Berikut ini daftar prasasti di Tulungagung Jawa Timur. Selain prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan membicarakan wilayah Tulungagung, ada juga beberapa prasasti yang ditemukan di luar Tulungagung, tetapi menyinggung dan dikeluarkan untuk wilayah Tulungagung.
Prasasti yang ditemukan di luar Tulungagung tetapi menyinggung keberadaan beberapa wilayah di Tulungagung antaranya Prasasti Mula Malurung 1255M.
Prasasti yang ditemukan di luar Tulungagung tetapi
dikeluarkan untuk daerah di Tulungagung antaranya Prasasti Sorandakan atau
Prasasti Waringin Pitu yang dikeluarkan Raja Majapahit Wijaya Parakrama
Wardhana dyah Kertawijaya pada tahun 1447M. Prasasti tembaga ini pertama
ditemukan di Sorandakan Trenggalek.
Prasasti batu berangka tahun 898M. Bahasa Jawa Kuna.
Dikeluarkan oleh Raja Balitung.
[2] Prasasti Kubu Kubu 17 Oktober 905M
Prasasti Kubu Kubu dikeluarkan maharaja Medang i Poh
Pitu, Sri maharaja Sri Dharmodaya Rakryan Watukura Haji Balitung pada tahun
saka 817 atau tanggal 17 Oktober 905M. Menurut ahli Epigrafi nasional Boechari
dan Damais penemuan pertama prasasti yang terdiri dari 6 lempeng tembaga ini di
areal situs candi Penampihan, Sendang, Tulungagung. Tapi kemudian, prasasti ini
berada di daerah Malang.
Prasasti bertarikh 905M dikeluarkan sebagai anugerah
raja kepada beberapa daerah di wilayah Kubu Kubu. Terdapat beberapa tokoh lokal
yang mendapat anugerah dari kerajaan. Salah satu tokoh yang dapat dikaitkan
dengan wilayah di Tulungagung sekarang adalah Dapu Antyanta Rama Matuha i
Panjora atau tetua desa Panjora.
Di kecamatan Pagerwojo Tulungagung yang berbatasan
langsung dengan kecamatan Sendang di lereng gunung Wilis, sekarang terdapat
satu desa bernama PENJOR. Jika benar bahwa Prasasti Kubu Kubu bertarikh 905M
dikeluarkan maharaja Haji Balitung untuk daerah Penampihan dan sekitarnya,
kemungkinan besar nama PANJORA merupakan nama arkhais atau nama kuna dari desa
yang sekarang bernama PENJOR, kecamatan Pagerwojo, Tulungagung.
Keberadaan desa Penjor semakin menguatkan pendapat
bahwa Prasasti Kubu Kubu pertama ditemukan di areal situs candi Penampihan Tulungagung. http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/07/tafsir-baru-sejarah-tulungagung.html
Cuplikan Prasasati Kubu Kubu: …rama tpi
siring pinaka saksi winkas i batwan sang jara wineh wdihan 1 ku 2 panjurwan i
brasahan sang gadanan wineh wdihan 1 ku 2 winkas sang kudang winaih wdihan 1 ku
2 tuha banwa sang wisat wineh wdihan 1 gusti sang sahan wineh wdihan 1 winkas i
kubu kubu sang budunuh winaih wdihan 1 ku 2 rama matuha dapu tapel wineh wdihan
1 ku 2 hulu wwatan i tal tal dapu mantuni wineh wdihan 1 ku 2 winkas iy unggah
sri sang suddhini wineh wdihan 1 ku 2 dapu pageh rama matuha i kasukhan wineh
wdihan 1 ku 2 dapu atyanta rama matuha i panjora mwang sang timbun wineh wdihan
1 ku 2...
[3] Prasasti Padlegan I 1038C/11 Januari 1116M
Pada tahun 1038C/1116M, maharaja Panjalu Kadiri Sri
Maharaja Rake Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwanatustikarana
Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjatottunggadewa mengeluarkan prasasti
yang dikenal sebagai Prasasti Padlegan I. Dinamakan Prasasti Padlegan I
karena terdapat dua prasasti yang dikeluarkan untuk wilayah Padlegan. Dalam
Prasasti Padlegan I menyebutkan nama nama daerah yang sama dengan yang
tercantum dalam Prasasti Padlegan II. Sementara Prasasti Padlegan II
berkaitan dengan wilayah Tulungagung sekarang. Dengan demikian, Prasasti
Padlegan I dapat digunakan untuk merekonstruksi sejarah Tulungagung.
Menurut buku SNI 2, Prasasti Padlegan I berisi
anugerah maharaja Bameswara kepada penduduk desa Padlegan dan sewilayahnya
termasuk daerah Kalang, Kalagen, Kabanyagan berupa ketetapan daerah tersebut
sebagai sima swatantra. adapun sebab keluarnya anugerah itu karena penduduk
desa Padlegan telah berjasa pada raja mempertaruhkan jiwa raga demi kemenangan
raja dalam peperangan dan karena berhasil menjadi pasukan pelindung raja.
Penduduk desa Padlegan menyampaikan permohonan
kepada raja melalui perantara bernama Sang Juru pangjalu Mapanji
Tutusingrat.
[4] Prasasti Candi Tuban 17 Mei 1129M/1051C
Sri Maharaja Rake Sirikan Sri Bameswara
Sakalabhuwanatustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjatottunggadewa pada
tahun saka 1051/1129M kembali mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai
Prasasti Candi Tuban. Prasasti ini tertulis pada batu dan menggunakan bahasa
Jawa Kuna. Sekarang Prasasti Candi Tuban tersimpan di Museum Nasional
Jakarta. Dinamakan Prasasti Tuban karena pertama ditemukan berada di areal
candi Tuban, dusun Tuban, desa Domasan, kecamatan Kalidawir, Tulungagung. Jadi
bukan kabupaten Tuban Jawa Timur yang berada di pesisir utara. Adapun
Candi Tuban berada dekat Candi Mirigambar, dusun Gambar, desa Mirigambar,
kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Sekarang Candi Tuban sudah lenyap tinggal
pondasi dan beberapa batu saja yang berada di pemukiman warga. http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/04/menguak-kabut-sejarah-situs-candi.html
[5] Prasasti Karang Reja 1134/5M
Prasasti yang tertulis pada arca Ganesa. Berbahasa
Jawa Kuna. Angka tahun 1134/5M. Dikeluarkan oleh Sri maharaja Rake Sirikan Sri
Bameswara Sakalabhuwana tustikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama
Digjatottunggadewa.
[6] Prasasti Pikatan II/Padlegan II 1081C/23 September
1159M
Sri maharaja Rakai Sirikan Sri Sarwweswara
Janarddhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama
Digjayottunggadewanama mengeluarkan prasasti pada tahun saka 1081 atau 23
September 1159M yang dikenal sebagai Prasasti Pikatan atau Prasasti Padlegan
II. Prasasti batu dan berbahasa Jawa Kuna ini, berdasarkan laporan pertama
ditemukan di desa Pinggir Sari, distrik Tulungagung. Sekarang Prasasti
Padlegan II berada di Museum Wajakensis Tulungagung. Yang cukup
menarik perhatian, dalam Prasasti Padlegan II 1159M muncul satu nama daerah
bernama Tulung Molih. Apakah Tulung Molih merupakan nama kuna dari Tulung
Agung, perlu kajian lebih lanjut. Yang pasti prasasti ini diberikan untuk
daerah di Tulungagung. Sebelumnya, pada tahun 1038C/1116M, raja Bameswara
mengeluarkan prasasti yang dikenal sebagai Prasasti Padlegan I. Dalam Prasasti
Padlegan I menyebutkan nama nama daerah yang sama dengan yang tercantum dalam
Prasasti Padlegan II. Sri Maharaja Rakai Sirikan
Sri Sarwweswara masih
mengeluarkan satu prasasti lagi di daerah Blitar sekarang yang bernama Prasasti
Kahyunan 1082C/ 3 September 1169M.
[7] Prasasti
Sapu Angin 1190M
Pada tahun 1190M
terbit prasasti bertanda lanchana raja Srengga. Prasasti batu berbahasa Jawa
Kuna ini dikenal sebagai Prasasti Sapu Angin. terdapat penelitian sejarah dari
Boechari bahwa saat mengeluarkan prasasti Sapu Angin, Raja Srengga
Kertajaya masih bersetatus sebagai putra mahkota. Prasasti Sapu Angin sekarang disimpan
di Museum Nasional Jakarta.
[8] Prasasti
Kamulan 31 Agustus 1194M
Prasasti batu
berangka tahun 1194M. Bahasa Jawa kuna. Prasasti ini sekarang berada di
Kamulan, Durenan, Trenggalek. Tapi pada saat ditemukan, dilaporkan prasasti ini
berada di Tulungagung. Sebelum masuk wilayah Trenggalek, daerah Kamulan pernah
masuk wilayah Tulungagung. Dikeluarkan oleh maharaja Panjalu Kadiri Sri
Kertajaya. Disebutkan dalam prasasti bahwa raja Kertajaya tersingkir dari
istana Kadiri akibat serbuan musuh dari arah timur. Tentunya penyerbuan itu terjadi
sebelum keluar Prasasti Kamulan. Sebagaimana disampaikan buku Sejarah Nasional
Indonesia [SNI], Prasasti Kamulan dikeluarkan Kertajaya setelah adanya
permohonan dari para samya haji Katandan Sakapat yang telah ikut berjuang
mengembalikan raja ke singgasana di Kediri akibat serbuan musuh dari timur. Prasasti ini memuat keterangan bahwa Samya Haji Katandan Sakapat
berdatang sembah ke hadapan raja dengan perantaraan Pangalasan bernama Geng
Adeg, menyampaikan bahwa pihaknya menyimpan rontal berisi keputusan raja yang
telah dicandikan di Jawa, yaitu Haji Tumandah. Mereka mohon supaya keputusan
itu dikukuhkan dalam bentuk prasasti batu yang mendapat cap kerajaan Kertajaya.
Dan permohonan itu dikabulkan karena parasamya Haji Katandan sakapat telah
memperlihatkan kesetiaan mereka terhadap raja sebagaimana layaknya sikap hamba
raja. Mereka telah berhasil mengembalikan Kertajaya ke atas singgasana di
Kadiri. Maka ditulislah prasasti di atas batu yang memuat perincian anugerah
Sri Tumandah dan Sri Rajakula berupa hak-hak istimewa dan ditambah lagi
anugerah dari Sri Raja Srengga berupa pemberian hak-hak istimewa.
Dari kronologis keluarnya prasasti Kamulan sebenarnya prasasti ini lebih
diperuntukkan kepada daerah yang berada di wilayah kekuasaan Katandan Sakapat.
Daerah ini sekarang bernama desa Ketandan, Kalangbret, Tulungagung.
Dengan kata lain pada waktu dikeluarkannya prasasti oleh Kertajaya,
daerah Kamulan dan sekitarnya masih termasuk wilayah Kalangbret Tulungagung.
Sekarang penanggalan dalam Prasasti
Kamulan, 31 Agustus 1194M menjadi landasan penentuan hari jadi kabupaten
Trenggalek. Ini karena daerah Kamulan sudah
masuk kabupaten Trenggalek.
Berdasarkan
catatan yang ada sampai sekarang, Prasasti Kamulan 1194M merupakan prasasti
pertama yang dikeluarkan oleh Kertajaya setelah menjadi maharaja Panjalu
Kadiri..
[9] Prasasti
Galungung / Prasasti Panjerejo 20 April 1200M
Prasasti
Galungung merupakan prasasti yang dikeluarkan maharaja Panjalu kadiri Sri
Kertajaya atau raja Srengga pada tanggal 20 April 1200M. Prasasti
berbahasa Jawa Kuna ini dikeluarkan sebagai anugerah penetapan sima perdikan
bagi daerah Galungung. Prasasti ini sekarang masih insitu, artinya sejak awal
masih berada di tempatnya atau tidak pernah berpindah tempat. Secara administratif,
sekarang Prasasti Galungung berada di pemakaman dusun Soka, desa Karangsari,
kecamatan Rejotangan, Tulungagung. Tetapi pada saat ditemukan dilaporkan berada
di desa Panjerejo. Karena itu prasasti ini dikenal pula sebagai Prasasti
Panjerejo. Sekarang di sekitar desa Karangsari dan desa panjerejo, tidak
ditemukan lagi daerah bernama Galungung atau yang memiliki kemiripan mendekati
nama Galungung. Akan tetapi karena Prasasti Galungung masih insitu, penelitian
menyimpulkan bahwa nama desa perdikan Galungung pada perkembangannya berganti
nama menjadi desa Panjerejo, sebagaimana data peta topografi kecamatan Ngunut
[lembar 52/XLIII D2. edisi tahun 1944], titik temuan Prasasti Galungung berada
di desa Pandjerrejo. Selengkapnya dapat baca di : http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/11/sejarah-desa-panjerejo-tulungagung.html
[10] Prasasti
Biri 1202M
Prasasti batu
berangka tahun 1202M. Bahasa Jawakuna. Dikeluarkan oleh raja Panjalu Kadiri Sri
Kertajaya.
[11]
Prasasti Sumberingin Kidul 1204M
Prasasti batu
berangka tahun 1204M. Bahasa Jawa kuna. Dikeluarkan oleh raja Panjalu Kadiri
Sri Kertajaya.
[12] Prasasti
Lawadan 18 Nopember 1205M
Prasasti Lawadan
dikeluarkan maharaja Panjalu Kadiri Sri Kertajaya pada tanggal 18 Nopember 1205M. Bagian awal prasasti menulis
pertanggalan:
saka warsatita
1127 marggasira masa titi sasi suklapaksa pa su wara gumbreng...
Prasasti Lawadan
memberikan keterangan bahwa penduduk desa Lawadan beserta daerah sewilayahnya
telah menerima anugerah raja berupa pembebasan pajak dan penerimaan sejumlah
hak-hak istimewa seperti melakukan kegiatan-kegiatan tertentu di depan umum,
mengenakan jenis-jenis pakaian dan perhiasan tertentu, juga memakan makanan
istimewa.
Selain itu juga
menyebutkan bahwa penduduk Lawadan berhak memiliki rumah dengan ciri tertentu,
memiliki tempat duduk, balai-balai, payung, serta tanaman di rumah mereka. Ini
dapat dimaknai sebagai kebebasan daerah Lawadan membentuk pusat pemerintahan
sendiri yang mandiri.
Sejak 2003, penanggalan Prasasti Lawadan menjadi pedoman hari jadi
kabupaten Tulungagung.
[13] Prasasti Sarwwadharma 31 Oktober 1269M
Prasasti tembaga atau tamra prasasti berangka tahun 1269M. Bahasa Jawa kuna. Dikeluarkan oleh Sri Kertanagara. Prasasti ini berisi peneguhan kembali anugerah sri maharaja Wisnuwardhana ayah sri Kertanagara yang pernah diberikan kepada sang hyang Sarwwadharma. Anugerah raja itu berupa penetapan daerah sang hyang Sarwwadharma sebagai sima swatantra yang terpisah dari kekuasaan daerah Thanibala. Penanggalan dalam prasasti Sarwwadharma 31 Oktober 1269M
sekarang menjadi landasan penentuan hari jadi kabupaten Sumenep.
[14] Prasasti
Sambirobyong 1308/9M
Prasasti tembaga
berangka tahun 1308/9M. Bahasa Jawa kuna. Dikeluarkan oleh raja Majapahit
pertama Sri Kertarajasa Jayawardhana raden Wijaya.
Di Kediri
sekarang ada satu desa nama Sambirobyong. Tapi dari literatur yang ada,
Sambirobyong / Sambilrobyong yang dimaksud adalah satu desa di Tulungagung tepi
sungai Brantas.
[15] Prasasti
Palungan 1330M
Prasasti batu
berangka tahun 1330M. Bahasa Jawa kuna. [di Blitar atau Tulungagung ?]
Dikeluarkan oleh maharani Majapahit Tribhuwanatunggadewi dyah Gitarja
[1329M-1350M].
[16] Prasasti
Satyapura/Prasasti candi Miri Gambar
Prasasti
Satyapura atau Prasasti Candi Mirigambar memuat tanda lanchana
Wikramawardhanalanchana yang merujuk pada maharaja Majapahit Sri
Wikramawardhana [1389M-1427M]. Dalam prasasti ini menyinggung ada tempat
pendharmaan bernama Satyapura. Prasasti yang tertulis pada lempeng tembaga ini
tidak lagi diketahui angka tahunnya. Dinamakan Prasasti Candi Mirigambar karena
pertama ditemukan di areal situs candi Mirigambar, dusun Gambar, desa
Mirigambar, kecamatan Sumbergempol, Tulungagung. Kini prasasti Satyapura atau
Prasasti Candi Mirigambar berada di Museum Nasional Jakarta.
Dari temuan
Prasasti Satyapura atau Prasasti Candi Mirigambar, memunculkan dugaan, Sri
Wikramawardhana pernah membangun candi Miri Gambar.
Berdasarkan
catatan sejarah terutama serat Pararaton menyebutkan putra sulung
Wikramawardhana yaitu putra mahkota Rajasa Kusuma wafat pada tahun 1399M
dicandikan di Tanjung dengan candi pendarmaannya bernama Paramasukapura.
Setelah wafat, Rajasa Kusuma bergelar anumerta Bhra Hyang Wekas Ing Suka. Nama
gelar anumerta ini sama dengan nama gelar anumerta maharaja Majapahit Sri
Rajasanegara dyah Hayam Wuruk yang wafat pada tahun 1389M. Pararaton menulis:
bhra hyang
wekasing suka mokta, sang mokta ring indrabhawana, i saka janma netra agni
sitangsu, 1321, sang dhinarmeng tajung bhisekaning dharma ring paramasukapura.
Terjemahannya:
baginda hyang
wekas ing shuka wafat di indra bhawana pada tahun saka 1321C/1399M, dicandikan
di tanjung dengan nama resmi candi paramasukapura.
Apakah
Paramasukapura adalah candi yang dibangun di areal situs candi Miri Gambar yang
sekarang? Atau apakah Paramasukapura sama dengan candi Satyapura? Perlu
kajian lebih lanjut dengan menautkan beberapa sumber kuat lainnya. http://www.siwisangnusantara.web.id/2014/04/menguak-kabut-sejarah-situs-candi.html
[16]....
=======================
SIWI SANG
BERSAMBUNG
Catatan sedang
dilengkapi dan diperbaiki 16/3/2016
Prasasti Padlegan II 1159M yang kini tersimpan di Museum Wajakensis Tulungagung |