Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Saturday, December 31, 2016

    Raden Patah Bukan Putra Patih Raja Cina

     
    poto masjid Demak sumber perpustakaan universitas Leiden


    Sejarah asal usul raden Patah pendiri kesultanan Islam Demak masih penuh perbedaan tafsir alias kontraversi. Versi merujuk naskah Sadjarah Banten berpendapat, raden Patah keturunan patih raja Cina. Versi merujuk naskah Babad Tanah Jawa berpendapat, raden Patah putra raja Majapahit Brawijaya dari selir puteri negeri Cina yang dibuang ke negeri Palembang. Versi merujuk naskah Serat Walisana berpendapat, raden Patah putra raja Majapahit Brawijaya dari selir negeri Cina bernama Siu Ban Ci. Buku GIRINDRA:Pararaja Tumapel-Majapahit karya Siwi Sang berpendapat, raden Patah putera raja Majapahit sri Kertawijaya dari isteri selir negeri Campa. Dari beberapa versi itu, kira kira mana yang lebih masuk akal menjelaskan sejarah asal usul raden Patah?


    Pada kesempatan ini, kita coba mengecek sejarah asal usul raden Patah menurut pendapat de Graaf dan Pegeaud merujuk naskah Sadjarah Banten. Versi ini menempatkan raden Patah sebagai Cu-Cu seorang putera patih raja Cina yang datang ke tanah Jawa.

    Ternyata, menurut kisah SEJARAH klasik, analisa de Graaf yang menyimpulkan raden Patah sebagai putera patih raja Cina perlu dikoreksi karena merujuk sumber naskah yang lemah. Berikut catatan menarik dari kisah SEJARAH klasik http://kisahsejarahklasik.blogspot.co.id

    De Graaf dan Pegeaud dalam buku judul KERAJAAN KERAJAAN ISLAM DI JAWA membahas riwayat raden Patah penguasa pertama Islam Demak. Merujuk Sadjarah Banten, de Graaf berani menyimpulkan bahwa raden Patah adalah tokoh bernama Cu Cu atau Arya Sumangsang, putra seorang patih raja Cina yang tidak diketahui namanya. Pendapat itu sangat berbeda dengan naskah Babad Tanah Jawi yang menempatkan raden Patah sebagai putra raja Brawijaya Majapahit dari isteri puteri cina.

    Sadjarah Banten, sebagaimana paparan de Graaf, terdapat satu fragmen mengenai raja-raja pertama di Demak. Sadjarah Banten meriwayatkan, di Cina muncul seorang sekh bernama Jumadil Akbar [Jumadil Kubro] yang berupaya mengajak raja Cina masuk Islam. Namun usaha itu tudak berhasil. Suara dari surga mengatakan bahwa raja Cina akan tetap kafir. Kemudian Jumadil Akbar berangkat ke Jawa menumpang kapal seorang dari Gresik.

    Setelah Jumadil Akbar meninggalkan Cina, rupanya raja Cina mulai yakin akan keunggulan agama Islam. Sebelum berangkat ke Jawa, Jumadil Akbar menanam biji durian di Darparagi atau alun-alun raja, dan secara menakjubkan cepat tumbuh menjadi pohon. Itu sebagai tanda akan kebenaran Islam.

    Raja Cina kemudian mengutus patihnya untuk mencari dan mengajak kembali Jumadil Akbar yang sudah berangkat itu. Patih Cina telah mencarinya di Siam, Samboja, Sanggora, dan pulau Atani, hingga akhirnya sampai di Gresik. Tetapi Sekh itu sudah menghilang.

    Di Gresik, patih Cina itu bersama dua putranya, Cun-Ceh dan Cu-Cu, masuk Islam. Patih itu dan seorang puteranya, Cun-Ceh, meninggal di Gresik. Sementara Cu-Cu tinggal di Jawa dan mencapai kedudukan serta kehormatan tinggi.

    Dalam bukunya, de Graaf mengambil kesimpulan bahwa asal usul dinasti Demak itu dari Cina. Ia sudah memeluk agama Islam ketika menetap di daerah Demak dan ia meningkat menjadi Patih raja.

    Benarkah raden Patah keturunan atau putra patih raja Cina?

    Kiranya pendapat atau kesimpulan de Graaf bahwa raden Patah putra patih raja Cina harus dikoreksi karena tidak didukung sumber data akurat.

    Naskah Sadjarah Banten kurang meyakinkan ketika meriwayatkan raden Patah pendiri kesultanan Islam Demak sebagai tokoh bernama Cu-Cu putra kedua patih raja Cina.

    Penyusun Sadjarah Banten sepertinya sedang berupaya menjalin hubungan raden Patah pendiri kesultanan Islam Demak dengan pihak Cina atau Tiongkok melalui garis ayah, tetapi mengabaikan soal penamaan yang berlaku dalam tradisi Tiongkok.

    Dalam tradisi penamaan Tionghoa, biasanya seorang tokoh memiliki nama yang terdiri dari tiga atau dua karakter nama yaitu nama marga dan nama pribadi. Nama marga terletak di depan nama pribadi. Nama marga merujuk garis ayah atau pihak laki.

    Soal penamaan menurut tradisi Tionghoa, Sadjarah Banten terlihat mengada ada karena tidak dapat menjelaskan siapa nama patih raja Cina dan siapa raja atau kaisar Cina pada waktu itu. Diperkirakan penyusun Sadjarah Banten kurang begitu paham Sinologi [ilmu tentang bahasa Cina]

    Yang lebih janggal lagi, dua anak patih raja Cina tak bernama itu memiliki nama depan atau nama marga yang beda. Seumpama mereka punya ayah bernama Cun-Fa, maka yang lebih dapat diterima, dua anak itu bernama Cun-Ceh dan Cun-Cu. Atau sama-sama punya nama marga CUN. Tapi pada faktanya, Sadjarah Banten menulis dua putra patih raja Cina itu adalah Cun-Ceh dan Cu-Cu.

    Naskah Sadjarah Banten juga tidak dapat menjelaskan siapa ibu Cu-Cu Arya Sumangsang atau raden Patah. Naskah ini hanya menampilkan patih raja Cina tak bernama sebagai ayah Cu-Cu atau raden Patah.

    Melihat penamaan dalam Sadjarah Banten yang tidak akurat dan kabur, kiranya pendapat de Graaf bahwa raden Patah identik dengan Cu-Cu, putra patih raja Cina, tidak dapat dipertahankan lagi.

    Apalagi Sadjarah Banten meriwayatkan patih raja Cina dan dua putranya, Cun-Ceh dan Cu-Cu,  baru masuk Islam setiba di Gresik.

    Berita dalam Sadjarah Banten sangat bertentangan dengan berita dalam naskah Babad Tanah Jawi dan Babad Demak juga naskah Walisana yang meriwayatkan bahwa raden Patah pendiri kesultanan Islam Demak adalah putra raja Majapahit Brawijaya dari seorang isteri puteri asal Cina yang dibuang ke negeri Palembang. Dalam naskah ini juga meriwayatkan, sejak kecil Raden Patah sudah menganut Islam.

    Kiranya yang lebih meyakinkan adalah periwayatan naskah babad Tanah Jawa atau naskah Walisana karena secara jelas menyebut ayah dan ibu raden Patah yaitu raja Majapahit Brawijaya dan puteri Cina. Naskah Walisana sudah lebih jelas lagi menulis ibu raden Patah adalah puteri dari negeri Cina nama Siu Ban Ci. 

    Dengan demikian, identifikasi raden Patah keturunan raja Majapahit, untuk sementara lebih dapat dipercaya.

    =============
    SIWI SANG



    No comments:

    Post a Comment