiri desa Gambar



    ============
    Siwi Sang

    Catatan telah diedit atau dilengkapi pada tanggal 20/8/2015

    No comments:

    Post a Comment