penulisan sejarah tidak berahir tanda titik |
Kerajaan Medangkamulan diperintah oleh seorang raja muda yang masih keturunan raja Jenggala Manik pada tahun Jawa 1162.
Raja
Medangkamulan ini semula bernama sri baginda Surya Amiluhur dan setelah
menjadi raja bergelar sri baginda Panji Mahesa Tandreman. Dalam
memegang tampuk pemerintahan, beliau didampingi oleh bekas pamannya
ketika di Jenggala, yang atas perkenan beliau diangkat menjadi patih dan bernama Ujungkelang.
Sri
baginda Panji Mahesa Tandreman mempunyai permaisuri yang cantik jelita
bernama Dewi Puspitasari yang kemudian berganti nama menjadi Dewi
Condrosari. Dewi Condrosari ini adalah bekas ratu Medangkamulan.
Ketika
Medangkamulan diperintah oleh seorang ratu, ada larangan buat semua
punggawa laki laki untuk tinggal di dalam kota. Tetapi setelah
pemerintahan sri baginda Panji Mahesa Tandreman, semua punggawa tersebut
dipanggil kembali dan diberi jabatan seperti semula yaitu Wasi
Linggahyang diangkat menjadi brahmana istana dengan nama resi
Linggahyang. Datuk Ujungkelang diangkat menjadi patih dengan gelar
Adipati Ujungkelang, dan putra patih Ujungkelang, Ujungwalepa, diangkat
menjadi punggawa dengan nama harya Ujungwalipa.
Semua
kerajaan yang semula di bawah pemerintahan Medangkamulan, setelah
mendapat surat pemberitahuan, maka mereka dengan sendirinya ada di bawah
perintah sri baginda Panji Magesa Tandreman. Tiap tahun mereka
menghaturkan bulu bekti dan rakyat bertugas menambah penghasilan,
sehingga kerajaan makin bertambah sejahtera.
Pada suatu
hari, Sri Baginda berkenan mengadakan pertemuan istimewa dengan para
nayakapraja dan tamtama. Dalam pertemuan ini, Sri Baginda menyatakan
keinginannya untuk membangun kerajaan Medangkamulan seperti kerajaan
Jenggala. Keinginan Sri Baginda itu disetujui oleh patih dan nayakapraja
lainnya.
Kemudian, Sri Baginda memerintahkan patih,
para nayakapraja, tamtama, dan rakyat untuk memulai mengerjakan
pembangunan di bawah pimpinan patih Ujungkelang dan Ujungwalepa.
Maka mulailah mereka mengerjakan pekerjaan yang besar itu, siang malam terus menerus.
Tidak
lama kemudian yakni pada tahun Jawa 1163, selesailah pembangunan itu
dan hasilnya sungguh memuaskan, karena dapat persis dan tepat seperti
bangunan kerajaan Jenggala.
Setelah pembangunan itu selesai, kerajaan Medangkamulan diganti namanya menjadi kerajaan PAJAJARAN.
==============
SIWI SANG
Kisah
ini merupakan permulaan dari cerita dalam buku Raja Wasana dan masih
merupakan lanjutan cerita dalam buku Mahakrama yang dikarang Mpu
Adilangu dari Pajajaran dan ditulis atas perintah raja Mundingsari pada
tahun 1194 atau tahun Jawa 1230.
[Diambil utuh dari
saduran naskah Banjaransari jilid I terbitan Balai Penelitian Sejarah
dan Budaya, Departemen P dan K Yogyakarta, 1979-1980]
No comments:
Post a Comment