Desa Ledokombo kecamatan Ledokombo Jember Jawa Timur mendapat kado
istimewa ahir tahun 2015. Daerah pelosok di lereng gunung Raung yang
mayoritas penduduknya etnis Madura, pada Sabtu silam, 19/12, kena
kunjungan Anies Baswedan. Kunjungan itu bertepatan dengan perhelatan
Festival Egrang ke-6 merayakan Hari Buruh Migran Sedunia dan Hari Ibu.
Festival Egrang ke-6 Tanoker Ledokombo Jember |
Festival Egrang merupakan kegiatan yang digagas pasangan kreatif,
Supo Raharjo dan Farha Ciciek. Pasangan ini adalah pengasuh Komunitas
Tanoker, satu komunitas yang bergiat dibidang seni, budaya, social, dan
literasi. Tanoker adalah istilah Bahasa Madura yang artinya kepompong.
Malam ketika itu tidak jatuh hujan. Festival Egrang ke-6 di Tanoker
diikuti 50 grup. Sebelum para peserta bergiliran menampilkan atraksi
berjalan dan menari dari garis start sampai finis, Anies Baswedan
beserta rombongan bergerak mengunjungi tiap stan pameran di sepanjang
jalan lokasi festival. Beberapa kesempatan, berhenti bersalaman dan
berdialog dengan para pengunjung yang memadati kanan dan kiri jalan.
Pengawalan terlihat sangat longgar, nyaris tanpa halangan berarti bagi
warga berselfie bersama bapak menteri.
Sudah barang tentu, poto bersama tokoh nasional, menjadi perkara
wajib bagi sebagian warga. Apalagi Anies Baswedan tanpa sungkan larut
bergembira selfie bersama mereka. Bagi warga desa, kesempatan seperti
itu sangat jarang terjadi.
Anies Baswedan juga sempat minum jamu yang tersedia di salah satu
stan pameran. Menjadi bentuk dukungan dan ajakan kepada masarakat untuk
gemar minum jamu racikan rakyat.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 20 menit bergembira bersama warga,
selanjutnya Anies Baswedan naik panggung festival, menyampaikan pidato
tanpa teks. Alunan musik jimbe yang dimainkan anak anak Tanoker, segera
berhenti.
Egrang, menurut menteri, merupakan satu permainan tradisi yang penuh
nilai filosofis penting. Ia mengajarkan keseimbangan. Tapi yang lebih
penting lagi adalah kesetimbangan yang dilakukan sambil berjalan. Egrang
tak bisa hanya diam, harus selalu bergerak melangkah.
Pada malam itu Anies Baswedan berharap, anak anak yang bermain egrang
tidak hanya melestarikan dan mengembangkan budaya tradisi, tetapi juga
membangun karakter untuk bisa menyeimbangkan dan selalu bergerak maju ke
depan.
Anies Baswedan bercerita pernah datang ke komunitas Tanoker 4 tahun
silam melihat dari dekat Festival Egrang. Ia berkata, lokasinya boleh di
kampung, tetapi standarnya tidak kampungan. Tanoker memiliki wawasan
global, warganya sadar budaya dan sadar warga dunia.
Anies Baswedan di panggung Festival Egrang ke-6 Tanoker Jember |
Setelah berpidato di atas panggung, Anies Baswedan dan rombongan,
menuju salah satu tenda di tepi jalan yang berisi para tamu VIP,
bersebelahan dengan salah satu tenda dewan juri. Di sana Anies Baswedan
dan rombongan, didampingi Supo Raharjo dan mbak Farha Ciciek dari
Tanoker, juga kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Jember,
serta beberapa pejabat lainnya dari Dinas Pariwisata Jember, menyaksikan
atraksi egrang yang ditampilkan anak anak sekolah dan komunitas luar
sekolah. Anis Baswedan hanya berkesempatan menikmati atraksi egrang
sampai penampilan grup kelima. Selanjutnya bersama rombongan
meninggalkan lokasi festival.
Sebelum meninggalkan lokasi festival, Anies Baswedan mendapat
kenang kenangan dari mbak Farha Ciciek, berupa miniature pemain egrang
bambu.
Anies Baswedan dan Supo Raharjo di Festival Egrang ke-6 Tanoker Jember |
Supo Raharjo ketua penyelenggara festival menyampaikan, melalui
Festival Egrang, Tanoker Ledokombo ingin menjadi wilayah ramah anak.
Selain itu juga menjadi ajang promosi wisata. Tanoker Ledokombo punya
potensi budaya yang dapat diangkat untuk mendukung pengembangan Kampung
Wisata Belajar.
Melalui Festival Egrang, kata Supo Raharjo, dapat pula menjadi ajang
silaturahmi atau tempat kumpul kawan kawan komunitas dari berbagai
daerah berbagi pengalaman dan kegiatan di tempat masing masing.
Supo Raharjo menyampaikan, Festival Egrang merupakan acara tahunan.
Sebelumnya berlangsung tiap bulan Agustus dan dihelat siang hari. Tetapi
tahun 2015 berlangsung malam hari pada bulan Desember. Pergantian waktu
itu setelah mendapat berbagai masukan dari para kepala sekolah di
wilayah Ledokombo yang menginginkan festival berlangsung pada liburan
sekolah.
Kunjungan Anies Baswedan dalam Festival Egrang ke-6 yang digagas
komunitas Tanoker, menurut Supo Raharjo, berperan besar memberikan
dorongan semangat baru kususnya kepada anak anak Tanoker dan Ledokombo
untuk terus berkreasi, memiliki kepercayaan diri mengembangkan segala
potensi.
Sebelum mengunjungi Tanoker, Anies Baswedan hadir di GOR Jember,
Sabtu pagi, membuka pencanangan Jember Membaca untuk Gerakan Indonesia
Membaca. Kunjungan itu sebagai bentuk dukungan pemerintah RI kepada
kabupaten Jember dalam menuntaskan persoalan Tuna Aksara yang pada tahun
2015 masih tertinggi di Indonesia.
tulisan sudah diunggah di: http://www.inioke.com/berita/seni-budaya/seni-dan-budaya/8682/28/12/2015/anies-baswedan-egrang-mengajarkan-keseimbangan
No comments:
Post a Comment