peta lama Lamongan Jatim tahun 1883 sumber http://media-kitlv.nl/all-media/maps |
Jika dihubungkan dengan PRASASTI BILULUK II sangat mungkin yang mengeluarkan Prasasti Biluluk I adalah Sri Wijayarajasa pendiri sekaligus raja pertama Keraton Timur.
Transkrip asli dan terjemahan PRASASTI BILULUK I 1366M menurut Muhammad Yamin :
TRANSKRIP:
Hiku suratingong, kagugona dene si samasanak ing biluluk, rehane wnang acibukana banyu asin, tatkala pujane pisan satahun, hawalera sapeken, hapaniku wnang katamaktmu hing kunakuna, tanpadola ta hiya tan paweweha, adol po hiya haweweh, kadendaha ta hiya dening panampan sadendaning amomotot, hana po dene pamujane, 300 nangken tahun, panangkane meru saking adapur, pegagareme, ku, 7, nangken wulan, hiku kawruhane si padapur ing pinggir samadaya.
Makanguni kang adapur ing majapahit, siwihos kuneng yang hanang rubuhakna wangcaningon kang biluluk, kang tanggulunan, amangguha papa, sanghyang trayodacasaksi amatyanana, dentamatyanana, yan humalintang ring tgal, sahuten dening ula, mandayan mareng alas dmakning mong, manglangkahana mingmang, yan mareng banwagong sahuten dening wahuya, mumul, tuwiran, yang liwat ing hawan gong kasopa wulanguna, yang hudan samberen ing glap, yan haneng umahnya katibanagni tanpa warsa, liputen gsengana de hyang agni wehen bhasmibhuta saha drwyanya, tanpanoliha ring wuntat, tarung ring adgan, tampyal I kiwan uwahi tngenan, tutuh tunduhnya, blah kapalanya, sbit wtengnya, tatas dadanya, wtwaken dalemanya, pangan dagingnya, inum rahnya, ather pepedaken wehi pranantika bwangaken ing akaca, tibaken ing kawah, astu, I caka 1288.
TERJEMAHANNYA:
Inilah surat perintahku untuk dipatuhi semua keluarga kerabat di Biluluk, perihal kewenangan membuka banyuasin, ketika dilangsungkan pemujaan setahun sekali, sebagai hak seluruh daerah pekan. Karena sejak jaman dahulu kala mereka senantiasa berhak datang ke sana, tetapi tanpa berdagang di tempat itu atau tanpa menikmati anugerah itu. Sekiranya mereka berdagang juga, mereka didenda oleh penampan dengan jumlah denda yang ditetapkan seperti penetapan pada seorang pencuri. Tetapi jika itu dilakukan oleh pengunjung perayaan, maka dikenakan denda 300 setahun. Hasilnya dipungut dari dapur, yaitu cukai garam sejumlah 7 kupang setiap bulan. Semoga peraturan ini diketahui oleh para dapur atau para petinggi di daerah sekeliling.
Terutama sekali oleh para petinggi di Majapahit. Seumpama ada yang berniat menghancurkan atau merugikan keluargaku, keturunanku di Biluluk, di Tanggulunan, maka mereka bakal tertimpa petaka papa. Cara membunuh mereka adalah sebagai berikut: Apabila melewati padang tegalan mereka akan digigit ular berbisa, apabila masuk hutan mereka diterkam macan, apabila melangkahi ranting kayu mereka kamitonggongen, mingmang, apabila masuk sungai mereka diterkam buaya, apabila masuk laut mereka dimakan ikan hiu atau hewan laut ganas, jika kehujanan disambar petir, jika dirumah maka kejatuhan api tanpa musim, mereka diselimuti dan dimakan batara agni dilebur menjadi abu, beserta seluruh harta bendanya tanpa sempat menoleh kebelakang diterjang dari depan, dihantam dari kanan kiri, dihantam punggungnya, dipecah kepalanya, disabit perutnya, dijebol dadanya, dikeluarkan seluruh jerohannya, dipangan dagingnya, diminum darahnya, lalu mereka dicekik sampai mampus lalu dibuang ke angkasa kemudian dijatuhkan ke kawah membara. Semoga demikianlah. Tahun saka 1288/1366M.
==============
SIWI SANG
Sumber: Muhammad Yamin, Tatanegara Majapahit. yayasan Prapanca, Jakarta 1962