Sejarah, Sastra, dan Jurnalis Warga

  • Sunday, August 25, 2013

    Berdirinya Tumapel




    Naiknya Kertajaya sebagai maharaja Panjalu Kediri rupanya membuat suasana tanah Jawa kembali bergolak. Penyebabnya karena Kertajaya bukan putra mahkota Kameswara. Ketika Kameswara wafat, seharusnya yang mendaki tahta di Panjalu Kadiri adalah keturunan Kameswara dari Sasi Kirana. Itu artinya cucu raja Jenggala yang berhak naik tahta Panjalu Kadiri. Bukannya Kertajaya, adik Kameswara. Inilah yang memicu kemarahan pihak Jenggala di Kutaraja lalu menggempur Panjalu Kadiri. Raja Jenggala waktu itu adalah Sri Maharaja Girindra,  ayah Sasi Kirana. Sri Maharaja Girindra juga memiliki putra selir yang dikenal Pararaton sebagai Ken Arok.
     

    Pasukan Girindra Jenggala berhasil mendesak kekuatan Panjalu Kadiri. Raja Kertajaya mengungsi bersama pasukan pimpinan Senapati Tunggul Ametung menuju Katandan Sakapat Kalangbrat, Tulungagung.  Secara tersirat peristiwa ini termuat dalam Prasasti Kamulan, 31 Agustus 1194M atau bulan Palguna, ketujuh, tahun saka 1116. Disebutkan dalam prasasti bahwa raja Kertajaya tersingkir dari istana Kadiri akibat serbuan musuh dari arah timur. Penyerbuan terjadi sebelum keluarnya Prasasti Kamulan.

    Selama dalam pengungsian, Kertajaya menjadikan daerah Kalangbrat sebagai keraton sementara Panjalu. Bersama sisa pasukan dan para pandita serta segenap penduduk Katandan Sakapat Kalangbret, Senopati Tunggul Ametung giat menggalang kekuatan  merencanakan serangan balik.

    Menjelang bulan ketujuh 1194M. Setelah kekuatan terbangun kokoh, dengan semangat memberi pertolongan besar kepada Maharaja Kertajaya, Senapati Tunggul Ametung menderapkan pasukannya ke timur, menembus Alas Lodaya menuju Turen atau Turyantapada, terus berderap menggempur Kutaraja dan berhasil menaklukkan kerajaan yang menganut agama Siwa di timur gunung Kawi itu. Raja Jenggala Sang Girindra tersingkir dari Kutaraja bersama sisa pengikutnya.

    Setelah kembali bertahta di Kadiri, Kertajaya berupaya mengembalikan ketentraman dan ketertiban negara. Kebijakan penting pertama, menetapkan daerah di timur gunung Kawi, daerah bekas pusat pemerintahan Janggala sebagai kadipaten amancanagara bernama Tumapel, berada dibawah kekuasaan Panjalu Daha. Ibukota Tumapel tetap di Kutaraja. Kertajaya menobatkan Senapati Tunggul Ametung sebagai penguasa pertama kadipaten amancanagara Tumapel. Kebijakan raja ini dikeluarkan sebagai penghargaan kepada Tunggul Ametung yang secara gemilang menunaikan tugas negara.

    Dapat dikatakan Tumapel berdiri 1194M. Wilayah kekuasaannya membentang di timur gunung Kawi ke timur sampai gunung Brahma, berbatasan dengan Lumajang, ke utara berbatasan dengan Hering —Bangil Pamotan— ke selatan sampai daerah Turen atau Turyantapada.

    SIWI SANG

    No comments:

    Post a Comment