Jika kita seorang Blogger mengunggah suatu tulisan di halaman web atau blog pribadi kita yang mengandung seluruh atau sebagian isi tulisan karya blogger lain dan kita tidak menyantumkan nama atau link milik Blogger lain yang kita ambil atau kopas tulisannya, maka kita masuk kategori Blogger Plagiasi atau seorang Blogger yang telah melakukan suatu kopas atau kopi paste tanpa permisi. Itu juga berlaku untuk konten bentuk poto, audio, dan video.Pokoknya kalo kita kopas atau Kopi Paste tanpa permisi dapat dikatakan kita sebagai Blogger Plagiasi.
tulisan Siwi Sang tampil di halaman pertama Google |
Saya tidak sedang ingin menjelaskan makna Plagiasi menurut kebahasaan. Saya hanya ingin menjelaskan makna Plagiasi dalam dunia penulisan Blog para Blogger. Plagiasi Blogger maksudnya adalah kopas atau kopi paste yang dilakukan seorang Blogger atas karya tulis Blogger lain tanpa menyantumkan sumber atau link dalam konten tulisan dan lainnya yang ditampilkan Blogger bersangkutan di halaman web atau Blog pribadinya.
Jika kita seorang Blogger mengunggah suatu tulisan di halaman web atau blog pribadi kita yang mengandung seluruh atau sebagian isi tulisan karya blogger lain dan kita tidak menyantumkan nama atau link milik Blogger lain yang kita ambil atau kopas tulisannya, maka kita masuk kategori Blogger Plagiasi atau seorang Blogger yang telah melakukan suatu kopas atau kopi paste tanpa permisi.
Itu juga berlaku untuk konten bentuk poto, audio, dan video.
Pokoknya kalo kita kopas atau Kopi Paste tanpa permisi dapat dikatakan kita sebagai Blogger Plagiasi.
Kalo dipandang dari etika penulisan, Plagiasi Blogger jelas suatu tindakan buruk menerjang etika dan sudah barang tentu tidak patut kita tiru kecuali kalo kita ingin jadi seorang Blogger Plagiasi.
Sebagai seorang Blogger atau penulis di media web atau blog, kita sangat dibolehkan membuat tulisan yang mengutip karta tulis blogger lain baik sebagian atau seluruh lalu mengunggahnya di web atau Blog dengan catatan HARUS menyantumkan sumber atau link.
Untuk penulisan di Blog, kita tidak perlu terlalu kaku ketika menampilkan sumber reverensi tulisan. Menurut saya, kita seorang blogger dapat mengutip isi buku atau menulis ulang isi buku itu yang kita jadikan reverensi tulisan lalu kita hanya menulis di ahir tulisan: SUMBER BACAAN DARI BUKU ANU.
Kalo dalam penulisan buku, kita ada yang namanya daftar pustaka atau catatan kaki dan catatan ahir.
Kalo dalam penulisan di Blog, kita lebih ENCER saja.
Kalo kopas dari suatu link, kita tampilkan link itu satu kali di ahir catatan.
Tidak perlu menampilkan beberapa kali dalam isi tulisan blog.
Untuk penulisan di Blog, kita tidak perlu terlalu kaku ketika menampilkan sumber reverensi tulisan. Menurut saya, kita seorang blogger dapat mengutip isi buku atau menulis ulang isi buku itu yang kita jadikan reverensi tulisan lalu kita hanya menulis di ahir tulisan: SUMBER BACAAN DARI BUKU ANU.
Kalo dalam penulisan buku, kita ada yang namanya daftar pustaka atau catatan kaki dan catatan ahir.
Kalo dalam penulisan di Blog, kita lebih ENCER saja.
Kalo kopas dari suatu link, kita tampilkan link itu satu kali di ahir catatan.
Tidak perlu menampilkan beberapa kali dalam isi tulisan blog.
Apa susahnya kita seorang blogger menyantumkan atau menampilkan link sumber tulisan dari blogger atau penulis atau sumber lain yang kita kutip atau kopas.
Kita tinggal menulis misal: SUMBER TULISAN DARI, SELENGKAPNYA SILAKAN TENGOK DI...., TULISAN INI SUDAH UNGGAH DI, BAHAN BACAAN.. dan seterusnya.
Dengan kita menyantumkan SUMBER TULISAN dalam tulisan kita yang mengandung tulisan orang lain, pembaca dapat dengan mudah menelusuri sumber rujukan jika suatu ketika tulisan itu berpolemik atau menimbulkan banyak pertanyaan.
Misal ada tulisan kategori SEJARAH yang cukup banyak dikopas para Blogger baik sebagian maupun secara utuh judul SEJARAH RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT YANG DISEMBUNYIKAN PEMERINTAH.
Silakan cari di gogel tulisan dengan judul itu.
Kita akan menyaksikan suatu Plagiasi Blogger.
Tulisan tendensius memojokkan satu pihak dan tidak banyak didukung data sejarah akurat itu diunggah pertama oleh novelis sejarah Damar Shasangka.
Sayangnya banyak orang atau banyak Blogger yang menampilkan tulisan itu di halaman web atau blog pribadinya tanpa menyebutkan sumber awal atau penulisnya. Mereka hanya asal kopas tanpa mengecek lebih jauh isi dan penulisnya.
Meski ada sebagian dari mereka sedikit mengubah judul, isinya tetap dapat dengan mudah diketahui persis sama dengan tulisan yang pertama diunggah Damar Shasangka.
Saya, SIWI SANG, sedang tidak ingin lebih jauh menyoroti isi dari tulisan Dhamar Shasangka yang menurut saya jauh dari kategori tulisan sejarah yang layak menjadi rujukan kajian sejarah Majapahit Ahir.
Saya sudah merekonstruksi sejarah Majapahit Ahir dalam buku tafsir sejarah GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit yang dapat digunakan sebagai perbandingan tulisan judul SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT YANG DISEMBUNYIKAN PEMERINTAH.
Saya sudah merekonstruksi sejarah Majapahit Ahir dalam buku tafsir sejarah GIRINDRA: Pararaja Tumapel-Majapahit yang dapat digunakan sebagai perbandingan tulisan judul SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT YANG DISEMBUNYIKAN PEMERINTAH.
Lagian, berdasarkan penuturan langsung Dhamar Shasangka di beberapa diskusi di grup sejarah media sosial yang juga saya ikuti dan simak, tulisan itu merupakan catatan awal bahan penulisan novel dan sekarang sudah direvisi dalam buku. Hanya sayang, Dhamar Shasangka sengaja tidak merevisi tulisan di blognya yang sudah telanjur menjadi viral, disebar banyak orang atau portal berita tanpa dilakukan pembacaan kritis alias asal kopas.
Pada kesempatan ini saya hanya ingin menyampaikan bahwa para Blogger yang telah mengunggah tulisan dengan judul SEJARAH RUNTUHNYA KERAJAAN MAJAPAHIT YANG DISEMBUNYIKAN PEMERINTAH tanpa menampilkan link atau sumber rujukan adalah masuk kategori Blogger Plagiat atau itu adalah suatu Plagiasi Blogger.
SETOP PLAGIASI BLOGGER!
Jangan jadi Blogger Plagiasi karena akan mengerdilkan kreatifitas dan menerjang tata krama etika dunia Blogging dan penulisan.
Jadilah Blogger yang suka mengembangkan Internet CAKAP [Cerdas, Kreatif, dan Produktif].
Soal Plagiasi Blogger, beberapa tulisan kategori SEJARAH yang saya unggah di web pribadi http://www.siwisangnusantara.web.id/ https://siwisang.wordpress.com/ maupun media digital lainnya seperti http://www.kompasiana.com/siwisang juga tidak luput dari PLAGIASI.
Maksudnya, tulisan saya dikopas orang lain atau Blogger lain tanpa menyantumkan link atau sumbernya.
Seperti contoh, ketika saya ketik kata kunci JAYAKATWANG di mesin pencarian Google, saya menemukan tiga tulisan dengan kata kunci JAYAKATWANG di halaman pertama Google.
Pada Ahad siang, 10/16/2016, saya menemukan tulisan judul GARIS KETURUNAN JAYAKATWANG [11 Maret 2013] dan tulisan judul JAYAKATWANG [8 Maret 2013] berada di halaman pertama Google urutan 2 dan 3.
tulisan SIWI SANG judul JAYAKATWANG di halaman pertama Google |
Kemudian tulisan saya judul JAYAKATWANG SANG PENAKLUK [ 25 Agustus 2013] yang saya unggah di kompasiana juga muncul pada halaman pertama Google urutan 7.
tulisan SIWI SANG judul JAYAKATWANG di halaman pertama Google |
Yang cukup menarik perhatian saya adalah tulisan judul JAYAKATWANG yang diunggah sarubaligh.blogspot.com tanggal 29 Desember 2015.
Tulisan itu ternyata mengandung tulisan saya judul JAYAKATWANG SANG PENAKLUK yang lebih dulu saya unggah di kompasiana pada tanggal 25 Agustus 2013.
Bandingkan dua tulisan berikut ini:
SARUBALIGH.BLOGSPOT.COM:
SARUBALIGH.BLOGSPOT.COM:
Nagarakretagama dan Kidung Harsawijaya menyebutkan Jayakatwang adalah keturunan Kertajaya raja terakhir Kadiri. Dikisahkan pada tahun 1222 Ken Arok mengalahkan Kertajaya. Sejak itu Kadiri menjadi bawahan Singhasari di mana sebagai bupatinya adalah Jayasabha putra Kertajaya. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Sastrajaya menikah dengan saudara perempuan Wisnuwardhana, karena dalam prasasti Mula Malurung Jayakatwang disebut sebagai keponakan Seminingrat (nama lain Wisnuwardhana).Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang.
Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu juga kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat. Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwa Jayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan Seminingrat atau Ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingrat atau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat. Sebagaimana telah dipaparkan, adik kandung Seminingrat adalah Dewi Seruni. Dari prasasti Kudadu diketahui Jayakatwang memiliki putra bernama Ardharaja, yang menjadi menantu Kertanagara.
Jadi, hubungan antara Jayakatwang dengan Kertanagara adalah sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan.
Hal ini sangatlah wajar ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah. Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga. Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan. Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja.
Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja, Sri Maharaja Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. http://sarubaligh.blogspot.co.id/2013/11/jayakatwang.html
SIWI SANG KOMPASIANA:
Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu sekaligus kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat. Kiranya hubungan kekeluargaan Seminingrat dengan Jayakatwang atau hubungan uwa dengan keponakan lebih berasal dari garis perempuan bukan dari garis lelaki dan lebih berasal dari garis adik kandung perempuan ketimbang adik tiri perempuan. Meski tidak tertutup kemungkinan ibu Jayakatwang adik tiri Seminingrat, tetapi lebih besar kemungkinan adik kandung. Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwaJayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan SeminingratatauIbu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingratatau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat pada 1255M. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat. Menjadi kewajaran ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah. Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga. Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan. Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja. Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja pada tahun 1255M, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. Sampai disini diketahui Jayakatwang adalah adik sepupu Nararya Turukbali dan Kertanagara, keponakan langsung Seminingrat, cucu Sang Anusapati, dan keturunan ketiga pasangan Tunggul Ametung dan Kendedes. http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu sekaligus kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat. Kiranya hubungan kekeluargaan Seminingrat dengan Jayakatwang atau hubungan uwa dengan keponakan lebih berasal dari garis perempuan bukan dari garis lelaki dan lebih berasal dari garis adik kandung perempuan ketimbang adik tiri perempuan. Meski tidak tertutup kemungkinan ibu Jayakatwang adik tiri Seminingrat, tetapi lebih besar kemungkinan adik kandung. Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwaJayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan SeminingratatauIbu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingratatau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat pada 1255M. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat. Menjadi kewajaran ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah. Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga. Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan. Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja. Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja pada tahun 1255M, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. Sampai disini diketahui Jayakatwang adalah adik sepupu Nararya Turukbali dan Kertanagara, keponakan langsung Seminingrat, cucu Sang Anusapati, dan keturunan ketiga pasangan Tunggul Ametung dan Kendedes.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu sekaligus kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat. Kiranya hubungan kekeluargaan Seminingrat dengan Jayakatwang atau hubungan uwa dengan keponakan lebih berasal dari garis perempuan bukan dari garis lelaki dan lebih berasal dari garis adik kandung perempuan ketimbang adik tiri perempuan. Meski tidak tertutup kemungkinan ibu Jayakatwang adik tiri Seminingrat, tetapi lebih besar kemungkinan adik kandung. Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwaJayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan SeminingratatauIbu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingratatau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat pada 1255M. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat. Menjadi kewajaran ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah. Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga. Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan. Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja. Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja pada tahun 1255M, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. Sampai disini diketahui Jayakatwang adalah adik sepupu Nararya Turukbali dan Kertanagara, keponakan langsung Seminingrat, cucu Sang Anusapati, dan keturunan ketiga pasangan Tunggul Ametung dan Kendedes.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456
Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu sekaligus kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat. Kiranya hubungan kekeluargaan Seminingrat dengan Jayakatwang atau hubungan uwa dengan keponakan lebih berasal dari garis perempuan bukan dari garis lelaki dan lebih berasal dari garis adik kandung perempuan ketimbang adik tiri perempuan. Meski tidak tertutup kemungkinan ibu Jayakatwang adik tiri Seminingrat, tetapi lebih besar kemungkinan adik kandung. Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwaJayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan SeminingratatauIbu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingratatau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat pada 1255M. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat. Menjadi kewajaran ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah. Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga. Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan. Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja. Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja pada tahun 1255M, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. Sampai disini diketahui Jayakatwang adalah adik sepupu Nararya Turukbali dan Kertanagara, keponakan langsung Seminingrat, cucu Sang Anusapati, dan keturunan ketiga pasangan Tunggul Ametung dan Kendedes.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Dalam prasasti Mula Malurung, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut Sri Jayakatwang sebagai menantu sekaligus kemenakannya. Sebagai menantu karena Sri Jayakatwang berpermaisuri putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali, rajamuda Gelang-Gelang sejak 1255M. Sebagai kemenakan karena ibu Sri Jayakatwang adalah adik Seminingrat. Kiranya hubungan kekeluargaan Seminingrat dengan Jayakatwang atau hubungan uwa dengan keponakan lebih berasal dari garis perempuan bukan dari garis lelaki dan lebih berasal dari garis adik kandung perempuan ketimbang adik tiri perempuan. Meski tidak tertutup kemungkinan ibu Jayakatwang adik tiri Seminingrat, tetapi lebih besar kemungkinan adik kandung. Ketegasan Seminingrat menyebutan kemenakan kepada Jayakatwang dalam Prasasti Mula Malurung cenderung mengartikan bahwaJayakatwang putra kandung dari adik kandung perempuan SeminingratatauIbu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Seminingratatau putri kandung Sang Anusapati sehingga sangat layak disebut dengan tegas dalam prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat pada 1255M. Karena merupakan putra dari adik kandung perempuannya, maka kelak Seminingrat tidak ragu menjodohkan Jayakatwang dengan putri bungsunya Nararya Turukbali, yuwaraja Gelang-Gelang. Sekali lagi ibu kandung Jayakatwang adalah adik kandung Maharaja Seminingrat. Menjadi kewajaran ketika seorang raja mengikat tali keluarga dengan menjodohkan keturunannya dengan keturunan saudara kandungnya sendiri. Hal itu dilakukan supaya darah keturunan raja tidak pergi kemana-mana, masih tetap dalam satu keluarga atau setidaknya garis keturunan seorang raja tetap utuh menurun sampai bawah. Ini pula yang kemudian dilakukan Maharaja Seminingrat ketika menduduki tahta Tumapel yang kemudian berbesanan dengan dengan adik kandung perempuannya. Terjadi pernikahan sesama cucu Sang Anusapati. Putri Seminingrat bernama Nararya Turukbali menikah dengan Jayakatwang, putra adik kandung perempuan Seminingrat. Nararya Turukbali dan Jayakatwang saudara sepupu juga. Pernikahan seperti itu pernah pula dilakukan moyangnya Erlangga yang menikah dengan kakak sepupunya atau dengan Dewi Laksmi, putri kedua Dharmawangsa, raja Medang Watan. Pernikahan antar saudara sepupu juga dilakukan Seminingrat sendiri. Seminingrat menikah dengan adik sepupunya bernama Waning Hyun, putri sulung Mahisa Wonga Teleng. Mahisa Wonga Teleng adalah paman Seminingrat. Dapat dikatakan Seminingrat mengikuti langkah yang ditempuh ayahnya Sang Anusapati yang berbesanan dengan adik seibunya Mahisa Wonga Teleng. Jika ayahnya berbesanan dengan adik sepupu seibu beda ayah, Seminingrat berbesanan dengan adik kandung sendiri, menjodohkan putrinya Nararya Turukbali dengan kemenakannya Sri Jayakatwang. Tetapi bagaimanapun juga semua perkawinan antar saudara itu bertujuan untuk menjaga keaslian darah keluarga raja. Sangat pantas pula ketika mengeluarkan piagam kerajaan pemganugerahan desa Mula Malurung kepada Sang Pranaraja pada tahun 1255M, Maharaja Tumapel Seminingrat menyebut dengan tegas bahwa Sri Jayakatwang adalah menantu sekaligus kemenakannya. Menegaskan kembali bahwa Nararya Turukbali dan Sri Jayakatwang adalah sama-sama cucu sang Anusapati, ayahanda Seminingrat, yang sepantasnya mendapat kedudukan bagus di dalam keluarga raja. Sampai disini diketahui Jayakatwang adalah adik sepupu Nararya Turukbali dan Kertanagara, keponakan langsung Seminingrat, cucu Sang Anusapati, dan keturunan ketiga pasangan Tunggul Ametung dan Kendedes.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/siwisang/jayakatwang-sang-penakluk_552c1a646ea8340a588b456a
Blog sarubaligh.blogspot.com telah melakukan plagiasi tulisan saya di kompasiana maupun di www.siwisangnusantara.web.id karena dalam tulisan yang diunggah dengan judul JAYAKATWANG menampilkan tulisan saya tanpa menyebut sumber atau link tulisan.
Apa susahnya menyantumkan sumber tulisan?
Ternyata bagi Blogger Plagiat, menyantumkan sumber tulisan atau link tulisan yang dikopas, merupakan suatu pekerjaan yang tidak gampang.
Untuk blog sarubaligh.blogspot.com, saya tidak begitu menyoal lebih jauh. Saya berterima kasih karena ulasan saya atau tafsir bari sejarah JAYAKATWANG yang saya tulis semakin tersebar luas dibaca banyak orang. Hanya memang akan lebih etis jika menyantumkan sumber tulisan.
Jika suatu saat sarubaligh.blogspot.com membaca Catatan SIWI SANG ini, saya berharap dia merevisi tulisannya dan menambahkan link tulisan yang jadi sumber rujukan.
Jika suatu saat sarubaligh.blogspot.com membaca Catatan SIWI SANG ini, saya berharap dia merevisi tulisannya dan menambahkan link tulisan yang jadi sumber rujukan.
Maraknya Plagiasi Blogger, semoga menjadikan kita para Blogger lebih jeli, hati hati, dan cerdas.
Barangkali saja, saya juga tidak luput dari unsur plagiasi ketika menulis di blog.
Tapi seingat saya, ketika menmpilkan tulisan orang lain atau dari blog lain ke blog pribadi saya, saya selalu menyempatkan diri menyebut sumber tulisan atau link tulisan sebagaimana dapat kita temukan di blog ini kategori LITERATUR.
Tulisan kategori SEJARAH yang saya tulis atau unggah di web atau blog pribadi saya juga banyak ditampilkan di web atau blog lain tapi dilengkapi sumber reverensi atau link atau masih menyantumkan SIWI SANG sebagai penulisnya. Ini yang perlu kita contoh karena bukan merupakan bentuk Plagiasi Blogger.
Seperti tulisan saya judul APAKAH MAULANA MALIK IBRAHIM BERHUBUNGAN DENGAN PRASASTI PATAPAN? yang saya unggah di: http://www.siwisangnusantara.web.id telah diunggah oleh http://www.atlaswalisongo.com
Dalam tulisan itu saya juga mengutip tulisan kyai AGUS SUNYOTO dari buku ATLAS WALISONGO.
Demikian catatan SIWI SANG hari kini.
Tulisan kategori SEJARAH yang saya tulis atau unggah di web atau blog pribadi saya juga banyak ditampilkan di web atau blog lain tapi dilengkapi sumber reverensi atau link atau masih menyantumkan SIWI SANG sebagai penulisnya. Ini yang perlu kita contoh karena bukan merupakan bentuk Plagiasi Blogger.
Seperti tulisan saya judul APAKAH MAULANA MALIK IBRAHIM BERHUBUNGAN DENGAN PRASASTI PATAPAN? yang saya unggah di: http://www.siwisangnusantara.web.id telah diunggah oleh http://www.atlaswalisongo.com
Dalam tulisan itu saya juga mengutip tulisan kyai AGUS SUNYOTO dari buku ATLAS WALISONGO.
tulisan SIWI SANG judul APAKAH MAULANA MALIK IBRAHIM BERHUBUNGAN DENGAN PRASASTI PATAPAN? tampil di halaman pertama Google |
Demikian catatan SIWI SANG hari kini.
AYOK SETOP PLAGIASI BLOGGER.
===========
SIWI SANG
10/16/2016
Featured Post
Tafsir Sejarah Lumajang Kesultanan Islam Tertua di Jawa Harus Dikaji Ulang
Social Counter