Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Tuesday, November 8, 2016

    Menjadi Penulis Itu Tidak Gampang [5]



    Menjadi Penulis atau menjadi Pengarang atau Menulis dan Mengarang itu Tidak Gampang, tapi saya dan kita harus berusaha untuk membuatnya jadi gampang dengan cara belajar tekun dan berlatih keras tanpa kenal menyerah.

    Pada catatan kelima judul Menjadi Penulis Itu Gampang seharusnya saya menulis apa saja keuntungan menjadi seorang Jurnalis Warga sebagaimana rencana yang sebelumnya saya tulis di bagian ahir http://www.siwisangnusantara.web.id/2016/10/menjadi-penulis-itu-tidak-gampang-4.html

    Namun pada kesempatan ini saya menunda untuk menulis apa saja keuntungan menjadi seorang Jurnalis Warga. 




    Pada kesempatan ini saya ingin menampilkan satu catatan saya yang beberapa waktu silam menjadi bahan diskusi bersama komunitas Perempuan Menulis PRADYAPARAMITA Tulungagung di Sanggar alam SALTO Tulungagung. Ketika itu saya sebagai narasumber bersama dua Penulis Tulungagung, Wawan Susetya dan Bunda Zakyzahra Tuga. Tulisan saya ini sebelumnya pertama saya unggah di Fesbuk.





    Tulisan ini saya niatkan untuk menampilkan sudut pandang baru dalam Dunia Kepenulisan.

    Bagi yang dari membaca judulnya saja sudah tidak berkenan menyimak dan tidak ingin membaca catatan saya ini, tidak mengapa. Hanya saya menawarkan silakan melihat dulu dokumentasi video youtube saya di SIWI SANG: MENULIS ITU TIDAK GAMPANG

    Dan bagi kawan yang ingin menyimak, silakan membaca catatan yang saya juduli ADA YANG BILANG MENJADI PENULIS ITU GAMPANG.

    Ada yang bilang menulis itu gampang. Menulis di sini dapat berarti menulis fiksi atau mengarang fiksi dan menulis non fiksi. 

    Ingin saya sampaikan dulu, bahwa selama ini ada semacam pembeda antara Penulis dan Pengarang.

    Kalo Penulis lebih ke menulis karya non fiksi, sedangkan Pengarang lebih kepada menulis karya fiksi.

    Dengan demikian seorang Penulis buku ilmiah seperti buku tafsir sejarah atau seorang Penulis karya Jurnalistik lebih cocok dikatakan sebagai Penulis daripada Pengarang. Karena yang ditulis atau karya tulisnya berupa karya tulis ilmiah berdasarkan langkah langkah ilmiah mulai pengumpulan data sampai penulisan.

    Bakal kaco jadinya jika seorang Jurnalis membuat karya tulis Jurnalistik dengan mengarang ngarang atau merangkai rangkai bibit bibit imajinasi.

    Sementara seorang Penulis novel lebih dikenal sebagai Pengarang novel karena karya tulis yang dihasilkan adalah karya berupa karangan fiksi hasil imajinasi, meski pada kenyataannya ada banyak karya fiksi seperti novel yang lahir dari suatu kejadian fakta nyata atau riil bukan suatu karangan.

    Namun secara umum, kalo kita menyebut Penulis novel atau Penulis cerpen, yang lebih pas adalah dia sebagai seorang pengarang, bukan penulis.

    Jika kita sementara menganuti pemahaman itu, maka, judul tulisan saya ini lebih diperuntukkan kepada Penulis karya non fiksi.

    Adanya pembeda antara istilah Penulis dengan Pengarang atau menulis dengan mengarang dapat kita tengok misalnya dari judul buku karya Arswendo Atmowiloto judul MENGARANG NOVEL itu GAMPANG.

    Arswendo menulis istilah MENGARANG NOVEL bukannya MENULIS NOVEL. Itu karena novel yang umum dikarang bukannya ditulis sebagaimana penulisan ilmiah atau karya Jurnalistik yang berdasarkan data dan fakta kejadian nyata di lapangan.

    Supaya judul tulisan saya ini meliputi atau mencakup semuanya, baik karya fiksi dan non fiksi, baik menulis atau mengarang, baik sebagai Penulis dan Pengarang, maka saya tentukan saja bahwa yang saya maksud dengan istilah PENULIS  dalam judul catatan saya ini adalah mereka yang melakukan pekerjaan menulis baik karya fiksi maupun non fiksi.

    Jadi catatan ini diperuntukkan kepada Penulis dan Pengarang.

    Saya ulangi lagi pernyataan yang saya jadikan judul catatan ini yaitu ADA YANG BILANG JADI PENULIS ITU GAMPANG.

    Siapa yang bilang? Sudah saya jawab tadi dengan menampilkan satu buku karya Arswendo Atmowiloto judul MENGARANG NOVEL itu GAMPANG.

    Ya, Arswendo Atmowiloto termasuk orang yang bilang atau mengatakan bahwa untuk jadi PENULIS itu gampang .

    Saya punya buku judul itu terbitan Gramedia Pustaka Utama 2011. Buku berkafer merah segar dengan gambar karikatur sosok Arswendo duduk di kursi memangku leptop sembari tertawa lebar memampang gigi gigi rapinya.

    buku judul MENGARANG NOVEL ITU GAMPANG karya Arswendo Atmowiloto


    Arswendo juga pernah menerbitkan atau menulis buku judul MENGARANG itu GAMPANG.


    Dan masih ada beberapa penulis atau pengarang lainnya yang menulis buku dengan judul serupa itu bahwa MENGARANG ATAU MENULIS itu GAMPANG. Bahwa menjadi PENULIS atau PENGARANG itu GAMPANG.

    Benarkah demikian?

    Ternyata tidak seutuhnya benar. Saya katakan sekali lagi bahwa yang disampaikan Arswendo Atmowiloto dan yang lainnya bahwa menjadi seorang Penulis itu gampang adalah tidak seutuhnya benar.

    Menurut saya, itu hanya Taktik Menulis Judul Buku yang dilakukan Arswendo Atmowiloto supaya judul bukunya terasa memikat dan bukunya semakin laku.

    Saya yakin ada sebagian kawan yang setelah ini penasaran lalu mencari cari buku karya Arswendo Atmowiloto judul MENGARANG NOVEL ITU GAMPANG. Silakan saja membaca dan saya tidak merekomendasikan tapi menganjurkan membaca buku keren itu.

    Lalu setelahnya kita semoga ada yang berani 'Out of The Box' bikin buku dengan judul MENJADI PENULIS ITU TIDAK GAMPANG atau MENULIS dan MENGARANG itu TIDAK PAKAI GAMPANG.

    Ya, kenapa jarang kita temukan judul tulisan atau judul buku yang Out of The Box seperti judul tulisan saya MENJADI PENULIS ITU TIDAK GAMPANG?

    Dan bukankah itu suatu yang riil terjadi pada kita mulai Penulis pemula sampai Penulis kawak?


    Sekarang kita bayangkan saja, kita ibaratkan saja, umpama benar menjadi seorang Penulis itu gampang atau menjadi Pengarang itu gampang, maka akan ada banyak bermunculan Penulis atau Pengarang baru di sekitar kita atau di negeri ini.

    Akan kita saksikan para guru, dokter, buruh, petani, dan lain sebagainya beramai ramai menjadi Penulis atau Pengarang karena untuk menjadi Penulis atau Pengarang itu sangat gampang.

    Sesuatu yang gampang itu tidak perlu berpikir panjang atau tidak perlu persiapan panjang untuk melakukannya. Sesuatu yang gampang itu segera dilakukan sepontan.

    Misal kita berpendapat bahwa menendang bola sepak itu sangat gampang. Maka kita tinggal tending itu bola di lapangan menuju gawang sangat gampang tidak perlu belajar bagaimana teknik dan taktik atau jurus jitu menendang bola.

    Seorang siapapun yang mampu menggerakkan kaki, sepelan apapun, pasti akan mampu menendang bola.

    Kita akan kesulitan atau susah menendang bola jika kaki kita sedang berhalangan karena sakit yang tidak memungkinkan kaki kita digunakan untuk kegiatan menendang bola. Di sini dapat kita katakan bahwa menendang bola itu sulit bagi yang tidak punya kemampuan menendang bola.

    Demikian pula, saya sampaikan di sini bahwa Mengarang atau Menulis atau menjadi Pengarang atau Penulis itu hanya gampang bagi kita yang sudah punya kemampuan Menulis atau Mengarang.

    Lalu bagaimana dengan kawan kawan kita atau mereka yang selama ini atau selama hayat dikandung badan sama sekali tidak pernah melakukan kegiatan Menulis dan Mengarang atau mereka yang kebetulan sedang tidak memiliki kemampuan Menulis dan Mengarang? Apakah Menulis dan Mengarang bagi mereka tergolong kegiatan yang gampang?

    Tidak, bukan?

    Jadi sampai di sini, kita sudah tau bahwa orang yang mengatakan Menulis atau Mengarang atau menjadi Penulis atau Pengarang itu gampang adalah akal akalan atau untuk atas nama motifasi tapi abai dengan logika nyata.

    Kita harus mau berani jujur mengatakan bahwa MENULIS ITU TIDAK GAMPANG.

    Jangan menggampangkan sesuatu apalagi sesuatu yang tidak gampang kita lakukan.

    Kita harus berani mengubah logika pemikiran dengan mengatakan :

    "Menjadi Penulis atau menjadi Pengarang atau Menulis dan Mengarang itu Tidak Gampang, tapi saya dan kita harus berusaha untuk membuatnya jadi gampang dengan cara belajar tekun dan berlatih keras tanpa kenal menyerah."

    Menjadi Penulis itu tidak gampang karena ada sarat dan ketentuan tertentu yang harus kita hadapi.

    Bagaimanapun, untuk menjadi apa saja, kita harus memiliki sarat sarat dan ketetntuan tertentu.

    Untuk menendang bola saja yang kelihatan sangat gampang tinggal tending, kita harus memiliki sarat sarat tertentu yaitu dua kaki kita dalam keadaan sehat tidak sedang sakit parah yang menyebabkan dua kaki kita tidak dapat digunakan untuk menendang bola.

    Demikian pula jika kita ingin Menulis atau menuang gagasan ide pemikiran ke dalam bentuk tulisan atau karya tulis. Sungguh bukan perkara atau pekerjaan gampang segampang membalik tangan atau segampang berkata gampang.

    Kalo memang gampang, mana tulisanmu?

    Sementara kita semua manusia sesungguhnya secara fitrah manusia kita semua sudah sejak lahir membawa banyak bakat termasuk bakat Menulis atau Mengarang.

    Kita sebenarnya sejak lahir sudah punya bakat menjadi apa saja termasuk menjadi seorang Penulis atau Pengarang.

    Itu pendapat saya berdasarkan konsep bahwa BAKAT artinya POTENSI. Bahwa setiap manusia lahir sudah dibekali atau dipasang software macem macem dari Alloh SWT termasuk software Menulis dan Mengarang.

    Bukankah setiap manusia punya potensi menjadi apa saja?

    Jika iya, maka, bukankah setiap manusia punya potensi atau bakat menjadi Penulis atau Pengarang?

    Kawan kawan semua harusnya menjawab iya, karena jika menjawab tidak, saya perlu menjelaskannya lebih panjang lagi.

    Saya kasih analogi begini.

    Kita sejak lahir tidak punya kemampuan berlari. Tapi kenapa setelah besar sampai pada usianya kita dapat berjalan lalu berlari dan berlari kencang?

    Itu karena kita sejak lahir sebenarnya sudah punya potensi sebagai Pelari. Kita sudah dibekali software seorang Pelari. Kita sudah dibekali bakat atau potensi kemampuan untuk berlari.

    Hanya ketika lahir kita belum kelihatan bakat berlari itu.

    Lalu bakat berlari kita dibangkitkan atau diasah oleh orang tua kita oleh ibu kita atau yang mengasuh kita hingga kita sampai pada usia mampu berlari.

    Apa artinya? Artinya adalah setiap bakat atau potensi yang kita miliki pada ahirnya harus kita bangkitkan dan kita kembangkan.

    Dari beberapa bakat yang berhasil kita bangkitkan aka nada bakat satu atau beberapa yang kita cenderungi atau minati.

    Maka kemudian muncul orang yang punya MULTI BAKAT.

    Ada seorang Penulis sekaligus Pengarang.

    Ada seorang Guru sekaligus Penulis.

    Ada seorang pedagang atau petani sekaligus punya bakat Menulis dan Mengarang.

    Dan seterusnya.           

    Kita barangkali sulit berjalan atau berlari jika sejak lahir kita ditempatkan disuatu tempat sempit semacam kolong yang tidak punya ruang dan kesempatan mengembangkat bakat lari atau berlatih bagaimana menjadi Pelari.

    Tapi memang ada orang orang yang memiliki BAKAT ALAMI alias mampu membangkitkan sendiri bakat yang dimilikinya sejak lahir.

    Maka ada pemain sepak bola berbakat alami yang langsung lihai tanpa perlu berlatuk keras.

    Ada penulis otodidak alami yang mampu menjadi Penulis atau Pengarang tanpa perlu mengikuti kelas kelas penulisan atau pengarangan.

    Tapi itu kasus langka dan hanya berlaku bagi orang orang tertentu dan kusus.

    Secara umum, seseorang hanya dapat menampilkan BAKAT jika sebelumnya mengikuti serangkaian pelatihan keras dan terarah.

    Demikian pula jika kita ingin menjadi seorang Penulis.

    Sekali lagi, menjadi seorang PENULIS itu TIDAK GAMPANG!

    Ada banyak sarat dan ketentuan yang harus kita patuhi dan kita lengkapi.

    Tidak segampang membalik telapak tangan atau segampang bilang GAMPANG.

    Kalo gampang, kenapa tulisan atau karangan kita melulu itu itu saja?

    Bahkan sebagian kita belum menulis juga?

    BERSAMBUNG

    ======================
    SIWI SANG