Berdasarkan prasasti Gunung Wilis 1269M, arya Wiraraja yang sebelumnya menjabat sebagai Rakryan Demung, dipindahtugaskan sebagai adipati amancanagara di Sumenep, daerah yang merupakan bagian dari keraton Madura. Madura sendiri merupakan kerajaan bawahan Tumapel. Bahwa penempatan arya Wiraraja sebagai adipati Sumenep benar merupakan upaya Sri Kertanegara menyingkirkan para pembantunya yang suka menentang kebijakan negara, termasuk arya Wiraraja.
Hanya Sri
Kertanegara tidak secara tegas menyingkirkan Wiraraja, melainkan disingkirkan
secara halus, ditugaskan ditempat yang jauh dari istana. Arya Wiraraja hanya
dijauhkan dari kemungkinan berkecimpung banyak dalam kebijakan raja. Arya Wiraraja
sesungguhnya tidak diturunkan jabatannya. Ketika itu jabatan Demung dan
Kanuruhan sejajar dengan adipati amancanegara.
Bagaimanapun Sri Kertanegara tetap menghormati sosok
Wiraraja. Berdasarkan berita Pararaton, Arya Wiraraja berasal dari desa Nangka, Jawatimur —tidak berdarah
Madura atau Sumenep. Sangat mungkin merupakan keturunan dari tokoh yang sangat dihormati keluarga
keraton, baik oleh Narasingamurti maupun Seminingrat, yaitu keturunan
sang Pranaraja, tokoh yang pada tahun 1255M mendapat anugerah desa Mula dan
Malurung. Jika benar, ini berarti arya Wiraraja berasal dari keluarga yang berjasa besar
pada negara, terutama dalam menumpas pemberontakan Tohjaya.
Sebagai seorang prajurit, arya Wiraraja tunduk patuh
pada keputusan raja. Ia berangkat juga ke Sumenep. Ia tahu jabatannya tidak
diturunkan, tetapi Wiraraja juga tahu bahwa dengan ditempatkannya sebagai
seorang adipati di daerah yang jauh dari keraton, kemungkinan untuk meniti
karir keprajuritan setinggi mungkin bakal mentok. Beda bagi mereka yang
menjabat di lingkungan keraton yang semua mentri seperti Demung dan Kanuruhan
berpeluang menduduki posisi sebagai seorang mahapatih. Wiraraja adalah seorang
prajurit dan tentu berkeinginan pula menduduki posisi tinggi seperti mahapatih.
Tetapi Sri Kertanegara telah secara halus menutup peluang itu. Inilah yang
kemudian menjadikan benih-benih dendam pribadi pada sang raja dan kelak
menemukan jalannya ketika berhubungan dengan Jayakatwang. Ini yang tidak
disadari Sri Kertanegara.
Perombakan susunan kabinet yang dilakukan pada awal
pemerintahan Sri Kertanegara di Tumapel ternyata mengusik seorang tokoh bernama
Kalana Bhayangkara. Tokoh ini sangat mungkin merupakan pengikut arya Wiraraja
atau setidaknya yang bersimpati pada adipati Sumenep itu. Raja Kertanegara
dianggap telah bersikap tidak adil, menyingkirkan pejabat jujur dan berbakat
seperti Wiraraja. Kekecewaan yang menumpuk itu kemudian dikeluarkan dalam
bentuk pemberontakan pada 1270M. Negarakertagama mengabarkan pada tahun itu
terjadi pemberontakan Cayaraja. Nama Kalana Bhayangkara dan Cayaraja merupakan
satu tokoh. Pemberontakan ini dengan gemilang dipadamkan Sri Kertanegara.
Pada 1271M, Sri Kertanegara mengangkat Jayakatwang
sebagai raja di Kadiri menggantikan ayahnya, Sastrajaya. Sementara permaisuri
Jayakatwang, Turukbali tetap bersemayam di Gelang-Gelang. Adik bungsu Sri
Kertanegara yaitu Cakreswara ditempatkan di Daha.
=============
SIWI SANG
Bahan Bacaan:
Diambil dari buku Girindra:Pararaja TUmapel-Majapahit karya Siwi Sang
No comments:
Post a Comment