Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Thursday, December 26, 2013

    Kebo Anabrang Dalam Buku GIRINDRA : Pararaja Tumapel-Majapahit Karya Siwi Sang


    Menurut Pararaton, Wiraraja tidak kembali ke Majapahit, tidak mau menghamba kepada raden Wijaya. Berselang tiga tahun dari peristiwa Ranggalawe, terjadilah peristiwa Sora, 1298M. Sora difitnah Mahapati, dan akhirnya dibunuh Kebo Anabrang pada tahun saka 1222 atau 1300M.


    Berdasarkan berita Pararaton, Kebo Anabrang ternyata masih hidup pada tahun 1300M. Kidung Panji Wijayakrama dan kidung Ranggalawe menulis Kebo Anabrang gugur berbarengan dengan Ranggalawe. Dua kidung ini bersumber dari Pararaton. Jadi terkait riwayat Kebo Anabrang, sumber sejarah yang lebih dipercaya adalah Pararaton. Dapat dikatakan bahwa Kebo Anabrang bukan tokoh yang melenyapkan Ranggalawe. 

    Kebo Anabrang tokoh senior di bawah arya Wiraraja dan arya Adikara. Usianya sepantaran Mpu Sora. Ketika berangkat ke Malayu, usianya sekitar 25 tahun. Melihat jasa besar dan usianya, sangat mungkin Kebo Anabrang adalah sang Pranaraja Mpu Sina, salah satu menteri Pasangguhan sebagaimana termuat dalam prasasati Kudadu dan Penangungan. Kebo Anabrang dianggap sebagai pejuang besar Singhasari yang berhasil memimpin penaklukkan Malayu.

    Pengangkatan Kebo Anabrang, mantan panglima ekspedisi Pamalayu, merupakan strategi raden Wijaya meredam kelompok yang berupaya menjegal penobatannya sebagai raja Majapahit. Ketika kembali ke tanah Jawa, Kebo Anabrang membawa armada besar yang tentunya siap sedia digerakkan ke mana saja. Mereka para pejuang yang gagah di negeri orang. Pengangkatan Kebo Anabrang sebagai salah satu anggota dewan mentri Pasangguhan merupakan bentuk penghargaan kepada pahlawan agung Singhasari.

    Kelak Kebo Anabrang atau sang Pranaraja Mpu Sina menjadi tokoh utama pendukung pemerintahan Jayanegara. Bagaimanapun, Kebo Anabrang memiliki hubungan batin dengan pihak Malayu. Jayanegara berdarah Melayu.

    *     *     *

    Pararaton tidak menyebut siapa tokoh yang berhasil membunuh Ranggalawe. Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menguraikan kisah kematian Ranggalawe panjang lebar, serta menyebut Mahisa Anabrang yang membunuh Ranggalawe. Dikisahkan pasukan Majapahit dipimpin Nambi, Lembu Sora, dan Mahisa Anabrang berangkat menumpas Ranggalawe. Perang terjadi di sungai Tambak Beras. Mahisa Anabrang bertarung melawan Ranggalawe di dalam sungai, yang dimenangkan Mahisa Anabrang. Lembu Sora tidak rela melihat keponakannya terbunuh. Dari arah belakang, Lembu Sora ganti membunuh Mahisa Anabrang, rekannya sendiri. Kidung Sorandaka mengisahkan keluarga Mahisa Anabrang tidak berani menuntut hukuman untuk Lembu Sora karena ia pembantu kesayangan raden Wijaya. Baru pada 1300M putra Mahisa Anabrang bernama Mahisa Taruna didukung seorang tokoh bernama Mahapati berhasil menyingkirkan Lembu Sora dari lingkungan keprajuritan keraton. Peristiwa selanjutnya ialah pembunuhan Lembu Sora oleh pasukan Nambi akibat fitnah Mahapati, tokoh licik yang bernapsu tinggi merebut kursi mahapatih. Tokoh bernama Mahapati, menurut Slamet Muljana, sangat mungkin Halayudha, yang pada masa Jayanegara menjadi mahapatih Majapahit mengganti Mpu Nambi. [endnote buku GIRINDRA : Pararaja Tumapel-Majapahit]

    Terkait riayat pembunuhan yang dilakukan Kebo Anabrang atas Ranggalawe dan pembunuhan yang dilakukan Lembu Sora atas Kebo Anabrang, sebagaimana termuat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe,  nyata bertentangan dengan berita Pararaton.

    Terkait riwayat Kebo Anabrang, novel Senopati Pamungkas mahakarya Arswendo Atmowiloto juga tidak menggunakan sumber lebih tua: Serat Pararaton. Tapi sah sah saja. Setiap penulis memiliki sudut pandang sendiri. Selebihnya saja sangat mengagumi Senopati Pamungkas.

    Selebihnya simak narasi lengkap Kebo Anabrang dalam GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang.






    ============
    SIWI SANG


    No comments:

    Post a Comment