Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Wednesday, September 2, 2015

    SAJAK HAMPIR MATINYA KENTRUNG TULUNGAGUNG DI KORAN PAGI

    Mbok Gimah tampil di Balai Budaya Tulungagung
    kubaca koran pagi sore ini menyimak satu berita tentang kentrung tulungagung yang hampir mati. aku berulang membaca menyimak saksama benarkah berita yang kubaca di koran pagi sore ini. benarkah kentrung tulungagung hampir mati. benarkah. oh ternyata benar berita koran pagi bahwa kentrung tulungagung hampir mati. kentrung tulungagung hampir dikebumikan di kota ini. tanpa perayaan. tanpa hiasan. mendadak aku teringat pada mbok gimah satu satunya dalang kentrung tulungagung yang di kotanya sendiri jarang manggung. mbok gimah yang berkelana ke luar kota mencari dan dicari penanggap dan penonton. aku juga teringat pada suatu malam dalam perjalanan pulang menonton mbok gimah di balai budaya bertemu seorang kawan dan ia bertanya kepadaku baru dari mana dan kujawab baru menonton kentrung tulungagung mbok gimah dan selanjutnya kawanku kembali berkata apa enaknya nonton kentrung dan apa yang dicari dari tontonan kentrung tulungagung. aku diam bisu beberapa saat tak mampu berkata kata dan aku tak ingin berdebat panjang sebab ketika itu malam hampir pagi. aku pulang dan berniat suatu ketika akan menulis sajak tentang sunyi dan hampir matinya kentrung tulungagung. tetapi belum juga kutulis sejudul sajak itu sore ini aku sudah membaca sajak hampir matinya kentrung tulungagung di koran pagi.

    SIWI SANG
    1/9/2015

    No comments:

    Post a Comment