Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Friday, March 25, 2016

    REYOG KENDANG TULUNGAGUNG PECAH REKOR MURI DUNIA |1|



    Kabupaten Tulungagung Jawa Timur memiliki satu seni tradisi asli dan unik bernama Reyog Kendang Tulungagung. Seni tradisi ini menggunakan alat musik utama berupa kendang satu membran yang dikenal sebagai dhogdhog.


    Berdasarkan pakem, satu grup Reyog Kendang Tulungagung terdiri dari enam pemain atau kelipatannya yang berperan sebagai penari sekaligus penabuh kendang. 

    Selain itu masih ada ketambahan tiga pengiring musik penabuh gong, kenong, dan selompret yang tidak ikut menari.

    Dalam rangka perayaan jelang Hari Jadi Tulungagung ke-810, hari ini, Kamis, 12/11, sekitar 2300 pemain Reyog Kendang Tulungagung siap unjuk kreasi tampil bersama di pelataran GOR Lembu Peteng Tulungagung. 

    Pagelaran masal ini akan dicatat oleh Museum Rekor Indonesia [MURI] sebagai pemecahan rekor nasional penabuh kendang terbanyak.

    Pagelaran Reyog Kendang Tulungagung secara masal ini sudah mendapat sentuhan kreasi music dan gerak dari koreografer Tulungagung Bimo Wijayanto.

    Dua panggung berisi alat music gamelan akan menambah daya kekuatan suara music mengiringi para pemain kendang yang berasal dari sekolah mulai SD sampai SMA seluruh Tulungagung.


    Saat hadir dalam gladi resik, Rabu, 11/11, Suharno, Mpd. MM, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tulungagung menyampaikan, prakarsa kegiatan tersebut adalah bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE, Msi. Pihaknya bertugas sebagai pelaksana kegiatan pagelaran bertajuk Parade 2000 Penari Reyog Kendang Tulungagung.

    Lihat Video youtube Siwi Sang: 

    https://www.youtube.com/watch?v=78x8OkJzFIY&list=UUckOsbgWo1DzuL5GYOjG52g&index=13
     


    Bimo Wijayanto Koreografer Tulungagung
    Suharno, Mpd. MM, kepala Dinas P&K Tulungagung [tengah]
     
    Suharno menyampaikan, persiapan sampai gladi resik telah dilakukan selama sebulan. Diawali dengan memanggil para pelatih dari tiap kecamatan untuk menyamakan irama dan gerak tari. Selama dua minggu mereka melatih di masing masing kecamatan. 

    Dan sejak Ahad kemarin, 8/11, seluruh pemain dipanggil ke kabupaten untuk pelatihan secara menyeluruh. 

    Menurutnya, yang hadir sejumlah 2300 pemain Reyog Kendang Tulungagung.
    Suharno bersyukur karena pada gladi resik, segala gerak, pola, dan formasi yang sudah ditentukan dapat dilaksanakan dengan baik.

    Rencananya, seluruh pemain Reyog Kendang Tulungagung yang siap mengguncang bumi Tulungagung mulai persiapan sejak jam 12.00 siang hari ini. 

    Jam 13.00, acara resmi dimulai. 

    Perhelatan spetakuler ini bakal dibuka resmi oleh bupati Tulungagung. 

    Undangan VIP ada sekitar 500 terdiri dari seluruh kepala SKPD pemkab Tulungagung, seluruh camat, seluruh kepala sekolah, para tokoh seni budaya, serta panitia hari jadi Tulungagung.

    Masing masing sekolah yang mengirimkan grup Reyog Kendang Tulungagung dalam pesta rakyat ini juga akan menjadi supporter heroic dengan membawa bendera plastic merah putih yang harus dikibarkan sepanjang pertunjukkan.

    Setelah seluruh pemain unjuk kreasi di pelataran GOR Lembu Peteng, mereka akan melakukan arak arakan keluar jalan raya Tulungagung-Trenggalek menuju area Jogging Trek di tepi sungai Ngrowo yang jaraknya dari lokasi awal sekitar 800 meter. 

    Ogoh Ogoh raksasa brewok ukuran tinggi sekitar 4 meter sedang menabuh kendang, tampil paling depan digotong 18 lelaki dewasa.

    Suharno menyampaikan, di Tulungagung terdapat sekitar 586 grup Reyog Kendang Tulungagung berasal dari sekolah dan komunitas. 

    Untuk perhelatan hari ini, yang bakal turun menampilkan kebolehan bermain reyog kendang hanya dari kalangan sekolah mulai SD, SMP, dan SMA.

    Pemecahan rekor MURI Reyog Kendang Tulungagung 2015, menurut Suharno, merupakan satu upaya nyata untuk pengembangan seni tradisi. Harapannya, seni tradisi asli Tulungagung semakin dicintai masyarakat.

    Perhelatan yang menampilkan ribuan pemain Reyog Kendang Tulungagung juga sebagai upaya untuk membumikan seni tradisi ini sebagai milik Tulungagung. (SIWI SANG, Tulungagung)

    No comments:

    Post a Comment